VICTOR'S BLOG
Selamat datang kuucapkan untuk kalian yang sudi mampir di tempatku ini.....
Kamis, 24 Agustus 2017
Selasa, 14 Maret 2017
ANEKA METODE
PEMBELAJARAN EFEKTIF
Berikut akan saya paparkan macam-macam metode
pembelajaran yang efektif untuk dapat dilaksanakan. Khususnya para pendidik
atau juga para calon pendidik. Selama ini kita hanya familiar atau bahkan
selalu hanya menggunakan metode seperti ceramah. padahal banyak
sekali selain metode tersebut yang dapat digunakan dan efektif dalam
usaha meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang kita sampaikan
dan pada akhirnya tujuan dari pembelajaran yang sudah kita tetapkan di awal
tercapai dengan baik dan akan tecipta pembelajaran yang berkualitas serta
tercipta pengalaman-pengalaman yang menarik.
Selanjutnya anda dapat mengklik metode di
bawah ini, karena dalam micro teaching di daftar mata kuliah saya dan termasuk
kedalam pembahasan kependidikan jadi disini akan dijelaskan secara singat untuk
masing-masing metode tersebut.
1. EXAMPLE NON EXAMPLE
Contoh dapat dari kasus/ gambar yang relevan dengan KD
2. PICTURE NON PICTURE
Contoh dapat dari kasus/ gambar yang relevan dengan KD
2. PICTURE NON PICTURE
3. NUMBERED HEADS TOGETHER
(Kepala bernomor, Spencer Kagan 1992)
4. COOPERATIVE SCRIPT
(Dansereau Cs 1985)
5. KEPALA BERNOMOR STRUKTUR
(Modifikasi dari number heads)
6. STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
Tim siswa kelompok prestasi
7. JIGSAW -MODEL TIM AHLI
(Aronssn – Braney – Stephen – Sikes – and Snapp 1978)
8. PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)
Pembelajaran berdasarkan masalah
9. ARTIKULASI
(Kepala bernomor, Spencer Kagan 1992)
4. COOPERATIVE SCRIPT
(Dansereau Cs 1985)
5. KEPALA BERNOMOR STRUKTUR
(Modifikasi dari number heads)
6. STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
Tim siswa kelompok prestasi
7. JIGSAW -MODEL TIM AHLI
(Aronssn – Braney – Stephen – Sikes – and Snapp 1978)
8. PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)
Pembelajaran berdasarkan masalah
9. ARTIKULASI
10. MIND MAPPING
11. MAKE – A MATCH
mencari pasangan (lorna Curran 1994)
12. THINK PIR AND SHARE
mencari pasangan (lorna Curran 1994)
12. THINK PIR AND SHARE
13. DEBATE
14. ROLE PLAYING
15. GROUP INVESTIGATION
Sharan 1992
16. TALKING STICK
Sharan 1992
16. TALKING STICK
19. STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING
Siswa/ peserta mempresentasikan ide/ pendapat pada rekan peserta lainnya
20. COURSE REVIEW HORAY
Siswa/ peserta mempresentasikan ide/ pendapat pada rekan peserta lainnya
20. COURSE REVIEW HORAY
21. DEMONSTRATION DAN EKSPERIMEN
( Khusus materi yang memerlukan peragaan atau percobaan misalnya Gussen )
22. EXPLISIT INSTRUCTION
Pengajaran langsung ( Rosenshina and Stevens 1986 )
23. COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)
Kooperative membaca dan menulis (Steven and Slavin 1995)
24. INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE (LINGKARAN KECIL-LINGKARAN BESAR)
oleh Spencer Kagan
25. COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)
( Khusus materi yang memerlukan peragaan atau percobaan misalnya Gussen )
22. EXPLISIT INSTRUCTION
Pengajaran langsung ( Rosenshina and Stevens 1986 )
23. COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)
Kooperative membaca dan menulis (Steven and Slavin 1995)
24. INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE (LINGKARAN KECIL-LINGKARAN BESAR)
oleh Spencer Kagan
25. COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)
26. WORD SQUARE
27. SCRAMBLE
28. TAKE AND GIVE
34. TARI BAMBU
35. DUA TINGGAL DUA TAMU (TWO STRAY
TWO STRAY)
SPENCER KAGAN 1992)
SPENCER KAGAN 1992)
38. INQUIRY
Model Pembelajaran EXAMPLE NON EXAMPLE
EXAMPLE NON EXAMPLE
1.
Pengertian
Model Pembelajaran Example Non Example atau
juga biasa di sebut example and non-example merupakan model pembelajaran yang
menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Metode Example non
Example adalah metode yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi
pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis
dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam
contoh-contoh gambar yang disajikan.
Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar. Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menenkankan aspek psikoligis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah seperti :
Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar. Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menenkankan aspek psikoligis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah seperti :
a. kemampuan berbahasa tulis dan lisan,
b. kemampuan analisis ringan, dan
c. kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya
b. kemampuan analisis ringan, dan
c. kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya
Model Pembelajaran Example Non Example
menggunakan gambar dapat melalui OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana
adalah poster. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak
jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas.
B. Ciri-ciri
Metode Example non Example juga merupakan
metode yang mengajarkan pada siswa untuk belajar mengerti dan menganalisis
sebuah konsep. Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak
konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga
dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example and Nonexample adalah
taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep.
Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non-example dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada.
– Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan
– non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas.
Metode Example non Example penting dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-example diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada.
C Kelebihan dan Kekurangan.
Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode Example non Example antara lain:
1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek.
2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari Example non Example
3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.
Kebaikan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.
Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non-example dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada.
– Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan
– non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas.
Metode Example non Example penting dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-example diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada.
C Kelebihan dan Kekurangan.
Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode Example non Example antara lain:
1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek.
2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari Example non Example
3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.
Kebaikan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.
1.
Langkah-langkah :
1.
Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai
dengan tujuan pembelajaran
2.
Guru menempelkan gambar di papan atau
ditayangkan melalui OHP
3.
Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan
pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar
4.
Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa,
hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas
5.
Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan
hasil diskusinya
6.
Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru
mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai
7.
Kesimpulan
MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
Salah satu model yang saat ini populer dalam
pembelajaran adalah Model Pembelajaran Picture and Picture ini merupakan salah
satu bentuk model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif
merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis
mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh. Model
pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan
gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model apapun yang digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat peserta didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya harus menimbulkan minat kepada peserta didik untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metoda, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran.
Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar. Atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT dalam menggunakan Power Point atau software yang lain.
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indicator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan menghemat energy kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangakan selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan tertentu.
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan.
Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutan, dibuat, atau dimodifikasi.
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan indicator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indicator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indicator yang telah ditetapkan.
7. Kesimpulan/rangkuman
Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai penguatan materi pelajaran
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model apapun yang digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat peserta didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya harus menimbulkan minat kepada peserta didik untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metoda, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran.
Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar. Atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT dalam menggunakan Power Point atau software yang lain.
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indicator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan menghemat energy kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangakan selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan tertentu.
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan.
Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutan, dibuat, atau dimodifikasi.
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan indicator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indicator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indicator yang telah ditetapkan.
7. Kesimpulan/rangkuman
Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai penguatan materi pelajaran
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran
Picture and Picture:
Kelebihan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
3. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir,
4. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.
5. Siswa dilibatkan daiam perencanaan dan pengelolaan kelas
Kekurangan:
1. Memakan banyak waktu
2. Banyak siswa yang pasif.
3. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.
4. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain
5. Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai
Kelebihan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
3. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir,
4. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.
5. Siswa dilibatkan daiam perencanaan dan pengelolaan kelas
Kekurangan:
1. Memakan banyak waktu
2. Banyak siswa yang pasif.
3. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.
4. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain
5. Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai
KESIMPULAN
Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran.
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut:
Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran.
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa)
bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk siswa secara bergantian untuk mengurutkan gambar-gambar secara logis
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan/rangkuman
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk siswa secara bergantian untuk mengurutkan gambar-gambar secara logis
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan/rangkuman
Model Pembelajaran Numbered Head Together
(NHT)
Model Pembelajaran Numbered Head Together
(NHT)
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT,
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan
adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk
mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok
kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat
secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam
hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni
mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28)
dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
1.
Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan social
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan social
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran
Numbered Heads Together adalah sebagai berikut :
Kelebihan:
– Setiap siswa menjadi siap semua
– Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
– Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
– Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama..
– Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Kelebihan:
– Setiap siswa menjadi siap semua
– Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
– Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
– Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama..
– Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT
merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :
a) Pembentukan kelompok;
b) Diskusi masalah;
c) Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :
a) Pembentukan kelompok;
b) Diskusi masalah;
c) Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :
Langkah 1.
Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2.
Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3.
Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4.
Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5.
Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6.
Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran
kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan
oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :
Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
1. Memperbaiki kehadiran
2. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
3. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
4. Konflik antara pribadi berkurang
5. Pemahaman yang lebih mendalam
6. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
7. Hasil belajar lebih tinggi
Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
1. Memperbaiki kehadiran
2. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
3. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
4. Konflik antara pribadi berkurang
5. Pemahaman yang lebih mendalam
6. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
7. Hasil belajar lebih tinggi
KESIMPULAN
Model pembelajaran ini baik digunakan karena model ini mengajarkan kepada siswa untuk lebih siap dalam menguasai materi serta belajar menerima keanekaragaman dengan kelompok lain, karna dalam model ini siswa dituntut untuk berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah.
Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk setiap pokok bahasan, karena setia model atau metode mengajar masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan oleh karenanya guru dituntut untuk pandai memilih model pembelajaran yang sesuai.
Model pembelajaran ini baik digunakan karena model ini mengajarkan kepada siswa untuk lebih siap dalam menguasai materi serta belajar menerima keanekaragaman dengan kelompok lain, karna dalam model ini siswa dituntut untuk berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah.
Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk setiap pokok bahasan, karena setia model atau metode mengajar masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan oleh karenanya guru dituntut untuk pandai memilih model pembelajaran yang sesuai.
Metode Belajar Cooperative script
metode belajar Cooperative script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana
siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari
materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
1.
Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2.
Guru membagikan wacana / materi tiap siswa
untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3.
Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama
berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4.
Pembicara membacakan ringkasannya selengkap
mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara
pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi
sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5.
Bertukar peran, semula sebagai pembicara
ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
6.
Kesimpulan guru.
7.
Kelebihan:
·
Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
·
Setiap siswa mendapat peran.
·
Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain
dengan lisan.
Kekurangan:
·
Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
·
Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan
seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).
model pembelajaran Kepala bernomor struktur
Model pembelajaran Kepala bernomor struktur
1.
Pengertian
Untuk mengembangkan potensi to live together salah satunya melalui model pembelajaran kooperatif. Aktivitas pembelajaran kooperatif menekankan pada kesadaran siswa perlu belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep, keterampilan kepada siswa yang membutuhkan atau anggota lain dalam kelompoknya, sehingga belajar kooperatif dapat saling menguntungkan antara siswa yang berprestasi rendah dan siswa yang berprestasi tinggi.
Untuk mengembangkan potensi to live together salah satunya melalui model pembelajaran kooperatif. Aktivitas pembelajaran kooperatif menekankan pada kesadaran siswa perlu belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep, keterampilan kepada siswa yang membutuhkan atau anggota lain dalam kelompoknya, sehingga belajar kooperatif dapat saling menguntungkan antara siswa yang berprestasi rendah dan siswa yang berprestasi tinggi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Slavin
(Ibrahim, 2000:16) tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil
belajar pada semua tingkat kelas dan semua bidang studi menunjukkan
bahwa kelas kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih
tinggi dibandingkan kelompok kontrol.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu tipe NHT (Numbered Heads Together). Model ini dapat dijadikan alternatif variasi model pembelajaran sebelumnya. Dibentuk kelompok heterogen, setiap kelompok beranggotakan 3-5 siswa, setiap anggota memiliki satu nomor, guru mengajukan pertanyaan untuk didiskusikan bersama dalam kelompok. Guru menunjuk salah satu nomor untuk mewakili kelompoknya. Menurut Muhammad Nur (2005) model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok dengan ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa. Cara ini upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam dalam diskusi kelompok.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu tipe NHT (Numbered Heads Together). Model ini dapat dijadikan alternatif variasi model pembelajaran sebelumnya. Dibentuk kelompok heterogen, setiap kelompok beranggotakan 3-5 siswa, setiap anggota memiliki satu nomor, guru mengajukan pertanyaan untuk didiskusikan bersama dalam kelompok. Guru menunjuk salah satu nomor untuk mewakili kelompoknya. Menurut Muhammad Nur (2005) model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok dengan ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa. Cara ini upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam dalam diskusi kelompok.
Number Head Together adalah suatu Model
pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari,
mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya
dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh
Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran
kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki
agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara
kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari
sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk
kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan.
Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling
berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti
(Tryana, 2008). Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak
langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan
cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif
dalam pembelajaran.
2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam
model Pembelajaran Kepala bernomor struktur)
Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu ia akan memilih manakah model pembelajaran yang tepat diberikan untuk materi pelajaran tertentu.
Ciri-ciri pembelajaran kepala bernomer struktur sebagai berikut:
1) Penomoran
Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.
2) Pengajuan Pertanyaan
Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.
3) Berpikir Bersama
Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan.
4) Pemberian Jawaban
Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut.
Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu ia akan memilih manakah model pembelajaran yang tepat diberikan untuk materi pelajaran tertentu.
Ciri-ciri pembelajaran kepala bernomer struktur sebagai berikut:
1) Penomoran
Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.
2) Pengajuan Pertanyaan
Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.
3) Berpikir Bersama
Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan.
4) Pemberian Jawaban
Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut.
3. Langkah – langkah Kepala bernomor struktur
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya
3. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
4. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
5. Kesimpulan
4. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kepala bernomor struktur
5. Kelebihan dan kekurangan
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya
3. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
4. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
5. Kesimpulan
4. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kepala bernomor struktur
5. Kelebihan dan kekurangan
1) Kelebihan
a. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Mampu memperdalam pamahaman siswa.
c. Melatih tanggung jawab siswa.
d. Menyenangkan siswa dalam belajar.
e. Mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
f. Meningkatkan rasa percaya diri siwa.
g. Mengembangkan rasa saling memiliki dan kerjasama.
h. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.
i. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
j. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat pelajaran menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.
a. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Mampu memperdalam pamahaman siswa.
c. Melatih tanggung jawab siswa.
d. Menyenangkan siswa dalam belajar.
e. Mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
f. Meningkatkan rasa percaya diri siwa.
g. Mengembangkan rasa saling memiliki dan kerjasama.
h. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.
i. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
j. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat pelajaran menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.
2) Kelemahan
a. Ada siswa yang takut diintimidasi bila Memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila kenyataannya siswa lain kurang mampu menguasai materi)
b. Ada siswa yang mengambil jalan pintas dengan meminta tolong pada temannya untuk mencarikan jawabnya.Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu .
c. Apabila pada satu nomer kurang maximal mengerjakan tugasnya, tentu saja mempengaruhi pekerjaan pemilik tugas lain pada nomer selanjutnya.
a. Ada siswa yang takut diintimidasi bila Memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila kenyataannya siswa lain kurang mampu menguasai materi)
b. Ada siswa yang mengambil jalan pintas dengan meminta tolong pada temannya untuk mencarikan jawabnya.Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu .
c. Apabila pada satu nomer kurang maximal mengerjakan tugasnya, tentu saja mempengaruhi pekerjaan pemilik tugas lain pada nomer selanjutnya.
Model Pembelajaran STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT
DIVISIONS (STAD)
Model Pembelajaran STUDENT TEAMS-
ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
Model pembelajaran STAD termasuk
model pembelajaran kooperatif. Semua model pembelajaran kooperatif ditandai
dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Dalam
proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatifsiswa didorong untuk
bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan
usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model
pembelajaran kooperaif adalah prestasi belajar akademik siswa meningkat dan
siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan
keterampilan sosial.
1.
PENGERTIAN MODEL
PEMBELAJARAN TIPE STAD
1. Menurut
wina (2008:242) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil,yaitu antara 4-5
orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik,jenis kelamin,ras atau
suku yang berbeda (heterogen)
2. Johnson
(dalam Etin Solihatin,2005 :4 ) menyatakan bahwa :pembelajaran kooperatif
adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa
bekerja sama.
3. Slavin (
dalam Wina,2008:242) mengemukakan dua alasan bahwa : pembelajaran
kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki pembelajaran
selama ini. Pertama,beberapa penelitian membuktikan bahwa penggunaan
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus
dapat menngkatkan kemampuan hubungan sosial,menumbuhkan sikap menerima
kekurangan diri dan orang lain,serta dapat meningkatkan
harga diri.kedua,pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan
kebutuhan siswa dalam belajar,berfikir,memecahkan masalah dan mengintegrasikan
pengetahuan dengan keterampilan.
2.
Prinsip
Pembelajaran Kooperatif sebagai berikut.
a.
Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dikerjakan
dalam kelompoknya.
b. Setiap anggota kelompok (siswa)
harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok
mempunyai tujuan yang sama.
c. Setiap anggota kelompok (siswa)
harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama
diantara anggota kelompoknya.
d. Setiap anggota kelompok (siswa)
akan dikenai evaluasi.
e. Setiap anggota kelompok (siswa)
berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses
belajarnya.
f. Setiap anggota kelompok
(siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam
kelompok kooperatif.
3.
Ciri Pembelajaran
Kooperatif
Masih menurut Nur dalam Chotimah (2007),
ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai
a. Siswa dalam kelompok secara
kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi
dasar yang akan dicapai.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang
memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan
rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang
berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender.
c. Penghargaan menekankan pada
kelompok dari pada masing-masing individu.
4.
Sintaks Model
Pembelajaran STAD
Langkah-langkah model pembelajaran STAD dapat
dilihat pada tabel 2.1 seperti
Tabel
2.1 Enam Langkah Model Pembelajaran STAD
Langkah
|
Indikator
|
Tingkah laku guru
|
Langkah
1
Langkah
2
Langkah
3
Langkah
4
Langkah
5
Langkah
6
|
Menyampaikan
tujuan dan
memotivasi
siswa
Menyajikan
informasi
Mengorganisasikan
siswa ke
dalam
kelompok- kelompok belajar
Membimbimg
kelompok belajar
Evaluasi
Memberikan
penghargaan
|
Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar
yang
akan dicapai serta memotivasi siswa
Guru
menyajikan informasi kepada siswa
Guru
menginformasikan pengelom-pokkan
Siswa
Guru
memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok-kelompok belajar
Guru
mengevaluasi hasil belajar tentang
materi
pembelajaran yang telah dilaksanakan
Guru
memberi penghargaan hasil belajar
individual
dan kelompok
|
Model pembelajaran STAD dikembangkan
oleh Robert Slavin dan temantemannya di Universitas John Hopkins. Siswa dalam
suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap
kelompok haruslah heterogen, terdiri atas laki-laki dan perempuan, berasal dari
berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Anggota tim menggunakan
lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi
pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan
pelajaran melalui diskusi dan kuis.
Sintaks model Pembelajaran STAD dalam
Chotimah (2007) antara lain :
a. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4
orang secara heterogen.
b. Guru menyajikan pelajaran.
c. Guru memberi tugas pada kelompok untuk
dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok
d. Peserta didik yang bisa mengerjakan
tugas/soal menjelaskan kepada anggota kelompok
lainnya
sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
e. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada
seluruh peserta didik. Pada saat menjawab
kuis/pertanyaan peserta
didik tidak boleh saling membantu.
f. Guru memberi penghargaan (rewards)
kepada kelompok yang memiliki nilai/poin
g. Guru memberikan evaluasi.
h. Penutup.
Dalam STAD, penghargaan kelompok
didasarkan atas skor yang didapatkan oleh
kelompok dan skor kelompok ini diperoleh dari
peningkatan individu dalam setiap kuis.
Sumbangan poin peningkatan siswa terhadap
kelompoknya didasarkan atas ketentuan
pada tabel 2.2 berikut.
Tabel
2.2 Kriteria Pemberian Skor Peningkatan STAD
Skor Kuis
|
Poin peningkatan
|
Lebih
dari 10 point di bawah skor dasar
1-10
point di bawah skor dasar
Skor
dasar sampai 10 poin di atas skor dasar
Lebih
dari 10 poin di atas skor dasar
Hasil
sempurna (tidak mempertimbangkan skor dasar
|
5
10
20
30
30
|
Catatan: Nilai kuis sebelumnya dapat
digunakan sebagai skor dasar
(Sumber:Slavin, 1995 dalam Parlan, 2006:17)
Skor kelompok untuk setiap kelompok
didasarkan pada sumbangan poin peningkatan
yang diperoleh oleh setiap anggota kelompok
yaitu dengan menjumlah seluruh poin
peningkatan anggota kelompok dibagi dengan
jumlah anggota kelompok. Penghargaan
kelompok diberikan dengan empat kriteria
seperti pada tabel 2.3 berikut.
Tabel
2.3 Predikat Keberhasilan Kelompok
Kriteria
|
Nilai Perkembangan
|
Excellent
The best teams
Good teams
General teams
|
22,6
– 30
15,1
– 22,5
7,6
– 15,0
≥7,5
|
(Sumber: Slavin, 1995 dalam Supriyo,
2008:50)
5.
Kelebihan dan
Kekurangan pembelajaran Tipe STAD
A) Kelebihan model
pembelajaran Kooperatif STAD
Menurut Davidson (dalam Nurasma,2006:26) :
a) Meningkatkan
kecakapan individu
b) Meningkatkan
kecakapan kelompok
c) Meningkatkan
komitmen
d) Menghilangkan
prasangka buruk terhadap teman sebaya
e) Tidak
bersifat kompetitif
f) Tidak
memiliki rasa dendam
B) Kekurangan model
pembelajaran kooperatif STAD
a) Menurut
Slavin (dalam Nurasma 2006:2007 )yaitu:
b) Konstribusi
dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang
c) Siswa
berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang
pandai lebih dominan.
1.
Hubungan Penerapan
Model STAD dengan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa
Dalam proses belajar mengajar guru sebagai
pelaksana pengajaran harus dapat menciptakan kondisi yang dapat melibatkan
siswa secara aktif. Dengan demikian diharapkan terjadi interaksi antara guru
dan siswa yang pada umumnya akan merasa mendapat motivasi yang tinggi apabila
guru melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Selain itu
siswa akan lebih memahami dan mengerti konsep-konsep fisika secara benar.
Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa secara konsisten baik bagi siswa yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang dan rendah, dan resistensi (daya lekat) terhadap materi
pelajaran menjadi lebih panjang (Ellyana, 2007). Pembelajaan kooperatif yang
dikemas dalam kegiatan pembelajaran yang bervariasi dengan model STAD dapat
menumbuhkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Pengajaran fisika yang
disajikan dengan model pembelajaran STAD memungkinkan untuk
memberikan pengalaman-pengalaman sosial sebab mereka akan bertanggung jawab
pada diri sendiri dan anggota kelompoknya. Keberhasilan anggota kelompok
merupakan tugas bersama.
Dalam pembelajaran STAD ini
anggota kelompok berasal dari tingkat prestasi yang berbeda-beda, sehingga
melatih siswa untuk bertoleransi atas perbedaan dan kesadaran akan perbedaan.
Disamping itu pembelajaran yang disajikan dengan model STAD akan
melatih siswa untuk menceriterakan, menulis secara benar apa yang diteliti dan
diamati. Apabila ditinjau dari proses pelaksanaannya, kegiatan model
pembelajaran STAD lebih membawa siswa untuk memahami materi
yang disajikan oleh guru, karena siswa aktif dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan uraian di atas, pengajaran fisika yang disajikan dengan dengan
penerapan model pembelajaran STADakan dapat meningkatkan motivasi
dan prestasi belajar siswa.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-student-teams.html#ixzz2uZXKTNWl
Model Pembelajaran Jigsaw
Model Pembelajaran Jigsaw
1.
Pengertian
Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif
yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Model pembelajaran ini didesain untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan
juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut kepada kelompoknya.Pada model
pembelajaran jigsaw ini keaktifan siswa (student centered) sangan
dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-5
orang yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli.
Dalam Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw,
siswa dibagi dalam beberapa kelompok belajar yang heterogen yang beranggotakan
3-5 orang dengan menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok
asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota kelompok ahli yang
dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Guru harus trampil
dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik bagi
setiap angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang
terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk
mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok
asal.
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda,
bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan
membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta
membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Disini, peran
guru adalah mefasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah
untuk memahami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota
kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya
apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di
kelompok ahli.Para kelompok ahli harus mampu untuk membagi
pengetahuan yang di dapatkan saat melakuakn diskusi di kelompok ahli, sehingga
pengetahuan tersebut diterima oleh setiap anggota pada kelompok asal.
Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap
anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus
memiliki tanggunga jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan
untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang biberikan.
1.
Langkah-
Langkah dalam metode jigsaw
Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe
pembelajaran ini maju mundur seperti gergaji. Menurut Arends (1997),
langkah-langkah penerapan model pembelajaran Jigsaw, yaitu:
1.
Awal kegiatan
pembelajaran
a. Persiapan
1. Melakukan Pembelajaran Pendahuluan
Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan menjelaskan tujuan dipelajarinya topik tersebut.
2. Materi
Materi pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian pembelajaran tergantung pada banyak anggota dalam setiap kelompok serta banyaknya konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan dipelajari oleh siswa.
3. Membagi Siswa Ke Dalam Kelompok Asal Dan Ahli
Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan 3-5 orang yang heterogen baik dari kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun latar belakang sosialnya
4. Menentukan Skor Awal
Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya atau nilai akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya.
a. Persiapan
1. Melakukan Pembelajaran Pendahuluan
Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan menjelaskan tujuan dipelajarinya topik tersebut.
2. Materi
Materi pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian pembelajaran tergantung pada banyak anggota dalam setiap kelompok serta banyaknya konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan dipelajari oleh siswa.
3. Membagi Siswa Ke Dalam Kelompok Asal Dan Ahli
Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan 3-5 orang yang heterogen baik dari kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun latar belakang sosialnya
4. Menentukan Skor Awal
Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya atau nilai akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya.
2.
Rencana Kegiatan
1. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.
2. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
3. Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk menjelaskan topik yang didiskusikannya.
4. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.
5. Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor kelompok atau menghargai prestasi kelompok.
Rencana Kegiatan
1. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.
2. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
3. Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk menjelaskan topik yang didiskusikannya.
4. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.
5. Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor kelompok atau menghargai prestasi kelompok.
3.
Sistem Evaluasi
Dalam evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:
1. Mengerjakan kuis individual yang mencaukup semua topik.
2. Membuat laporan mandiri atau kelompok.
3. Presentasi
Materi Evaluasi
– Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh mahasiswa.
– Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa.
Dalam evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:
1. Mengerjakan kuis individual yang mencaukup semua topik.
2. Membuat laporan mandiri atau kelompok.
3. Presentasi
Materi Evaluasi
– Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh mahasiswa.
– Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa.
1.
Kelebihan
Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional,
model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1. Mempermudah pekerjaan guru dalam
mengajar,karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada
rekan-rekannya
2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai
dalam waktu yang lebih singkat
3. Metode pembelajaran ini dapat melatih
siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.
1.
Kelemahan
Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa
permasalahan yaitu :
1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi
diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi
masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus
menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari
tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.
2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan
berfpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila
ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih
tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan
materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.
3. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
Untuk mengantisipasi hal ini guru harus
pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang cerdas
tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.
4. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi
akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.
4/21/2012
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM
BASED INTRODUCTION)
PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Sejarah Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah dirintis dalam ilmu kesehatan di McMaster University di Kanada pada tahun 1960-an yang diresmikan pada tahun 1968. (Neufeld & Barrows, 1974), karena siswa tidak mampu menerapkan sejumlah besar mereka pengetahuan ilmiah dasar untuk situasi klinis. Tak lama kemudian, tiga sekolah medis lain – University of Limburg di Maastricht (Belanda), University of Newcastle (Australia), dan University of New Mexico (Amerika) mengambil McMaster model pembelajaran berbasis masalah. (diadopsi oleh lain program-program sekolah kedokteran (Barrows, 1996) dan juga telah diadaptasi untuk instruksi sarjana (Boud dan Feletti, 1997; Duch et al, 2001. ; Amador et al, 2006))
Pembelajaran Berbasis Masalah dirintis dalam ilmu kesehatan di McMaster University di Kanada pada tahun 1960-an yang diresmikan pada tahun 1968. (Neufeld & Barrows, 1974), karena siswa tidak mampu menerapkan sejumlah besar mereka pengetahuan ilmiah dasar untuk situasi klinis. Tak lama kemudian, tiga sekolah medis lain – University of Limburg di Maastricht (Belanda), University of Newcastle (Australia), dan University of New Mexico (Amerika) mengambil McMaster model pembelajaran berbasis masalah. (diadopsi oleh lain program-program sekolah kedokteran (Barrows, 1996) dan juga telah diadaptasi untuk instruksi sarjana (Boud dan Feletti, 1997; Duch et al, 2001. ; Amador et al, 2006))
Landasan Teoretik Model Pembelajaran Berbasis
Masalah
Temuan-temuan dari psikologi kognitif menyediakan landasan teoretis untuk meningkatkan pengajaran secara umum dan khsususnya problem based learning (PBL). Premis dasar dalam psikologi kognitif adalah belajar merupakan proses konstruksi pengetahuan baru yang berdasarkan pada pengetahuan terkini. Mengikuti Glaser (1991) secara umum diasumsikan bahwa belajar adalah proses yang konstruktif dan bukan penerimaan. Proses-proses kognitif yang disebut metakognisi mempengaruhi penggunaan pengetahuan, dan faktor-faktor sosial dan kontektual mempengaruhi pembelajaran.
Temuan-temuan dari psikologi kognitif menyediakan landasan teoretis untuk meningkatkan pengajaran secara umum dan khsususnya problem based learning (PBL). Premis dasar dalam psikologi kognitif adalah belajar merupakan proses konstruksi pengetahuan baru yang berdasarkan pada pengetahuan terkini. Mengikuti Glaser (1991) secara umum diasumsikan bahwa belajar adalah proses yang konstruktif dan bukan penerimaan. Proses-proses kognitif yang disebut metakognisi mempengaruhi penggunaan pengetahuan, dan faktor-faktor sosial dan kontektual mempengaruhi pembelajaran.
A. Pengertian Metode Pembelajaran Berbasis
Masalah
Menurut Suherman (2003: 7)
Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Konsep yang dikemukakan Suherman menjelaskan
bahwa model pembelajaran adalah suatu bentuk bagaimana interaksi yang tercipta
antara guru dan siswa berhubungan dengan strategi, pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran yang digunkan dalam proses pembelajaran.
Gijselaers ( 1996)
Pembelajaran berbasis masalah diturunkan dari teori bahwa belajar adalah proses dimana pembelajar secara aktif mengkontruksi pengetahuan.
Pembelajaran berbasis masalah diturunkan dari teori bahwa belajar adalah proses dimana pembelajar secara aktif mengkontruksi pengetahuan.
Konsep ini menjelaskan bahwa belajar terjadi
dari aksi siswa, dan pendidik hanya berperan dalam memfasilitasi terjadinya
aktivitas kontruksi pengetahuan oleh pembelajar. Pendidik harus memusatkan
perhatiannya untuk membantu siswa dalam mencapai keterampilan self directed
learning.
Tujuan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Departemen Pendidikan Nasional (2003)
Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa menjadi pembelajar yang mandiri, artinya ketika siswa belajar, maka siswa dapat memilih strategi belajar yang sesuai, terampil menggunakan strategi tersebut untuk belajar dan mampu mengontrol proses belajarnya, serta termotivasi untuk menyelesaikan belajarnya itu.
Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa menjadi pembelajar yang mandiri, artinya ketika siswa belajar, maka siswa dapat memilih strategi belajar yang sesuai, terampil menggunakan strategi tersebut untuk belajar dan mampu mengontrol proses belajarnya, serta termotivasi untuk menyelesaikan belajarnya itu.
Dari pengertian ini, dikatakan bahwa tujuan
utama pembelajaran berbasis masalah adalah untuk menggali daya kreativitas
siswa dalam berpikir dan memotivasi siswa untuk terus belajar.
Muslimin Ibrahim (2000:7)
Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajar yang mandiri.
Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajar yang mandiri.
Dari pengertian ini kita dapat mngetahui
bahwa pembelajaran berbasis masalah ini difokuskan untuk perkembangan belajar
siswa, bukan untuk membantu guru mengumpulkan informasi yang nantinya akan
diberikan kepada siswa saat proses pembelajaran.
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)
bertujuan untuk:
1. membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah,
2. belajar peranan orang dewasa yang otentik,
3. menjadi siswa yang mandiri,
4. untuk bergerak pada level pemahaman yang lebih umum, membuat kemungkinan transfers pengetahuan baru,
5. mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
6. meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
7. meningkatkan motivasi belajar siswa
8. membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
1. membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah,
2. belajar peranan orang dewasa yang otentik,
3. menjadi siswa yang mandiri,
4. untuk bergerak pada level pemahaman yang lebih umum, membuat kemungkinan transfers pengetahuan baru,
5. mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
6. meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
7. meningkatkan motivasi belajar siswa
8. membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
B. Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran
Berbasis Masalah
Berdasar pada pandangan psikologi kognitif
terdapat tiga prinsip pembelajaran yang berkaitan dengan PBL
1. Belajar adalah proses konstruktif dan
bukan penerimaan. Pembelajaran tradisional didominasi oleh pandangan bahwa
belajar adalah penuangan pengetahuan ke kepala pebelajar. Kepala pebelajar
dipandang sebagai kotak kosong yang siap diisi melalui repetisi dan penerimaan.
Pengajaran lebih diarahkan untuk penyimpanan informasi oleh pebelajar pada
memorinya seperti menyimpan buku-buku di perpustakaan. Pemanggilan kembali
informasi bergantung pada kualitas nomer panggil(call number) yang digunakan
dalam mengklasifikasikan informasi. Namun, psikologi kognitif modern menyatakan
bahwa memori merupakan struktur asosiatif. Pengetahuan disusun dalam jaringan
antar konsep, mengacu pada jalinan semantik. Ketika belajar terjadi informasi
baru digandengkan pada jaringan informasi yang telah ada. Jalinan semantik
tidak hanya menyangkut bagaimana menyimpan informasi, tetapi juga bagaimana
informasi itu diinterpretasikan dan dipanggil.
2. Knowing About Knowing (metakognisi)
Mempengaruhi Pembelajaran.
Prinsip kedua yang sangat penting adalah belajar adalah proses cepat, bila pebelajar mengajukan keterampilan-keterampilan self monitoring, secara umum mengacu pada metakognisi (Bruer, 1993 dalam Gijselaers, 1996). Metakognisi dipandang sebagai elemen esensial keterampilan belajar seperti setting tujuan (what am I going to do), strategi seleksi (how am I doing it?), dan evaluasi tujuan (did it work?). Keberhasilan pemecahan masalah tidak hanya bergantung pada pemilikan pengetahuan konten (body of knowledge), tetapi juga penggunaan metode pemecahan masalah untuk mencapai tujuan. Secara khusus keterampilan metokognitif meliputi kemampuan memonitor prilaku belajar diri sendiri, yakni menyadari bagaimana suatu masalah dianalisis dan apakah hasil pemecahan masalah masuk akal?
Prinsip kedua yang sangat penting adalah belajar adalah proses cepat, bila pebelajar mengajukan keterampilan-keterampilan self monitoring, secara umum mengacu pada metakognisi (Bruer, 1993 dalam Gijselaers, 1996). Metakognisi dipandang sebagai elemen esensial keterampilan belajar seperti setting tujuan (what am I going to do), strategi seleksi (how am I doing it?), dan evaluasi tujuan (did it work?). Keberhasilan pemecahan masalah tidak hanya bergantung pada pemilikan pengetahuan konten (body of knowledge), tetapi juga penggunaan metode pemecahan masalah untuk mencapai tujuan. Secara khusus keterampilan metokognitif meliputi kemampuan memonitor prilaku belajar diri sendiri, yakni menyadari bagaimana suatu masalah dianalisis dan apakah hasil pemecahan masalah masuk akal?
3. Faktor-faktor Kontekstual dan Sosial
Mempengaruhi Pembelajaran. Prinsip ketiga ini adalah tentang penggunaan
pengetahuan. Mengarahkan pebelajar untuk memiliki pengetahuan dan untuk mampu
menerapkan proses pemecahan masalah merupakan tujuan yang sangat ambisius.
Pembelajaran biasanya dimulai dengan penyampaian pengetahuan oleh pembelajar
kepada pebelajar, kemudian disertai dengan pemberian tugas-tugas berupa masalah
untuk meningkatkan penggunaan pengetahuan. Namun studi-studi menunjukkan bahwa
pebelajar mengalami kesulitan serius dalam menggunakan pengetahuan ilmiah
(Bruning et al, 1995). Studi juga menunjukkan bahwa pendidikantradisional tidak
memfasilitasi peningkatan peman masalah-maslah fisika walaupun secara formal
diajarkan teori fisika ( misalnya, Clement, 1990).
Bridges (1992) dan Charlin (1998)
Dalam melaksanakan proses pembelajaran PBM ini, Bridges dan Charlin telah menggariskan beberapa ciri-ciri utama seperti berikut.
1. Pembelajaran berpusat dengan masalah.
2. Masalah yang digunakan merupakan masalah dunia sebenarnya yang mungkin akan dihadapi oleh siswa dalam kerja profesional mereka di masa depan.
3. Pengetahuan yang diharapkan dicapai oleh siswa saat proses pembelajaran disusun berdasarkan masalah.
4. Para siswa bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran mereka sendiri.
5. Siswa aktif dengan proses bersama.
6. Pengetahuan menyokong pengetahuan yang baru.
7. Pengetahuan diperoleh dalam konteks yang bermakna.
8. Siswa berpeluang untuk meningkatkan serta mengorganisasikan pengetahuan.
9. Kebanyakan pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok kecil.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran PBM ini, Bridges dan Charlin telah menggariskan beberapa ciri-ciri utama seperti berikut.
1. Pembelajaran berpusat dengan masalah.
2. Masalah yang digunakan merupakan masalah dunia sebenarnya yang mungkin akan dihadapi oleh siswa dalam kerja profesional mereka di masa depan.
3. Pengetahuan yang diharapkan dicapai oleh siswa saat proses pembelajaran disusun berdasarkan masalah.
4. Para siswa bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran mereka sendiri.
5. Siswa aktif dengan proses bersama.
6. Pengetahuan menyokong pengetahuan yang baru.
7. Pengetahuan diperoleh dalam konteks yang bermakna.
8. Siswa berpeluang untuk meningkatkan serta mengorganisasikan pengetahuan.
9. Kebanyakan pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok kecil.
Kriteria Pemilihan Bahan Pembelajaran
Berbasis Masalah
1. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik yang bisa bersumber dari berita,rekaman,video dan lain sebagainya.
2. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa,sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik.
3. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak,sehingga terasa manfaatnya.
4. Bahan yang dipilih adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk mempelajarinya.
1. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik yang bisa bersumber dari berita,rekaman,video dan lain sebagainya.
2. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa,sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik.
3. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak,sehingga terasa manfaatnya.
4. Bahan yang dipilih adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk mempelajarinya.
Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Pannen (2001)
Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL paling sedikit ada delapan tahapan, yaitu:
1. mengidentifikasi masalah,
2. mengumpulkan data,
3. menganalisis data,
4. memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya,
5. memilih cara untuk memecahkan masalah,
6. merencanakan penerapan pemecahan masalah,
7. melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan
8. melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.
Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL paling sedikit ada delapan tahapan, yaitu:
1. mengidentifikasi masalah,
2. mengumpulkan data,
3. menganalisis data,
4. memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya,
5. memilih cara untuk memecahkan masalah,
6. merencanakan penerapan pemecahan masalah,
7. melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan
8. melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.
Arends (2004)
Ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL.
Fase Aktivitas guru
Fase 1: Mengorientasikan mahasiswa pada masalah. Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi mahasiswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih
Fase 2: Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar. Membantu mahasiswa membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi
Fase 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Mendorong mahasiswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk penjelasan dan pemecahan
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu mahasiswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Membantu mahasiswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan selama berlangusungnya pemecahan masalah.
Ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL.
Fase Aktivitas guru
Fase 1: Mengorientasikan mahasiswa pada masalah. Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi mahasiswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih
Fase 2: Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar. Membantu mahasiswa membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi
Fase 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Mendorong mahasiswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk penjelasan dan pemecahan
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu mahasiswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Membantu mahasiswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan selama berlangusungnya pemecahan masalah.
Berikut langkah-langkah PBM.
1. Guru memulai sesi awal PBM dengan presentasi permasalahan yang akan dihadapi oleh siswa.
2. Siswa terstimulus untuk berusaha menyelesaikan permasalahan di lapangan.
3. Siswa mengorganisasikan apa yang telah mereka pahami tentang permasalahan dan mencoba mengidentifikasi hal-hal terkait.
4. Siswa berdiskusi dengan mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak mereka pahami.
5. Guru mendampingi siswa untuk fokus terhadap pertanyaan yang dianggap penting.
6. Setelah periode self-study, sesi kedua dilakukan.
7. Pada awal sesi ini siswa diharapkan dapat membagi pengetahuan baru yang mereka peroleh.
8. Siswa menguji validitas dari pendekatan awal dan menyaringnya.
9. Siswa berlatih mentransfer pengetahuan dalam konteks nyata melalui pelaporan di kelas.
1. Guru memulai sesi awal PBM dengan presentasi permasalahan yang akan dihadapi oleh siswa.
2. Siswa terstimulus untuk berusaha menyelesaikan permasalahan di lapangan.
3. Siswa mengorganisasikan apa yang telah mereka pahami tentang permasalahan dan mencoba mengidentifikasi hal-hal terkait.
4. Siswa berdiskusi dengan mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak mereka pahami.
5. Guru mendampingi siswa untuk fokus terhadap pertanyaan yang dianggap penting.
6. Setelah periode self-study, sesi kedua dilakukan.
7. Pada awal sesi ini siswa diharapkan dapat membagi pengetahuan baru yang mereka peroleh.
8. Siswa menguji validitas dari pendekatan awal dan menyaringnya.
9. Siswa berlatih mentransfer pengetahuan dalam konteks nyata melalui pelaporan di kelas.
Dalam penyelidikan suatu masalah, hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
1. Membaca dan menganalisis skenario dan situasi masalah.
Periksa pemahaman Anda tentang skenario dengan mendiskusikan hal itu dalam kelompok Anda. Sebuah upaya kelompok mungkin akan lebih efektif dalam menentukan apa faktor-faktor kunci dalam situasi ini. Karena ini adalah situasi pemecahan masalah nyata, grup Anda akan harus secara aktif mencari informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
1. Membaca dan menganalisis skenario dan situasi masalah.
Periksa pemahaman Anda tentang skenario dengan mendiskusikan hal itu dalam kelompok Anda. Sebuah upaya kelompok mungkin akan lebih efektif dalam menentukan apa faktor-faktor kunci dalam situasi ini. Karena ini adalah situasi pemecahan masalah nyata, grup Anda akan harus secara aktif mencari informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
2. Daftar hipotesis, ide, atau firasat
Tulis dalam daftar teori atau hipotesis tentang penyebab masalah atau ide-ide tentang bagaimana untuk memecahkan masalah. Anda juga akan mendukung atau menolak ide-ide sebagai hasil penyelidikan Anda. Daftar ide yang berbeda lain yang perlu ditangani.
Tulis dalam daftar teori atau hipotesis tentang penyebab masalah atau ide-ide tentang bagaimana untuk memecahkan masalah. Anda juga akan mendukung atau menolak ide-ide sebagai hasil penyelidikan Anda. Daftar ide yang berbeda lain yang perlu ditangani.
3. Daftar apa yang dikenal.
Buat pos berjudul “Apa yang kita ketahui?” pada selembar kertas. Kemudian temukan informasi yang terkandung dalam skenario.
Buat pos berjudul “Apa yang kita ketahui?” pada selembar kertas. Kemudian temukan informasi yang terkandung dalam skenario.
4. Mengembangkan sebuah pernyataan masalah.
Suatu pernyataan masalah harus berasal dari analisis Anda apa yang Anda ketahui. Dalam satu atau dua kalimat Anda harus dapat menjelaskan apa yang grup Anda sedang mencoba untuk menyelesaikan, memproduksi, menanggapi, tes, atau mencari tahu. Pernyataan masalah mungkin harus direvisi sebagai informasi baru ditemukan dan dibawa ke menanggung pada situasi.
Suatu pernyataan masalah harus berasal dari analisis Anda apa yang Anda ketahui. Dalam satu atau dua kalimat Anda harus dapat menjelaskan apa yang grup Anda sedang mencoba untuk menyelesaikan, memproduksi, menanggapi, tes, atau mencari tahu. Pernyataan masalah mungkin harus direvisi sebagai informasi baru ditemukan dan dibawa ke menanggung pada situasi.
5. Daftar apa yang dibutuhkan.
Siapkan daftar pertanyaan Anda pikir perlu dijawab untuk memecahkan masalah. Rekam mereka di bawah daftar kedua berjudul: “Apa yang kita perlu tahu?” Beberapa jenis pertanyaan yang mungkin sesuai. Beberapa orang mungkin alamat konsep atau prinsip-prinsip yang perlu dipelajari untuk mengatasi situasi. Pertanyaan lain mungkin dalam bentuk permintaan untuk informasi lebih lanjut. Pertanyaan-pertanyaan ini akan membimbing pencarian yang mungkin akan terjadi on-line, di perpustakaan, atau dalam pencarian out-of-kelas yang lain.
Siapkan daftar pertanyaan Anda pikir perlu dijawab untuk memecahkan masalah. Rekam mereka di bawah daftar kedua berjudul: “Apa yang kita perlu tahu?” Beberapa jenis pertanyaan yang mungkin sesuai. Beberapa orang mungkin alamat konsep atau prinsip-prinsip yang perlu dipelajari untuk mengatasi situasi. Pertanyaan lain mungkin dalam bentuk permintaan untuk informasi lebih lanjut. Pertanyaan-pertanyaan ini akan membimbing pencarian yang mungkin akan terjadi on-line, di perpustakaan, atau dalam pencarian out-of-kelas yang lain.
6. Daftar tindakan yang mungkin.
Daftar rekomendasi, solusi, atau hipotesis di bawah judul: “Apa yang harus kita lakukan?”. Daftar rencana Anda untuk penyelidikan. Rencana ini mungkin termasuk mempertanyakan ahli, mendapatkan data online, atau mengunjungi perpustakaan.
Daftar rekomendasi, solusi, atau hipotesis di bawah judul: “Apa yang harus kita lakukan?”. Daftar rencana Anda untuk penyelidikan. Rencana ini mungkin termasuk mempertanyakan ahli, mendapatkan data online, atau mengunjungi perpustakaan.
7. Mengumpulkan dan Menganalisis informasi.
Bagilah tanggung jawab untuk mengumpulkan, mengorganisir, menganalisis, dan menafsirkan informasi dari banyak sumber. Menganalisis informasi yang anda kumpulkan. Anda mungkin perlu merevisi pernyataan masalah. Anda dapat mengidentifikasi laporan masalah yang lebih. Pada titik ini, grup Anda mungkin akan merumuskan dan menguji hipotesis untuk menjelaskan masalah. Beberapa masalah mungkin tidak memerlukan hipotesis, bukan solusi yang dianjurkan atau pendapat (berdasarkan data riset Anda) mungkin tepat.
Bagilah tanggung jawab untuk mengumpulkan, mengorganisir, menganalisis, dan menafsirkan informasi dari banyak sumber. Menganalisis informasi yang anda kumpulkan. Anda mungkin perlu merevisi pernyataan masalah. Anda dapat mengidentifikasi laporan masalah yang lebih. Pada titik ini, grup Anda mungkin akan merumuskan dan menguji hipotesis untuk menjelaskan masalah. Beberapa masalah mungkin tidak memerlukan hipotesis, bukan solusi yang dianjurkan atau pendapat (berdasarkan data riset Anda) mungkin tepat.
8. Menyajikan temuan-temuannya.
Siapkan laporan di mana Anda membuat rekomendasi, prediksi, kesimpulan, atau solusi lainyang tepat untuk masalah berdasarkan data Anda dan latar belakang. Bersiaplah untuk mendukung rekomendasi Anda. Jika sesuai, pertimbangkan presentasi multimedia dengan menggunakan gambar, grafik, atau suara.
Siapkan laporan di mana Anda membuat rekomendasi, prediksi, kesimpulan, atau solusi lainyang tepat untuk masalah berdasarkan data Anda dan latar belakang. Bersiaplah untuk mendukung rekomendasi Anda. Jika sesuai, pertimbangkan presentasi multimedia dengan menggunakan gambar, grafik, atau suara.
Pelaksanaan Pembelajaran Bedasarkan Masalah
Pierce dan Jones (Ratnaningsih, 2003)
Mereka mengemukakan bahwa kejadian-kejadian yang harus muncul pada waktu pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:
a. Keterlibatan (engagement) meliputi mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecah masalah yang bisa bekerja sama dengan pihak lain, menghadapkan siswa pada situasi yang mendorong untuk mampu menemukan masalah dan meneliti permasalahan sambil mengajukkan dugaan dan rencana penyelesaian.
b. Inkuiri dan investigasi (inquiry dan investigation) yang mencakup kegiatan mengeksplorasi dan mendistribuskan informasi.
c. Performansi (performnace) yaitu menyajikan temuan.
d. Tanya jawab (debriefing) yaitu menguji keakuratan dari solusi dan melakukan refleksi terhadap proses pemecahan masalah.
Mereka mengemukakan bahwa kejadian-kejadian yang harus muncul pada waktu pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:
a. Keterlibatan (engagement) meliputi mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecah masalah yang bisa bekerja sama dengan pihak lain, menghadapkan siswa pada situasi yang mendorong untuk mampu menemukan masalah dan meneliti permasalahan sambil mengajukkan dugaan dan rencana penyelesaian.
b. Inkuiri dan investigasi (inquiry dan investigation) yang mencakup kegiatan mengeksplorasi dan mendistribuskan informasi.
c. Performansi (performnace) yaitu menyajikan temuan.
d. Tanya jawab (debriefing) yaitu menguji keakuratan dari solusi dan melakukan refleksi terhadap proses pemecahan masalah.
A. Tugas Perencanaan.
Pembelajaran Bedasarkan Masalah memerlukan banyak perencanaan seperti halnya model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa lainnya.
Pembelajaran Bedasarkan Masalah memerlukan banyak perencanaan seperti halnya model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa lainnya.
1. Penetapan Tujuan.
Pertama mendiskripsikan bagaimana pembelajaran berdasarkan masalah direncanakan untuk membantu tercapainya tujuan-tujuan tertentu misalnya ketrampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa dn membantu siswa menjadi pebelajar yang mandiri Hendaknya difikirkan dahulu dengan matang tujuan yang hendak dicapai sehingga dapat dikomunikasikan dengan jelas kepada siswa
Pertama mendiskripsikan bagaimana pembelajaran berdasarkan masalah direncanakan untuk membantu tercapainya tujuan-tujuan tertentu misalnya ketrampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa dn membantu siswa menjadi pebelajar yang mandiri Hendaknya difikirkan dahulu dengan matang tujuan yang hendak dicapai sehingga dapat dikomunikasikan dengan jelas kepada siswa
2. Merancang situasi masalah yang sesuai
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru memberikan kebebasan siswa untuk memilih masalah yang akan diselidiki, karena cara ini meningkatkan motivasi siswa. Masalah sebaiknya otentik ( berdasarkan pada pengalaman dunia nyata siswa ), mengandung teka-teki dan tidak terdefinisikan secara ketat, memungkinkan kerjasama, bermakna bagi siswa dan konsisten dengan tujuan kurikulum.
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru memberikan kebebasan siswa untuk memilih masalah yang akan diselidiki, karena cara ini meningkatkan motivasi siswa. Masalah sebaiknya otentik ( berdasarkan pada pengalaman dunia nyata siswa ), mengandung teka-teki dan tidak terdefinisikan secara ketat, memungkinkan kerjasama, bermakna bagi siswa dan konsisten dengan tujuan kurikulum.
3. Organisasi sumber daya dan rencana
logistik.
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa karena dalam model pembelajaran ini dimungkinkan siswa bekerja dengan beragam material dan peralatan, pelaksanaan dapat dilakukan didalam maupun diluar kelas.
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa karena dalam model pembelajaran ini dimungkinkan siswa bekerja dengan beragam material dan peralatan, pelaksanaan dapat dilakukan didalam maupun diluar kelas.
B. Tugas interaktif
1. Orientasi siswa pada masalah.
Siswa perlu memahami bahwa pembelajaran berdasarkan masalah tidak untuk memperoleh informasi baru dalam jumlah besar, tetapi pembelajaran ini adalah kegiatan penyelidikan terhadap masalah-masalah yang penting dan untuk menjadi pelajar yang mandiri. Oleh karena itu cara yang baik dalam menyajikan masalah adalah dengan menggunakan kejadian-kejadian yang mencengangkan dan menimbulkan misteri sehingga merangsang untuk memecahkan masalah tersebut.
1. Orientasi siswa pada masalah.
Siswa perlu memahami bahwa pembelajaran berdasarkan masalah tidak untuk memperoleh informasi baru dalam jumlah besar, tetapi pembelajaran ini adalah kegiatan penyelidikan terhadap masalah-masalah yang penting dan untuk menjadi pelajar yang mandiri. Oleh karena itu cara yang baik dalam menyajikan masalah adalah dengan menggunakan kejadian-kejadian yang mencengangkan dan menimbulkan misteri sehingga merangsang untuk memecahkan masalah tersebut.
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah siswa memerlukan bantuan guru untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif juga diperlukan pengembangan ketrampilan kerja sama di anatara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama.
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah siswa memerlukan bantuan guru untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif juga diperlukan pengembangan ketrampilan kerja sama di anatara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama.
3. Membantu penyelidikan mandiri dan
kelompok.
a. guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat siswa memimikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah sehingga siswa diajarkan menjadi penyelidik yang aktif dan dapat menggunakan metode yang sesuai untuk memecahkan masalah tersebut. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
b. Guru mendorong pertukaran ide secara bebas dan penerimaan sepenuhnya ide-ide tersebut. Guru mendorong siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Selama tahap penyelidikan guru memberi bantuan yang dibutuhkan tanpa mengganggu siswa.
c. Puncak kegiatan pembelajaran berdasarkan masalah adalah penciptaan dan peragaan artifak seperti laporan, poster, model-model fisik, videotape dsb. Tugas guru pada tiap akhir pembelajaran berbasis masalah adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berfikir mereka sendiri, dan ketrampilan penyelidikan yang mereka gunakan.
a. guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat siswa memimikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah sehingga siswa diajarkan menjadi penyelidik yang aktif dan dapat menggunakan metode yang sesuai untuk memecahkan masalah tersebut. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
b. Guru mendorong pertukaran ide secara bebas dan penerimaan sepenuhnya ide-ide tersebut. Guru mendorong siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Selama tahap penyelidikan guru memberi bantuan yang dibutuhkan tanpa mengganggu siswa.
c. Puncak kegiatan pembelajaran berdasarkan masalah adalah penciptaan dan peragaan artifak seperti laporan, poster, model-model fisik, videotape dsb. Tugas guru pada tiap akhir pembelajaran berbasis masalah adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berfikir mereka sendiri, dan ketrampilan penyelidikan yang mereka gunakan.
4. Analisis dan evaluasi proses pemecahan
masalah. Tugas guru pada tahap akhir pembelajaran berdasarkan masalah adalah
membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri dan
ketrampilan penyelidikan yang mereka gunakan.
C. Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas
Managemen
Guru perlu memberikan seperangkat aturan, sopan santun kepada siswa untuk mengendalikan tingkah laku siswa ketika mereka melakukan penyelidikan sehingga terciptanya kenyamanan, kemudahan siswa dalam melakukan aktivitasnya.
Guru perlu memberikan seperangkat aturan, sopan santun kepada siswa untuk mengendalikan tingkah laku siswa ketika mereka melakukan penyelidikan sehingga terciptanya kenyamanan, kemudahan siswa dalam melakukan aktivitasnya.
D. Asesmen dan evaluasi
Penilaian yang dilakukan guru tidak hanya terbatas dengan tes kertas dan pensil ( paper and paper tes ) tetapi termasuk menemukan prosedur penilaian alternative yang dapat digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa. Penetapan kriteria penilaian tugas-tugas kinerja/ hasil karya harus dilakukan pada awal-awal pembelajaran dan harus dapat dikerjakan oleh pebelajar (Fottrell, 1996). Kriteria penilaian itu harus didiskusikan terlebih dahulu bersama pebelajar di kelas. Diskusi ini meliputi berapa grade yang harus mereka capai dan siapa yang akan menilai mereka (pembelajar, pebelajar, atau ahli luar).
Penilaian yang dilakukan guru tidak hanya terbatas dengan tes kertas dan pensil ( paper and paper tes ) tetapi termasuk menemukan prosedur penilaian alternative yang dapat digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa. Penetapan kriteria penilaian tugas-tugas kinerja/ hasil karya harus dilakukan pada awal-awal pembelajaran dan harus dapat dikerjakan oleh pebelajar (Fottrell, 1996). Kriteria penilaian itu harus didiskusikan terlebih dahulu bersama pebelajar di kelas. Diskusi ini meliputi berapa grade yang harus mereka capai dan siapa yang akan menilai mereka (pembelajar, pebelajar, atau ahli luar).
Penilaian pada pembelajaran berbasis masalah
berorientasi pada proses dengan tujuan untuk menilai ketrampilan berkomunikasi,
bekerjasama, penerimaan siswa terhadap tanggung jawab belajar, kemampuan
belajar bagaimanan belajar ( learning to learn ), penyelesaian dan penggunaan
sumber serta pengembangan ketrampilan memecahkan masalah. Dalam pembelajaran
berbasis masalah guru berperan dalam mengembangkan aspek kognitif dan
metakognitif siswa, bukan sekedar sumber pengetahuan dan penyebar informasi.
Disamping itu siswa bukan sebagai pendengar yang pasif tetapi berperan aktif
sebagai problem.
Peran guru, siswa dan masalah dalam
pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan sebagai berikut:
Guru sebagai pelatihv
Siswa sebagai problem solverv
Masalah sebagai awal tantangan dan motivasiv
Asking about thinking ( bertanya tentang pemikiran)Ø
memonitor pembelajaranØ
probbing ( menantang siswa untuk berfikir )Ø
menjaga agar siswa terlibatØ
mengatur dinamika kelompokØ
menjaga berlangsungnya prosesØ
peserta yang aktifØ
terlibat langsung dalam pembelajaranØ
membangun pembelajaranØ
menarik untuk dipecahkanØ
menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajariØ
Guru sebagai pelatihv
Siswa sebagai problem solverv
Masalah sebagai awal tantangan dan motivasiv
Asking about thinking ( bertanya tentang pemikiran)Ø
memonitor pembelajaranØ
probbing ( menantang siswa untuk berfikir )Ø
menjaga agar siswa terlibatØ
mengatur dinamika kelompokØ
menjaga berlangsungnya prosesØ
peserta yang aktifØ
terlibat langsung dalam pembelajaranØ
membangun pembelajaranØ
menarik untuk dipecahkanØ
menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajariØ
Muslimin Ibrahim menjelaskan bahwa dalam
menerapkan model pembelajaran berbasis masalah membutuhkan banyak latihan dan
perlu membuat ke putusan-keputusan khusus pada fase-fase perencanaan, interaksi
dan setelah pembelajaran.
Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil
belajar (outcomes) yang diperoleh pebelajar yang diajar dengan PBL yaitu:
1. Inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah.
Siswa yang melakukan inkuiri dalam pempelajaran akan menggunakan ketrampilan berpikir tingkat tinggi (higher-order thinking skill) dimana mereka akan melakukan operasi mental seperti induksi, deduksi, klasifikasi, dan reasoning.
2. Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors), dan
3. Ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).
1. Inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah.
Siswa yang melakukan inkuiri dalam pempelajaran akan menggunakan ketrampilan berpikir tingkat tinggi (higher-order thinking skill) dimana mereka akan melakukan operasi mental seperti induksi, deduksi, klasifikasi, dan reasoning.
2. Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors), dan
3. Ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).
E. Kelebihan dan Kekurangan Metode
Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Pemanfaatannya
Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam
pemanfaatannya adalah sebagai berikut.
1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
2. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
3. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
4. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
5. Dapat mendorong siswa/mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri
6. Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang telah ia lakukan
7. Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna.
8. Dalam situasi PBM, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
9. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
2. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
3. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
4. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
5. Dapat mendorong siswa/mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri
6. Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang telah ia lakukan
7. Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna.
8. Dalam situasi PBM, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
9. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah
dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.
1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini. Peserta didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional, pemberian materi terjadi secara satu arah.
2. Kurangnya waktu pembelajaran. Proses PBM terkadang membutuhkan waktu yang lebih banyak. Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi persoalan yang diberikan. Sementara, waktu pelaksanaan PBM harus disesuaikan dengan beban kurikulum.
3. Menurut Fincham et al. (1997), “PBL tidak menghadirkan kurikulum baru tetapi lebih pada kurikulum yang sama melalui metode pengajaran yang berbeda,” (hal. 419).
4. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar, terutama di daerah yang mereka tidak memiliki pengalaman sebelumnya.
5. Seorang guru mengadopsi pendekatan PBL mungkin tidak dapat untuk menutup sebagai bahan sebanyak kursus kuliah berbasis konvensional. PBL bisa sangat menantang untuk melaksanakan, karena membutuhkan banyak perencanaan dan kerja keras bagi guru. Ini bisa sulit pada awalnya bagi guru untuk “melepaskan kontrol” dan menjadi fasilitator, mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan yang tepat daripada menyerahkan mereka solusi
1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini. Peserta didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional, pemberian materi terjadi secara satu arah.
2. Kurangnya waktu pembelajaran. Proses PBM terkadang membutuhkan waktu yang lebih banyak. Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi persoalan yang diberikan. Sementara, waktu pelaksanaan PBM harus disesuaikan dengan beban kurikulum.
3. Menurut Fincham et al. (1997), “PBL tidak menghadirkan kurikulum baru tetapi lebih pada kurikulum yang sama melalui metode pengajaran yang berbeda,” (hal. 419).
4. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar, terutama di daerah yang mereka tidak memiliki pengalaman sebelumnya.
5. Seorang guru mengadopsi pendekatan PBL mungkin tidak dapat untuk menutup sebagai bahan sebanyak kursus kuliah berbasis konvensional. PBL bisa sangat menantang untuk melaksanakan, karena membutuhkan banyak perencanaan dan kerja keras bagi guru. Ini bisa sulit pada awalnya bagi guru untuk “melepaskan kontrol” dan menjadi fasilitator, mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan yang tepat daripada menyerahkan mereka solusi
F. Kesimpulan
Pembelajaran Berbasis Masalah pertama kali
dicetuskan pada akhir tahun 1960-an di sekolah kedokteran di McMaster
University di Kanada.
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu
proses pembelajaran yang keterlibatan siswanya lebih besar dalam pemecahan
suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat
mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah yang disajikan oleh
pendidik dengan berbekal pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sehingga dari
prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.
Ciri-ciri Pembelajaran dengan model PBL dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.
Ciri-ciri Pembelajaran dengan model PBL dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.
Masalah yang dijadikan sebagai fokus
pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi
pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan
interaksi dalam kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan
pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan
penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan,
mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat laporan. Keadaan tersebut menunjukkan
bahwa model PBL dapat memberikan pengalaman yang kaya kepada siswa. Dengan kata
lain, penggunaan PBL dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka
pelajari sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata
pada kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran Berbasis Masalah bertujuan untuk
memotivasi belajar siswa agar menjadi mandiri, membantu siswa mengembangkan
ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah, membuat kemungkinan
transfers pengetahuan baru, belajar peranan orang dewasa yang otentik,
Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Berbasis
Masalah adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan, Knowing About Knowing
(metakognisi) mempengaruhi pembelajaran, danFaktor-faktor kontekstual dan
sosial mempengaruhi pembelajaran.
Kriteria pemilihan bahan Pembelajaran
Berbasis Masalah adalah :
1. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik
2. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa
3. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak
4. Bahan yang dipilih adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa
5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa
1. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik
2. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa
3. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak
4. Bahan yang dipilih adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa
5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa
Langkah- langkah model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah, yaitu :
1. Orientasi siswa kepada masalah
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
1. Orientasi siswa kepada masalah
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Pelaksanaan Pembelajaran Bedasarkan Masalah
adalah sebagai berikut.
A. Tugas Perencanaan.
1. Penetapan Tujuan.
2. Merancang situasi masalah yang sesuai.
3. Organisasi sumber daya dan rencana logistik.
B. Tugas interaktif
1. Orientasi siswa pada masalah.
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
3. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok.
4. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.
C. Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Managemen.
D. Asesmen dan evaluasi
Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang diperoleh pebelajar yang diajar dengan Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu:
1. Inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah.
2. Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors), dan
3. Ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).
A. Tugas Perencanaan.
1. Penetapan Tujuan.
2. Merancang situasi masalah yang sesuai.
3. Organisasi sumber daya dan rencana logistik.
B. Tugas interaktif
1. Orientasi siswa pada masalah.
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
3. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok.
4. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.
C. Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Managemen.
D. Asesmen dan evaluasi
Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang diperoleh pebelajar yang diajar dengan Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu:
1. Inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah.
2. Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors), dan
3. Ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).
Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam
pemanfaatannya adalah sebagai berikut.
1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif dan mandiri
2. Meningkatkan motivasi dan kemampuan memecahkan masalah
3. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
4. Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna.
5. Dalam situasi PBM, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
6. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif dan mandiri
2. Meningkatkan motivasi dan kemampuan memecahkan masalah
3. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
4. Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna.
5. Dalam situasi PBM, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
6. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah
dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.
1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini.
2. Kurangnya waktu pembelajaran.
3. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar.
4. Seorang guru sulit menjadi fasilitator yang baik.
1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini.
2. Kurangnya waktu pembelajaran.
3. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar.
4. Seorang guru sulit menjadi fasilitator yang baik.
MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING
MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING
1.
Pengertian
Mind mapping merupakan cara untuk menempatkan
informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind
mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti
halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok
masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah peta kita bisa
merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita
akan pergi dan dimana kita berada.
Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute
yang digunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian
rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan dilibatkan sejak awal
sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada
menggunakan teknik mencatat biasa..
Mind mapping, disebut pemetaan
pikiran atau peta pikiran, adalah salah satu cara mencatat materi pelajaran
yang memudahkan siswa belajar. Mind mapping bisa juga dikategorikan sebagai
teknik mencatat kreatif.
Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena
pembuatan mind mapping ini membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si
pembuatnya. Siswa yang kreatif akan lebih mudah membuat mind mapping ini.
Begitu pula, dengan semakin seringnya siswa membuat mind mapping, dia akan
semakin kreatif.
Konsep Mind Mapping asal mulanya
diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan
nama Radiant Thinking. Sebuah mind map memiliki sebuah ide atau kata sentral,
dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral tersebut. Mind
Mapping sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang kita
miliki dan membuat asosiasi di antara ide tersebut. Mind Mapping juga berguna
untuk mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti
diagram pohon dan percabangannya memudahkan untuk mereferensikan satu informasi
kepada informasi yang lain.
Mind mapping merupakan tehnik penyusunan
catatan demi membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum.
Caranya, menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan. Dengan metode mind
mapping siswa dapat meningkatkan daya ingat hingga 78%.
Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Maping
·
Catatan biasa :
a. Catatan
Biasa
b. Hanya
berupa tulisan-tulisan saja
c. Hanya
dalam satu warna
d. Untuk
mereview ulang diperlukan waktu yang lama
e. Waktu
yang diperlukan untuk belajar lebih lama
f. Statis
·
Mind mapping :
a. Peta
pikiran
b. Berupa
tulisan, simbol, dan gambar
c. Berwarna
warni
d. Untuk
mereview ulang diperlukan waktu yang pendek
e. Waktu
yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif
f. Membuat
individu menjadi kreatif
Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind
mapping) adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual.
Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di
dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka kan
memudahkan seserorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi,
baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol,
bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi
yang diterima.Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi
setiap hari. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang
terdapat dalam diri siswa setiap harinya. Suasana menyenangkan yang diperoleh
siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi
penciptaan peta pikiran. Tugas guru dalam proses belajar adalah menciptakan
suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses
pembuatan mind mapping.(Sugiarto,Iwan. 2004. Mengoptimalkan Daya Kerja Otak
Dengan Berfikir.)
Cara membuat mind mapping, terlebih dahulu
siapkan selembar kertas kosong yang diatur dalam posisi landscape kemudian
tempatan topik yang akan dibahas di tengah-tengah halaman kertas dengan posisi
horizontal. Usahakan menggunakan gambar, simbol atau kode pada mind mapping
yang dibuat. Dengan visualisasi kerja otak kiri yang bersifat rasional, numerik
dan verbal bersinergi dengan kerja otak kanan yang bersifat imajinatif, emosi,
kreativitas dan seni. Dengan ensinergikan potensi otak kiri dan kanan, siswa
dapat dengan lebih mudah menangkap dan menguasai materi pelajaran.
Selain itu, siswa dapat menggunakan kata-kata
kunci sebagai asosiasi terhadap suatu ide pada setiap cabang pemikiran berupa
sebuah kata tunggal serta bukan kalimat. Setiap garis-garis cabang saling
berhubungan hingga ke pusat gambar dan diusahakan garis-garis yang dibentuk
tidak lurus agar tidak membosankan. Garis-garis cabang sebaiknya dibuat semakin
tipis begitu bergerak menjauh dari gambar utama untuk menandakan hirarki atau
tingkat kepentingan dari masing-masing garis.
Model pembelajaran Mind Mapping sangat baik
digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban.
Dipergunakan dalam kerja kelompok secara berpasangan ( 2 orang ).
Langkah-langkah pembelajarannya :
1. Guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru
menyajikan materi sebagaimana biasa.
3. Untuk
mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
4. Menugaskan
salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari
guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian
berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
5. Menugaskan
siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman
pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
6. Guru
mengulangi/menjelaskan kembali materi yang kiranya belum dipahami siswa.
7. Kesimpulan/penutup.
2.
Prinsip Dasar Mind
Mapping
Mind Mapping menggunakan teknik penyaluran
gagasan dengan menggunakan kata kunci bebas, simbol, gambar, dan menggambarkan
secara kesatuan dengan menggunakan teknik pohon.
3.
Kelebihan dan
Kekurangan mind mapping
Beberapa manfaat memiliki mind maping antara
lain :
a. Merencana
b. Berkomunikasi
c. Menjadi
Kreatif
d. Menghemat
Waktu
e. Menyelesaikan
Masalah
f. Memusatkan
Perhatian
g. Menyusun
dan Menjelaskan Fikiran-fikiran
h. Mengingat
dengan lebih baik
i. Belajar
Lebih Cepat dan Efisien
j. Melihat
gambar keseluruhan
Ada beberapa kelebihan saat menggunakan
teknik mind mapping ini, yaitu :
a. Cara
ini cepat
b. Teknik
dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala anda
c. Proses
mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.
d. Diagram
yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.
Kekurangan model pembelajaran mind mapping:
a. Hanya
siswa yang aktif yang terlibat
b. Tidak
sepenuhnya murid yang belajar
c. Jumlah
detail informasi tidak dapat dimasukkan
KESIMPULAN
Jadi model pembelajaran mind mapping adalah
suatu model pembelajaran untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan
mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta sebuah
jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Model pembelajaran Mind Mapping
sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan
alternatif jawaban. Dipergunakan dalam kerja kelompok secara berpasangan ( 2
orang ).
Mind Mapping menggunakan teknik penyaluran
gagasan dengan menggunakan kata kunci bebas, simbol, gambar, dan menggambarkan
secara kesatuan dengan menggunakan teknik pohon.
Mind mapping, disebut pemetaan
pikiran atau peta pikiran, adalah salah satu cara mencatat materi pelajaran
yang memudahkan siswa belajar. Mind mapping bisa juga dikategorikan sebagai
teknik mencatat kreatif.
Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena
pembuatan mind mapping ini membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si
pembuatnya. Siswa yang kreatif akan lebih mudah membuat mind mapping ini.
Begitu pula, dengan semakin seringnya siswa membuat mind mapping, dia akan
semakin kreatif.
Kelebihan :
a. Cara
ini cepat
b. Teknik
dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala anda
c. Proses
mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.
d. Diagram
yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.
Kekurangan :
a. Hanya
siswa yang aktif yang terlibat
b. Tidak
sepenuhnya murid yang belajar
c. Jumlah
detail informasi tidak dapat dimasukkan
METODE MAKE A MATCH
METODE MAKE A MATCH
1. PENGERTIAN
Pembelajaran terpusat pada guru sampai saat ini masih menemukan beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut dapat dilihat pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan. Siswa kurang bisa bekerja dalam kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan. Mereka cenderung belajar sendiri-sendiri. Pengetahuan yang didapat bukan dibangun sendiri secara bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri. Karena siswa jarang menemukan jawaban atas permasalahan atau konsep yang dipelajari.
Pembelajaran terpusat pada guru sampai saat ini masih menemukan beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut dapat dilihat pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan. Siswa kurang bisa bekerja dalam kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan. Mereka cenderung belajar sendiri-sendiri. Pengetahuan yang didapat bukan dibangun sendiri secara bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri. Karena siswa jarang menemukan jawaban atas permasalahan atau konsep yang dipelajari.
Ternyata suatu penelitian telah membuktikan
setelah dilakukan evaluasi terhadap hasil belajar siwa tenyata dengan
pendekatan seperti itu hasil belajar siswa dirasa belum maksimal. Hal ini
tampak pada pencapaian nilai akhir siswa .
Rendahnya pencapaian nilai akhir siswa ini,
menjadi indikasi bahwa pembelajaran yang dilakukan belum efektif. Nilai akhir
dari evaluasi belajar belum mencakup penampilan dan partisipasi siswa dalam
pembelajaran, hingga sulit untuk mengukur keterampilan siswa .
Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun
suatu pendekatan dalam pembelajaran yang lebih komprehensip dan dapat
mengaitkan materi teori dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya
.Atas dasar itulah mencoba dikembangkan pendekatan kooperatif dalam
pembelajaran dengan metode make a match.
Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas
falsafah homo homini socius, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah
mahluk sosial (Lie, 2003:27). Sedangkan menurut Ibrahim (2000:2) model
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang membantu siswa
mempelajari isi akademik dan hubungan sosial. Ciri khusus pembelajaran
kooperatif mencakup lima unsur yang harus diterapkan, yang meliputi; saling
ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi
antar anggota dan evaluasi proses kelompok (Lie, 2003:30)
Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal
yang sama sekali baru bagi guru. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu
model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa
yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi,
sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras,
budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model
pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan
permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran.
Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan
siswa dalam kelas, guru menerapkan metode pembelajaran make a match. Metode
make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat
diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa
disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas
waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
2. PRINSIP ATAU CIRI-CIRI
Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan bela negara akan berpasangan dengan kartu yang bertuliskan soal “sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada negara dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara” .
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.
9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
Pada penerapan metode make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa metode make a match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing. Hal ini merupakan suatu ciri dari pembelajaran kooperatif seperti yang dikemukan oleh Lie (2002:30) bahwa, “Pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong royong dan kerja sama kelompok.”
Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan bela negara akan berpasangan dengan kartu yang bertuliskan soal “sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada negara dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara” .
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.
9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
Pada penerapan metode make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa metode make a match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing. Hal ini merupakan suatu ciri dari pembelajaran kooperatif seperti yang dikemukan oleh Lie (2002:30) bahwa, “Pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong royong dan kerja sama kelompok.”
3. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Pembelajaran kooperatif metode make a match memberikan manfaat bagi siswa, di antaranya sebagai berikut:
1. Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan
2. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa
3. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar secara klasikal 87,50% .
4. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran (Let them move)
5. Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis.
6. Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa.
Pembelajaran kooperatif metode make a match memberikan manfaat bagi siswa, di antaranya sebagai berikut:
1. Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan
2. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa
3. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar secara klasikal 87,50% .
4. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran (Let them move)
5. Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis.
6. Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa.
Tak ada gading yang tak retak , begitu pula
pada metode ini. Di samping manfaat yang dirasakan oleh siswa, pembelajaran
kooperatif metode make a match berdasarkan temuan di lapangan mempunyai sedikit
kelemahan yaitu:
1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan
2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.
3. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai.
4. Pada kelas yang gemuk (<30 adalah="" akan="" apalagi="" bagaimana="" beberapa="" belajar="" bijaksana="" bisa="" br="" dasarnya="" dengan="" di="" diantisipasi="" dimulai.="" gedung="" hal="" ini="" itu="" jika="" kanannya.="" kedap="" kelas="" keramaian="" ketenangan="" ketertiban="" kiri="" kita="" komitmen="" kondisi="" kurang="" langkah="" maka="" memotivasinya="" menendalikan="" mengganggu="" menyepakati="" muncul="" pada="" pasar="" pembukaan.="" pertunjukan="" saja="" sebelum="" seperti="" siswa="" suara.="" suasana="" tentu="" tergantung="" terkendali.="" tetapi="" tidak="" yang=""> 4. KESIMPULAN
Berdasarkan pada kegiatan belajar mengajar penggunaan metode make a match, siswa nampak lebih aktif mencari pasangan kartu antara jawaban dan soal. Dengan metode pencarian kartu pasangan ini siswa dapat mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di dalam kartu yang ditemukannya dan menceritakannya dengan sederhana dan jelas secara bersama-sama. 30>
1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan
2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.
3. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai.
4. Pada kelas yang gemuk (<30 adalah="" akan="" apalagi="" bagaimana="" beberapa="" belajar="" bijaksana="" bisa="" br="" dasarnya="" dengan="" di="" diantisipasi="" dimulai.="" gedung="" hal="" ini="" itu="" jika="" kanannya.="" kedap="" kelas="" keramaian="" ketenangan="" ketertiban="" kiri="" kita="" komitmen="" kondisi="" kurang="" langkah="" maka="" memotivasinya="" menendalikan="" mengganggu="" menyepakati="" muncul="" pada="" pasar="" pembukaan.="" pertunjukan="" saja="" sebelum="" seperti="" siswa="" suara.="" suasana="" tentu="" tergantung="" terkendali.="" tetapi="" tidak="" yang=""> 4. KESIMPULAN
Berdasarkan pada kegiatan belajar mengajar penggunaan metode make a match, siswa nampak lebih aktif mencari pasangan kartu antara jawaban dan soal. Dengan metode pencarian kartu pasangan ini siswa dapat mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di dalam kartu yang ditemukannya dan menceritakannya dengan sederhana dan jelas secara bersama-sama.
Pada penerapan metode make a match, diperoleh
beberapa temuan bahwa metode make a match dapat memupuk kerja sama siswa dalam
menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka,
proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih
antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada
saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing.
Kegiatan yang dilakukan guru ini merupakan
upaya guru untuk menarik perhatian sehingga pada akhirnya dapat menciptakan
keaktifan dan motivasi siswa dalam diskusi. Hal ini sejalan dengan pendapat
Hamalik (1994:116), “Motivasi yang kuat erat hubungannya dengan peningkatan
keaktifan siswa yang dapat dilakukan dengan strategi pembelajaran tertentu, dan
motivasi belajar dapat ditujukan ke arah kegiatan-kegiatan kreatif. Apabila
motivasi yang dimiliki oleh siswa diberi berbagai tantangan, akan tumbuh
kegiatan kreatif.” Selanjutnya, penerapan metode make a match dapat
membangkitkan keingintahuan dan kerja sama di antara siswa serta mampu
menciptakan kondisi yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan tuntutan dalam
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bahwa pelaksanaan proses
pembelajaran mengikuti standar kompetensi, yaitu: berpusat pada siswa; mengembangkan
keingintahunan dan imajinasi; memiliki semangat mandiri, bekerja sama, dan
kompetensi; menciptakan kondisi yang menyenangkan; mengembangkan beragam
kemampuan dan pengalaman belajar; karakteristik mata pelajaran.
Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share
(TPS)
Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share
(TPS)
Strategi think –pair share (TPS) atau
berpikir berpasangan berbagai adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif
yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
1.
Pengertian
Strategi think
pair share ini berkembang dari penelitian belajar
kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan
Koleganya di universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997),menyatakan
bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi
suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi
membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan
prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak
waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya
melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang
menjadi tanda tanya . Sekarang guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih
banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami .Guru memilih menggunakan
think-pair-share untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan.
1.
Langkah-langkah
Langkah 1 : Berpikir ( thinking )
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah
yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa
menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.
Langkah 2 : Berpasangan ( pairing )
Selanjutnya guru meminta siswa untuk
berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama
waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang
diajukan menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi.
Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk
berpasangan.
Langkah 3 : Berbagi ( sharing )
Pada langkah akhir, guru meminta
pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka
bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan
dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Arends, (1997) disadur Tjokrodihardjo, (2003).
Model Pembelajaran Think Pair and Share
menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno.
Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan
siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada
materi/tujuan pembelajaran
Langkah-langkah model pembelajaran Think Pair
and Share adalah sebagai berikut :
1. Guru menyampaikan inti materi dan
kompetensi yang ingin dicapai.
2. Siswa diminta untuk berfikir tentang
materi/permasalahan yang disampaikan guru.
3. Siswa diminta berpasangan dengan
teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan
mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
4. Guru memimpin pleno kecil diskusi,
tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
5. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru
mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan
dan menambah materi yang
belum diungkapkan para siswa.
1.
Kelebihan TPS
(Think-Pair-Share)
1. Memberi
siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu
sama lain.
2. Meningkatkan
partisipasi akan cocok untuk tugas sederhana.
3. Lebih
banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota kelompok.
4. Interaksi
lebih mudah.
5. Lebih
mudah dan cepat membentuk kelompoknya.
6. Seorang
siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk
didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas.
7. Dapat
memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk
berpartisipasi dalam kelas.
8. Siswa
dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara
satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil.
9. Siswa
secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara
berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat
kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu
langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
10. Memungkinkan siswa untuk
merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan
karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh
guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.
11. Siswa akan terlatih menerapkan
konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan
kesepakatan dalam memecahkan masalah.
12. Siswa lebih aktif dalam
pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok
hanya terdiri dari 2 orang.
13. Siswa memperoleh kesempatan
untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang
ada menyebar.
14. Memungkinkan guru untuk lebih
banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran.
15. Meningkatkan pencurahan waktu
pada tugas. Penggunaan metode pembelajaran TPS menuntut siswa menggunakan
waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh
guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan
baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.
16. Memperbaiki kehadiran. Tugas
yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa
secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu
berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir
maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan mempengaruhi hasil
belajar mereka.
17. Angka putus sekolah berkurang.
Model pembelajaran TPS diharapkan dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran
sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik daripada pembelajaran dengan
model konvensional.
18. Sikap apatis berkurang.
Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan siswa merasa malas karena proses
belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan menjawab
semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam
proses belajar mengajar, metode pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak
monoton dibandingkan metode konvensional.
19. Penerimaan terhadap individu
lebih besar. Dalam model pembelajaran konvensional, siswa yang aktif di dalam
kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima
materi yang disampaikan oleh guru sedangkan siswa lain hanyalah “pendengar”
materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran TPS hal ini dapat
diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang
diberikan oleh guru.
20. Hasil belajar lebih mendalam.
Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang diraih oleh siswa. Dengan
pembelajaran TPS perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara
bertahap. Sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat
lebih optimal.
21. Meningkatkan kebaikan budi,
kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama yang diterapkan dalam model
pembelajaran TPS menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga
siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau
mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima.
1.
Kelemahan TPS (Think-Pair-Share)
1. Membutuhkan
koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas.
2. Membutuhkan
perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas.
3. Peralihan
dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang
berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga
dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang.
4. Banyak
kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.
5. Lebih
sedikit ide yang muncul.
6. Jika
ada perselisihan,tidak ada penengah.
7. Menggantungkan
pada pasangan.
8. Jumlah
siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu
siswa tidak mempunyai pasangan.
9. Ketidaksesuaian
antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaannya.
10. Metode pembelajaran
Think-Pair-Share belum banyak diterapkan di sekolah.
11. Sangat memerlukan kemampuan
dan ketrampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi
secara maksimal.
12. Menyusun bahan ajar setiap
pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak
13. Mengubah kebiasaan siswa
belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar
berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan
sendiri bagi siswa.
14. Sangat sulit diterapkan di
sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas.
15. Jumlah kelompok yang terbentuk
banyak.
16. Sejumlah siswa bingung,
sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling mengganggu antar siswa karena
siswa baru tahu metode TPS.
MODEL PEMBELAJARAN DEBAT
Model pembelajaran DEBAT
A. PENGERTIAN DEBAT
Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. Secara formal, debat banyak dilakukan dalam institusi legislatif seperti parlemen, terutama di negara-negara yang menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan juri.
Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. Secara formal, debat banyak dilakukan dalam institusi legislatif seperti parlemen, terutama di negara-negara yang menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan juri.
Contoh lain debat yang diselenggarakan secara
formal adalah debat antar kandidat legislatif dan debat antar calon
presiden/wakil presiden yang umum dilakukan menjelang pemilihan umum.
Debat kompetitif adalah debat dalam bentuk permainan yang biasa dilakukan di tingkat sekolah dan universitas. Dalam hal ini, debat dilakukan sebagai pertandingan dengan aturan (“format”) yang jelas dan ketat antara dua pihak yang masing-masing mendukung dan menentang sebuah pernyataan. Debat disaksikan oleh satu atau beberapa orang juri yang ditunjuk untuk menentukan pemenang dari sebuah debat. Pemenang dari debat kompetitif adalah tim yang berhasil menunjukkan pengetahuan dan kemampuan debat yang lebih baik.
B. DEBAT KOMPETITIF DALAM PENDIDIKAN
Tidak seperti debat sebenarnya di parlemen, debat kompetitif tidak bertujuan untuk menghasilkan keputusan namun lebih diarahkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan tertentu di kalangan pesertanya, seperti kemampuan untuk mengutarakan pendapat secara logis, jelas dan terstruktur, mendengarkan pendapat yang berbeda, dan kemampuan berbahasa asing (bila debat dilakukan dalam bahasa asing).
Namun demikian, beberapa format yang digunakan dalam debat kompetitif didasarkan atas debat formal yang dilakukan di parlemen. Dari sinilah muncul istilah “debat parlementer” sebagai salah satu gaya debat kompetitif yang populer. Ada berbagai format debat parlementer yang masing-masing memiliki aturan dan organisasinya sendiri.
Kejuaraan debat kompetitif parlementer tingkat dunia yang paling diakui adalah World Universities Debating Championship (WUDC) dengan gaya British Parliamentary di tingkat universitas dan World Schools Debating Championship (WSDC) untuk tingkat sekolah menengah atas.
Kompetisi debat bertaraf internasional umumnya menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar. Tidak ada bantuan penerjemah bagi peserta manapun. Namun demikian, beberapa kompetisi memberikan penghargaan khusus kepada tim yang berasal dari negara-negara yang hanya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua (English as Second Language – ESL).
Negara-negara yang terkenal dengan tim debatnya antara lain Inggris, Australia, Irlandia, dan Amerika Serikat. Di Asia, negara yang dianggap relatif kuat antara lain Filipina dan Singapura.
1. Debat kompetitif di Indonesia
Di Indonesia, debat kompetitif sudah mulai berkembang, walaupun masih didominasi oleh kompetisi debat berbahasa Inggris. Kejuaraan debat parlementar pertama di tingkat universitas adalah Java Overland Varsities English Debate (JOVED) yang diselenggarakan tahun 1997 di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, dan diikuti oleh tim-tim dari berbagai wilayah di P. Jawa. Kejuaraan debat se-Indonesia yang pertama adalah Indonesian Varsity English Debate (IVED) 1998 di Universitas Indonesia. Hingga kini (2006), kedua kompetisi tersebut diselenggarakan setiap tahun secara bergilir di universitas yang berbeda.
Sejak 2001, Indonesia telah mengirimkan delegasi ke WSDC. Delegasi tersebut dipilih setiap tahunnya melalui Indonesian Schools Debating Championship (ISDC) yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional bekerjasama dengan Association for Critical Thinking (ACT).
Debat kompetitif adalah debat dalam bentuk permainan yang biasa dilakukan di tingkat sekolah dan universitas. Dalam hal ini, debat dilakukan sebagai pertandingan dengan aturan (“format”) yang jelas dan ketat antara dua pihak yang masing-masing mendukung dan menentang sebuah pernyataan. Debat disaksikan oleh satu atau beberapa orang juri yang ditunjuk untuk menentukan pemenang dari sebuah debat. Pemenang dari debat kompetitif adalah tim yang berhasil menunjukkan pengetahuan dan kemampuan debat yang lebih baik.
B. DEBAT KOMPETITIF DALAM PENDIDIKAN
Tidak seperti debat sebenarnya di parlemen, debat kompetitif tidak bertujuan untuk menghasilkan keputusan namun lebih diarahkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan tertentu di kalangan pesertanya, seperti kemampuan untuk mengutarakan pendapat secara logis, jelas dan terstruktur, mendengarkan pendapat yang berbeda, dan kemampuan berbahasa asing (bila debat dilakukan dalam bahasa asing).
Namun demikian, beberapa format yang digunakan dalam debat kompetitif didasarkan atas debat formal yang dilakukan di parlemen. Dari sinilah muncul istilah “debat parlementer” sebagai salah satu gaya debat kompetitif yang populer. Ada berbagai format debat parlementer yang masing-masing memiliki aturan dan organisasinya sendiri.
Kejuaraan debat kompetitif parlementer tingkat dunia yang paling diakui adalah World Universities Debating Championship (WUDC) dengan gaya British Parliamentary di tingkat universitas dan World Schools Debating Championship (WSDC) untuk tingkat sekolah menengah atas.
Kompetisi debat bertaraf internasional umumnya menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar. Tidak ada bantuan penerjemah bagi peserta manapun. Namun demikian, beberapa kompetisi memberikan penghargaan khusus kepada tim yang berasal dari negara-negara yang hanya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua (English as Second Language – ESL).
Negara-negara yang terkenal dengan tim debatnya antara lain Inggris, Australia, Irlandia, dan Amerika Serikat. Di Asia, negara yang dianggap relatif kuat antara lain Filipina dan Singapura.
1. Debat kompetitif di Indonesia
Di Indonesia, debat kompetitif sudah mulai berkembang, walaupun masih didominasi oleh kompetisi debat berbahasa Inggris. Kejuaraan debat parlementar pertama di tingkat universitas adalah Java Overland Varsities English Debate (JOVED) yang diselenggarakan tahun 1997 di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, dan diikuti oleh tim-tim dari berbagai wilayah di P. Jawa. Kejuaraan debat se-Indonesia yang pertama adalah Indonesian Varsity English Debate (IVED) 1998 di Universitas Indonesia. Hingga kini (2006), kedua kompetisi tersebut diselenggarakan setiap tahun secara bergilir di universitas yang berbeda.
Sejak 2001, Indonesia telah mengirimkan delegasi ke WSDC. Delegasi tersebut dipilih setiap tahunnya melalui Indonesian Schools Debating Championship (ISDC) yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional bekerjasama dengan Association for Critical Thinking (ACT).
2. Berbagai gaya debat parlementer
Dalam debat kompetitif, sebuah format mengatur hal-hal antara lain:
1. jumlah tim dalam satu debat
2. jumlah pembicara dalam satu tim
3. giliran berbicara
4. lama waktu yang disediakan untuk masing-masing pembicara
5. tatacara interupsi
6. mosi dan batasan-batasan pendefinisian mosi
7. tugas yang diharapkan dari masing-masing pembicara
8. hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh pembicara
9. jumlah juri dalam satu debat
10. kisaran penilaian
Selain itu, berbagai kompetisi juga memiliki aturan yang berbeda mengenai:
Penentuan topik debat (mosi) – apakah diberikan jauh hari sebelumnya atau hanya beberapa saat sebelum debat dimulai (impromptu)
Lama waktu persiapan – untuk debat impromptu, waktu persiapan berkisar antara 15 menit (WUDC) hingga 1 jam (WSDC)
Perhitungan hasil pertandingan – beberapa debat hanya menggunakan victory point (VP) untuk menentukan peringkat, namun ada juga yang menghitung selisih (margin) nilai yang diraih kedua tim atau jumlah vote juri (mis. untuk panel beranggotakan 3 juri, sebuah tim bisa menang 3-0 atau 2-1)
Sistem kompetisi – sistem gugur biasanya hanya digunakan dalam babak elimiasi (perdelapan final, perempat final, semifinal dan final); dalam babak penyisihan, sistem yang biasa digunakan adalah power matching
Format debat parlementer sering menggunakan peristilahan yang biasa dipakai di debat parlemen sebenarnya:
Dalam debat kompetitif, sebuah format mengatur hal-hal antara lain:
1. jumlah tim dalam satu debat
2. jumlah pembicara dalam satu tim
3. giliran berbicara
4. lama waktu yang disediakan untuk masing-masing pembicara
5. tatacara interupsi
6. mosi dan batasan-batasan pendefinisian mosi
7. tugas yang diharapkan dari masing-masing pembicara
8. hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh pembicara
9. jumlah juri dalam satu debat
10. kisaran penilaian
Selain itu, berbagai kompetisi juga memiliki aturan yang berbeda mengenai:
Penentuan topik debat (mosi) – apakah diberikan jauh hari sebelumnya atau hanya beberapa saat sebelum debat dimulai (impromptu)
Lama waktu persiapan – untuk debat impromptu, waktu persiapan berkisar antara 15 menit (WUDC) hingga 1 jam (WSDC)
Perhitungan hasil pertandingan – beberapa debat hanya menggunakan victory point (VP) untuk menentukan peringkat, namun ada juga yang menghitung selisih (margin) nilai yang diraih kedua tim atau jumlah vote juri (mis. untuk panel beranggotakan 3 juri, sebuah tim bisa menang 3-0 atau 2-1)
Sistem kompetisi – sistem gugur biasanya hanya digunakan dalam babak elimiasi (perdelapan final, perempat final, semifinal dan final); dalam babak penyisihan, sistem yang biasa digunakan adalah power matching
Format debat parlementer sering menggunakan peristilahan yang biasa dipakai di debat parlemen sebenarnya:
Topik debat disebut mosi (motion)
Tim Afirmatif (yang setuju terhadap mosi) sering disebut juga Pemerintah (Government), tim Negatif (yang menentang mosi) disebut Oposisi (Opposition)
Pembicara pertama dipanggil sebagai Perdana Menteri (Prime Minister), dan sebagainya
Pemimpin/wasit debat (chairperson) dipanggil Speaker of The House
Penonton/juri dipanggil Members of the House (Sidang Dewan yang Terhormat)
Interupsi disebut Points of Information (POI)
Tim Afirmatif (yang setuju terhadap mosi) sering disebut juga Pemerintah (Government), tim Negatif (yang menentang mosi) disebut Oposisi (Opposition)
Pembicara pertama dipanggil sebagai Perdana Menteri (Prime Minister), dan sebagainya
Pemimpin/wasit debat (chairperson) dipanggil Speaker of The House
Penonton/juri dipanggil Members of the House (Sidang Dewan yang Terhormat)
Interupsi disebut Points of Information (POI)
a. Australian Parliamentary/Australasian
Parliamentary (“Australs”)
Gaya debat ini digunakan di Australia, namun pengaruhnya menyebar hingga ke kompetisi-kompetisi yang diselenggarakan di Asia, sehingga akhirnya disebut sebagai format Australasian Parliamentary. Dalam format ini, dua tim beranggotakan masing-masing tiga orang berhadapan dalam satu debat, satu tim mewakili Pemerintah (Government) dan satu tim mewakili Oposisi (Opposition), dengan urutan sebagai berikut:
Pembicara pertama pihak Pemerintah – 7 menit
Pembicara pertama pihak Oposisi – 7 menit
Pembicara kedua pihak Pemerintah – 7 menit
Pembicara kedua pihak Oposisi – 7 menit
Pembicara ketiga pihak Pemerintah – 7 menit
Pembicara ketiga pihak Oposisi – 7 menit
Pidato penutup pihak Oposisi – 5 menit
Pidato penutup pihak Pemerintah – 5 menit
Gaya debat ini digunakan di Australia, namun pengaruhnya menyebar hingga ke kompetisi-kompetisi yang diselenggarakan di Asia, sehingga akhirnya disebut sebagai format Australasian Parliamentary. Dalam format ini, dua tim beranggotakan masing-masing tiga orang berhadapan dalam satu debat, satu tim mewakili Pemerintah (Government) dan satu tim mewakili Oposisi (Opposition), dengan urutan sebagai berikut:
Pembicara pertama pihak Pemerintah – 7 menit
Pembicara pertama pihak Oposisi – 7 menit
Pembicara kedua pihak Pemerintah – 7 menit
Pembicara kedua pihak Oposisi – 7 menit
Pembicara ketiga pihak Pemerintah – 7 menit
Pembicara ketiga pihak Oposisi – 7 menit
Pidato penutup pihak Oposisi – 5 menit
Pidato penutup pihak Pemerintah – 5 menit
Pidato penutup (Reply speech) menjadi ciri
dari format ini. Pidato penutup dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua
dari masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga). Pidato penutup dimulai
oleh Oposisi terlebih dahulu, baru Pemerintah.
Mosi dalam format ini diberikan dalam bentuk pernyataan yang harus didukung oleh pihak Pemerintah dan ditentang oleh Pihak Oposisi, contoh:
(This House believes that) Globalization marginalizes the poor.
(Sidang Dewan percaya bahwa) Globalisasi meminggirkan masyarakat miskin.
Mosi tersebut dapat didefinisikan oleh pihak Pemerintah dalam batasan-batasan tertentu dengan tujuan untuk memperjelas debat yang akan dilakukan. Ada aturan-aturan yang cukup jelas dalam hal apa yang boleh dilakukan sebagai bagian dari definisi dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Mosi dalam format ini diberikan dalam bentuk pernyataan yang harus didukung oleh pihak Pemerintah dan ditentang oleh Pihak Oposisi, contoh:
(This House believes that) Globalization marginalizes the poor.
(Sidang Dewan percaya bahwa) Globalisasi meminggirkan masyarakat miskin.
Mosi tersebut dapat didefinisikan oleh pihak Pemerintah dalam batasan-batasan tertentu dengan tujuan untuk memperjelas debat yang akan dilakukan. Ada aturan-aturan yang cukup jelas dalam hal apa yang boleh dilakukan sebagai bagian dari definisi dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Tidak ada interupsi dalam format ini.
Juri (adjudicator) dalam format Australs terdiri atas satu orang atau satu panel berjumlah ganjil. Dalam panel, setiap juri memberikan voting-nya tanpa melalui musyawarah. Dengan demikian, keputusan panel dapat bersifat unanimous ataupun split decision.
Di Indonesia, format ini termasuk yang pertama kali dikenal sehingga cukup populer terutama di kalangan universitas. Kompetisi debat di Indonesia yang menggunakan format ini adalah Java Overland Varsities English Debate (JOVED) dan Indonesian Varsity English Debate (IVED).
Juri (adjudicator) dalam format Australs terdiri atas satu orang atau satu panel berjumlah ganjil. Dalam panel, setiap juri memberikan voting-nya tanpa melalui musyawarah. Dengan demikian, keputusan panel dapat bersifat unanimous ataupun split decision.
Di Indonesia, format ini termasuk yang pertama kali dikenal sehingga cukup populer terutama di kalangan universitas. Kompetisi debat di Indonesia yang menggunakan format ini adalah Java Overland Varsities English Debate (JOVED) dan Indonesian Varsity English Debate (IVED).
b. Asian Parliamentary (“Asians”)
Format ini merupakan pengembangan dari format Australs dan digunakan dalam kejuaraan tingkat Asia. Perbedaannya dengan format Australs adalah adanya interupsi (Points of Information) yang boleh diajukan antara menit ke-1 dan ke-6 (hanya untuk pidato utama, tidak pada pidato penutup). Format ini juga mirip dengan World Schools Style yang digunakan di WSDC.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam ALSA English Competition (e-Comp) yang diselenggarakan (hampir) setiap tahun oleh ALSA LC [[Universitas Indonesia].
Format ini merupakan pengembangan dari format Australs dan digunakan dalam kejuaraan tingkat Asia. Perbedaannya dengan format Australs adalah adanya interupsi (Points of Information) yang boleh diajukan antara menit ke-1 dan ke-6 (hanya untuk pidato utama, tidak pada pidato penutup). Format ini juga mirip dengan World Schools Style yang digunakan di WSDC.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam ALSA English Competition (e-Comp) yang diselenggarakan (hampir) setiap tahun oleh ALSA LC [[Universitas Indonesia].
c. British Parliamentary (“BP”)
Gaya debat parlementer ini banyak dipakai di Inggris namun juga populer di banyak negara, sebab format inilah yang digunakan di kejuaraan dunia WUDC. Dalam format ini, empat tim beranggotakan masing-masing dua orang bertarung dalam satu debat, dua tim mewakili Pemerintah (Government) dan dua lainnya Oposisi (Opposition), dengan susunan sebagai berikut:
Opening Government: Opening Opposition:
Prime Minister Leader of the Opposition
Deputy Prime Minister Deputy Leader of the Opposition
Closing Government: Closing Opposition
Member of the Government Member of the Opposition
Government Whip Opposition Whip
Gaya debat parlementer ini banyak dipakai di Inggris namun juga populer di banyak negara, sebab format inilah yang digunakan di kejuaraan dunia WUDC. Dalam format ini, empat tim beranggotakan masing-masing dua orang bertarung dalam satu debat, dua tim mewakili Pemerintah (Government) dan dua lainnya Oposisi (Opposition), dengan susunan sebagai berikut:
Opening Government: Opening Opposition:
Prime Minister Leader of the Opposition
Deputy Prime Minister Deputy Leader of the Opposition
Closing Government: Closing Opposition
Member of the Government Member of the Opposition
Government Whip Opposition Whip
Urutan berbicara adalah sebagai berikut:
Prime Minister – 7 menit
Leader of the Opposition – 7 menit
Deputy Prome Minister – 7 menit
Deputy Leader of the Opposition – 7 menit
Member of the Government – 7 menit
Member of the Opposition – 7 menit
Government Whip – 7 menit
Opposition Whip – 7 menit
Prime Minister – 7 menit
Leader of the Opposition – 7 menit
Deputy Prome Minister – 7 menit
Deputy Leader of the Opposition – 7 menit
Member of the Government – 7 menit
Member of the Opposition – 7 menit
Government Whip – 7 menit
Opposition Whip – 7 menit
Setiap pembicara diberi waktu 7 menit untuk
menyampaikan pidatonya. Di antara menit ke-1 dan ke-6, pembicara dari pihak
lawan dapat mengajukan interupsi (Points of Information). Bila diterima,
pembicara yang mengajukan permintaan interupsi tadi diberikan waktu maksimal 15
detik untuk menyampaikan sebuah pertanyaan yang kemudian harus dijawab oleh
pembicara tadi sebelum melanjutkan pidatonya.
Juri dalam debat BP bisa satu orang atau satu panel berjumlah ganjil. Di akhir debat, juri menentukan urutan kemenangan dari peringkat 1 sampai 4 untuk debat tersebut. Dalam panel, keputusan sebisanya diambil berdasarkan mufakat. Bila mufakat tidak tercapai, Ketua Panel akan membuat keputusan terakhir.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kompetisi Founder’s Trophy yang diselenggarakan oleh Komunitas Debat Bahasa Inggris Universitas Indonesia setiap tahun.
Juri dalam debat BP bisa satu orang atau satu panel berjumlah ganjil. Di akhir debat, juri menentukan urutan kemenangan dari peringkat 1 sampai 4 untuk debat tersebut. Dalam panel, keputusan sebisanya diambil berdasarkan mufakat. Bila mufakat tidak tercapai, Ketua Panel akan membuat keputusan terakhir.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kompetisi Founder’s Trophy yang diselenggarakan oleh Komunitas Debat Bahasa Inggris Universitas Indonesia setiap tahun.
d. Format World Schools
Format yang digunakan dalam turnamen World Schools Debating Championship (WSDC) dapat dianggap sebagai kombinasi BP dan Australs. Setiap debat terdiri atas dua tim, Proposisi dan Oposisi, beranggotakan masing-masing tiga orang. Urutan pidato adalah sebagai berikut:
Pembicara pertama Proposisi – 8 menit
Pembicara pertama Oposisi – 8 menit
Pembicara kedua Proposisi – 8 menit
Pembicara kedua Oposisi – 8 menit
Pembicara ketiga Proposisi – 8 menit
Pembicara ketiga Oposisi – 8 menit
Pidato penutup Oposisi – 4 menit
Pidato penutup Proposisi – 4 menit
Format yang digunakan dalam turnamen World Schools Debating Championship (WSDC) dapat dianggap sebagai kombinasi BP dan Australs. Setiap debat terdiri atas dua tim, Proposisi dan Oposisi, beranggotakan masing-masing tiga orang. Urutan pidato adalah sebagai berikut:
Pembicara pertama Proposisi – 8 menit
Pembicara pertama Oposisi – 8 menit
Pembicara kedua Proposisi – 8 menit
Pembicara kedua Oposisi – 8 menit
Pembicara ketiga Proposisi – 8 menit
Pembicara ketiga Oposisi – 8 menit
Pidato penutup Oposisi – 4 menit
Pidato penutup Proposisi – 4 menit
Pidato penutup (reply speech) dibawakan oleh
pembicara pertama atau kedua masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga)
dan didahului oleh pihak Oposisi dan ditutup oleh pihak Proposisi.
Aturan untuk interupsi (Points of Information – POI) mirip dengan format BP. POI hanya dapat diberikan antara menit ke-1 dan ke-7 pidato utama dan tidak ada POI dalam pidato penutup.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kejuaraan Indonesian Schools Debating Championship (ISDC). Beberapa SMU di Indonesia yang pernah mengadakan kompetisi debat juga menggunakan format ini.
Aturan untuk interupsi (Points of Information – POI) mirip dengan format BP. POI hanya dapat diberikan antara menit ke-1 dan ke-7 pidato utama dan tidak ada POI dalam pidato penutup.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kejuaraan Indonesian Schools Debating Championship (ISDC). Beberapa SMU di Indonesia yang pernah mengadakan kompetisi debat juga menggunakan format ini.
e. American Parliamentary
Debat parlementer di Amerika Serikat diikuti oleh dua tim untuk setiap debatnya dengan susunan sebagai berikut:
Government
Prime Minister (PM)
Member of the Government (MG)
Opposition
Leader of the Opposition (LO)
Member of the Opposition (MO)
Debat parlementer di Amerika Serikat diikuti oleh dua tim untuk setiap debatnya dengan susunan sebagai berikut:
Government
Prime Minister (PM)
Member of the Government (MG)
Opposition
Leader of the Opposition (LO)
Member of the Opposition (MO)
Debat parlementer diadakan oleh beberapa
organisasi berbeda di Amerika Serikat di tingkat pendidikan menengah dan
tinggi. National Parliamentary Debate Association (NPDA), American
Parliamentary Debate Association (APDA), dan National Parliamentary Tournament
of Excellence (NPTE) menyelenggarakan debat parlementer tingkat universitas
dengan susunan pidato sebagai berikut:
Prime Minister – 7 menit
Leader of the Opposition – 8 menit
Member of the Government – 8 min
Member of the Opposition – 8 min
Leader of the Opposition Rebuttal – 4 min
Prime Minister Rebuttal – 5 min
Prime Minister – 7 menit
Leader of the Opposition – 8 menit
Member of the Government – 8 min
Member of the Opposition – 8 min
Leader of the Opposition Rebuttal – 4 min
Prime Minister Rebuttal – 5 min
California High School Speech Association
(CHSSA) dan National Parliamentary Debate League (NPDL) menyelenggarakan debat
parlementer tingkat sekolah menengah dengan susunan pidato sebagai berikut:
Prime Minister – 7 menit
Leader of the Opposition – 7 menit
Member of the Government – 7 menit
Member of the Opposition – 7 menit
Leader of the Opposition Rebuttal – 5 menit
Prime Minister Rebuttal – 5 menit
Leader of the Opposition – 7 menit
Member of the Government – 7 menit
Member of the Opposition – 7 menit
Leader of the Opposition Rebuttal – 5 menit
Prime Minister Rebuttal – 5 menit
Dalam semua format tersebut kecuali CHSSA,
interupsi berupa pertanyaan dapat ditanyakan kepada pembicara keempat pidato
pertama, kecuali pada menit pertama dan terakhir pidato. Dalam format CHSSA,
keenam pidato semuanya dapat diinterupsi.
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang menggunakannya.
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang menggunakannya.
3. Debat kompetitif selain debat parlementer
Debat Proposal
Dalam gaya Debat Proposal (Policy Debate), dua tim menjadi penganjur dan penentang sebuah rencana yang berhubungan dengan topik debat yang diberikan. Topik yang diberikan umumnya mengenai perubahan kebijakan yang diinginkan dari pemerintah. Kedua tim biasanya memainkan peran Afirmatif (mendukung proposal) dan Negatif (menentang proposal). Pada prakteknya, kebanyakan acara debat tipe ini hanya memiliki satu topik yang sama yang berlaku selama setahun penuh atau selama jangka waktu lainnya yang sudah ditetapkan.
Bila dibandingkan dengan debat parlementer, debat proposal lebih mengandalkan pada hasil riset atas fakta-fakta pendukung (evidence). Debat ini juga memiliki persepsi yang lebih luas mengenai argumen. Misalnya, sebuah proposal alternatif (counterplan) yang membuat proposal utama menjadi tidak diperlukan dapat menjadi sebuah argumen dalam debat ini. Walaupun retorika juga penting dan ikut memengaruhi nilai setiap pembicara, pemenang tiap babak umumnya didasari atas siapa yang telah “memenangkan” argumen sesuai dengan fakta pendukung dan logika yang diberikan. Sebagai konsekuensinya, juri kadang-kadang membutuhkan waktu yang lama untuk mengambil keputusan karena semua fakta pendukung harus diperiksa terlebih dahulu.
Di Amerika Serikat, Debat Proposal adalah tipe debat yang lebih populer dibandingkan debat parlementer. Kegiatan ini juga telah dicoba dikembangkan di Eropa dan Jepang dan gaya debat ini ikut memengaruhi bentuk-bentuk debat lain. Di AS, Debat Proposal tingkat SMU diselenggarakan oleh NFL dan NCFL. Di tingkat universitas, debat ini diselenggarakan oleh National Debate Tournament (NDT), Cross Examination Debate Association (CEDA), National Educational Debate Association, dan Great Plains Forensic Conference.
Debat Proposal terdiri atas dua tim beranggotakan masing-masing dua orang dalam tiap debatnya. Setiap pembicara membawakan dua pidato, satu pidato konstruktif (8 atau 9 menit) yang berisi argumen-argumen baru dan satu pidato sanggahan (4, 5, atau 6 menit) yang tidak boleh berisi argumen baru namun dapat berisi fakta pendukung baru untuk membantu sanggahan. Biasanya, sehabis setiap pidato konstruktif, pihak lawan diberikan kesempatan untuk melakukan pemeriksaan silang (cross-examination) atas pidato tersebut. Setiap isu yang tidak ditanggapi oleh pihak lawan dianggap sudah diterima dalam debat. Dewan juri secara seksama mencatat semua pernyataan yang dibuat dalam suatu babak (sering disebut flow).
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang menggunakannya.
Lincoln-Douglas Debate
Nama gaya debat ini diambil dari debat-debat terkenal yang pernah dilakukan di Senat Amerika Serikat antara kedua kandidat Lincoln dan Douglas. Setiap debat gaya ini diikuti oleh dua pedebat yang bertarung satu sama lain.
Argumen dalam debat ini terpusat pada filosofi dan nilai-nilai abstrak, sehingga sering disebut sebagai debat nilai (value debate). Debat LD kurang menekankan pada fakta pendukung (evidence) dan lebih mengutamakan logika dan penjelasan.
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang menggunakannya.
Debat Proposal
Dalam gaya Debat Proposal (Policy Debate), dua tim menjadi penganjur dan penentang sebuah rencana yang berhubungan dengan topik debat yang diberikan. Topik yang diberikan umumnya mengenai perubahan kebijakan yang diinginkan dari pemerintah. Kedua tim biasanya memainkan peran Afirmatif (mendukung proposal) dan Negatif (menentang proposal). Pada prakteknya, kebanyakan acara debat tipe ini hanya memiliki satu topik yang sama yang berlaku selama setahun penuh atau selama jangka waktu lainnya yang sudah ditetapkan.
Bila dibandingkan dengan debat parlementer, debat proposal lebih mengandalkan pada hasil riset atas fakta-fakta pendukung (evidence). Debat ini juga memiliki persepsi yang lebih luas mengenai argumen. Misalnya, sebuah proposal alternatif (counterplan) yang membuat proposal utama menjadi tidak diperlukan dapat menjadi sebuah argumen dalam debat ini. Walaupun retorika juga penting dan ikut memengaruhi nilai setiap pembicara, pemenang tiap babak umumnya didasari atas siapa yang telah “memenangkan” argumen sesuai dengan fakta pendukung dan logika yang diberikan. Sebagai konsekuensinya, juri kadang-kadang membutuhkan waktu yang lama untuk mengambil keputusan karena semua fakta pendukung harus diperiksa terlebih dahulu.
Di Amerika Serikat, Debat Proposal adalah tipe debat yang lebih populer dibandingkan debat parlementer. Kegiatan ini juga telah dicoba dikembangkan di Eropa dan Jepang dan gaya debat ini ikut memengaruhi bentuk-bentuk debat lain. Di AS, Debat Proposal tingkat SMU diselenggarakan oleh NFL dan NCFL. Di tingkat universitas, debat ini diselenggarakan oleh National Debate Tournament (NDT), Cross Examination Debate Association (CEDA), National Educational Debate Association, dan Great Plains Forensic Conference.
Debat Proposal terdiri atas dua tim beranggotakan masing-masing dua orang dalam tiap debatnya. Setiap pembicara membawakan dua pidato, satu pidato konstruktif (8 atau 9 menit) yang berisi argumen-argumen baru dan satu pidato sanggahan (4, 5, atau 6 menit) yang tidak boleh berisi argumen baru namun dapat berisi fakta pendukung baru untuk membantu sanggahan. Biasanya, sehabis setiap pidato konstruktif, pihak lawan diberikan kesempatan untuk melakukan pemeriksaan silang (cross-examination) atas pidato tersebut. Setiap isu yang tidak ditanggapi oleh pihak lawan dianggap sudah diterima dalam debat. Dewan juri secara seksama mencatat semua pernyataan yang dibuat dalam suatu babak (sering disebut flow).
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang menggunakannya.
Lincoln-Douglas Debate
Nama gaya debat ini diambil dari debat-debat terkenal yang pernah dilakukan di Senat Amerika Serikat antara kedua kandidat Lincoln dan Douglas. Setiap debat gaya ini diikuti oleh dua pedebat yang bertarung satu sama lain.
Argumen dalam debat ini terpusat pada filosofi dan nilai-nilai abstrak, sehingga sering disebut sebagai debat nilai (value debate). Debat LD kurang menekankan pada fakta pendukung (evidence) dan lebih mengutamakan logika dan penjelasan.
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang menggunakannya.
C. KEGIATAN LAIN YANG SERUPA
Model United Nations
Model United Nations adalah kegiatan yang banyak dilakukan di tingkat sekolah dan universitas di dunia. Dalam kegiatan ini, peserta memainkan peran sebagai delegasi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mewakili negara tertentu (dalam kompetisi internasional, negara yang diwakili umumnya bukan negara asal sebenarnya dari tim tersebut).
Di Indonesia, kegiatan ini relatif belum berkembang. Namun, Jakarta International School (JIS), sebuah sekolah internasional di ibukota, memiliki kegiatan ekstrakurikuler ini.
Moot court
Kompetisi Moot court biasa dilakukan oleh mahasiswa hukum di tingkat universitas.
Model United Nations
Model United Nations adalah kegiatan yang banyak dilakukan di tingkat sekolah dan universitas di dunia. Dalam kegiatan ini, peserta memainkan peran sebagai delegasi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mewakili negara tertentu (dalam kompetisi internasional, negara yang diwakili umumnya bukan negara asal sebenarnya dari tim tersebut).
Di Indonesia, kegiatan ini relatif belum berkembang. Namun, Jakarta International School (JIS), sebuah sekolah internasional di ibukota, memiliki kegiatan ekstrakurikuler ini.
Moot court
Kompetisi Moot court biasa dilakukan oleh mahasiswa hukum di tingkat universitas.
D. MODEL PEMBELAJARAB DEBATE
Debat adalah model pembalajaran dengan sisntaks: siswa menjadi 2 kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu seterusnya secara bergantian, guru membimbing membuat kesimpulan dan menambahkannya bila perlu.
E. MODEL PEMBELAJARAN DEBAT AKTIF
Membuat pembelajaran yang menarik dan sekaligus mengaktifkan siswa banyak sekali caranya. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan model debat aktif.
Debat adalah model pembalajaran dengan sisntaks: siswa menjadi 2 kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu seterusnya secara bergantian, guru membimbing membuat kesimpulan dan menambahkannya bila perlu.
E. MODEL PEMBELAJARAN DEBAT AKTIF
Membuat pembelajaran yang menarik dan sekaligus mengaktifkan siswa banyak sekali caranya. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan model debat aktif.
Model debat aktif
Model pembelajaran debat aktif merupakan modifikasi dari model-model diskusi terbuka yang terjadi di kalangan kampus. Bagaimana membawa suasana debat tersebut di pada jenjang pendidikan yang lebih rendah. Dimana pelaku debat adalah siswa SD yang belum banyak menguasai konsep atau argumentasi yang kuat untuk mempertahankan pendapatnya?
Model pembelajaran debat aktif tersebut dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Buatlah sebuah pernyataan yang kontroversi terhadap materi yang telah kita berikan sebelumnya. Misalnya “ayam sebenarnya juga termasuk binatang carnivora (pemakan daging)”.
Bentuk siswa dalam 2 kelompok besar di dalam kelas.
Satu kelompok adalah sebagai kelompok “PRO” atau pendukung pernyataan tersebut, sementara satu kelompok yang lain adalah sebagai kelompok KONTRA atau kelompok yang menolak pernyataan tersebut.
Silahkan tanyakan kepada kelompok PRO, mengapa mereka mendukung pernyataan tersebut. Alasan-alasan apa yang menguatkan pernyataan tersebut?
Sementara untuk kelompok KONTRA harus mempertahankan pendapatnya tersebut juga disertai dengan argumentasi-argumentasi yang masuk akal.
Atur lalu-lintas debat agar tidak terjadi “Debat kusir”.
Model pembelajaran debat aktif merupakan modifikasi dari model-model diskusi terbuka yang terjadi di kalangan kampus. Bagaimana membawa suasana debat tersebut di pada jenjang pendidikan yang lebih rendah. Dimana pelaku debat adalah siswa SD yang belum banyak menguasai konsep atau argumentasi yang kuat untuk mempertahankan pendapatnya?
Model pembelajaran debat aktif tersebut dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Buatlah sebuah pernyataan yang kontroversi terhadap materi yang telah kita berikan sebelumnya. Misalnya “ayam sebenarnya juga termasuk binatang carnivora (pemakan daging)”.
Bentuk siswa dalam 2 kelompok besar di dalam kelas.
Satu kelompok adalah sebagai kelompok “PRO” atau pendukung pernyataan tersebut, sementara satu kelompok yang lain adalah sebagai kelompok KONTRA atau kelompok yang menolak pernyataan tersebut.
Silahkan tanyakan kepada kelompok PRO, mengapa mereka mendukung pernyataan tersebut. Alasan-alasan apa yang menguatkan pernyataan tersebut?
Sementara untuk kelompok KONTRA harus mempertahankan pendapatnya tersebut juga disertai dengan argumentasi-argumentasi yang masuk akal.
Atur lalu-lintas debat agar tidak terjadi “Debat kusir”.
F. LANGKAH LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN DEBAT
1. Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya kontra
2. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas
3. Setelah selesai membaca materi guru mrnunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara, saat itu ditanggapi atau dibantah oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya
4. Sementara siswa menympaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide darisetiap pembicaraan dipapan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi
5. Guru menambahkan konsep atau ide yang belum terungkap
6. Dari data-data yang ada di papan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan atau rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
G. KELEBIHAN MODEL PEMBELAJARAN DEBAT
1. Memantapkan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan.
2. Melatih siswa untuk bersikap kritis terhadap semua teori yang telah diberikan.
3. Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat.
1. Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya kontra
2. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas
3. Setelah selesai membaca materi guru mrnunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara, saat itu ditanggapi atau dibantah oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya
4. Sementara siswa menympaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide darisetiap pembicaraan dipapan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi
5. Guru menambahkan konsep atau ide yang belum terungkap
6. Dari data-data yang ada di papan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan atau rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
G. KELEBIHAN MODEL PEMBELAJARAN DEBAT
1. Memantapkan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan.
2. Melatih siswa untuk bersikap kritis terhadap semua teori yang telah diberikan.
3. Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat.
H. KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN DEBAT
1. Ketika menyampaikan pendapat saling berebut
2. Saling adu argument yang tak kunjung selesai bila guru tidak menengahi
3. Siswa yang pandai berargumen akan slalu aktif tapi yang kurang pandai berargumen hanya diam dan pasif.
1. Ketika menyampaikan pendapat saling berebut
2. Saling adu argument yang tak kunjung selesai bila guru tidak menengahi
3. Siswa yang pandai berargumen akan slalu aktif tapi yang kurang pandai berargumen hanya diam dan pasif.
MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI
Ibarat pakaian yang penuh variasi lengkap
dengan berbagai corak warna dan modelnya, semua itu adalah dengan tujuan agar
si pemakai merasa nyaman, aman, terlindung, juga agar merasa percaya diri dan
dihargai/dihormati orang lain. Orang lain yang memandang cara berpakaian pun
akan merasa senang, simpati, bahkan mungkin tertarik akan performa dan
potongan/model pakaian tersebut. Maka secara lugas dapat dikatakan bahwa tujuan
daripada berpakaian sudah tercapai.
Demikian juga dengan pembelajaran. Banyak
ragam strategi pembelajaran, pendekatan, metode pembelajaran dan juga model
pembelajaran. Tujuan dilaksanakannya berbagai macam strategi pembelajaran,
metode pembelajaran dan model pembelajaran adalah agar guru/pendidik lebih
mudah, lebih efektif dan efisien dalam menerapkan suatu pembelajaran sehingga
apa yang menjadi tujuan pembelajaran akan mudah tercapai secara maksimal.
Bagi peserta didik akan menimbulkan perasaan senang, termotivasi, tertantang sehingga pembelajaran pun menjadi lebih bermakna dan PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan ). Tidak ada lagi pembelajaran yang monoton dan menjemukan.
Khusus model pembelajaran, ternyata jumlahnya cukup banyak. Hal ini karena selalu ada inovasi-inovasi baru yang dilakukan oleh kalangan guru/pendidik, ahli pendidikan dan kaum cerdik cendikiawan baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Efektif atau tidaknya suatu model pembelajaran diterapkan, tidak ditentukan oleh kecanggihan suatu model pembelajaran saja, karena pada prinsipnya tidak ada satu model pembelajaran pun yang terbaik. Model pembelajaran yang terbaik adalah model pembelajaran yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai. Dari sekian model pembelajaran, berikut penulis sampaikan salah satu contoh model pembelajaran yakni model pembelajaran Artikulasi.
Bagi peserta didik akan menimbulkan perasaan senang, termotivasi, tertantang sehingga pembelajaran pun menjadi lebih bermakna dan PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan ). Tidak ada lagi pembelajaran yang monoton dan menjemukan.
Khusus model pembelajaran, ternyata jumlahnya cukup banyak. Hal ini karena selalu ada inovasi-inovasi baru yang dilakukan oleh kalangan guru/pendidik, ahli pendidikan dan kaum cerdik cendikiawan baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Efektif atau tidaknya suatu model pembelajaran diterapkan, tidak ditentukan oleh kecanggihan suatu model pembelajaran saja, karena pada prinsipnya tidak ada satu model pembelajaran pun yang terbaik. Model pembelajaran yang terbaik adalah model pembelajaran yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai. Dari sekian model pembelajaran, berikut penulis sampaikan salah satu contoh model pembelajaran yakni model pembelajaran Artikulasi.
1. Pengertian Model Pembelajaran Artikulasi
Model pembelajaran Artikulasi merupakan model
yang prosesnya seperti pesan berantai, artinya apa yang telah diberikan Guru,
seorang siswa wajib meneruskan menjelaskannya pada siswa lain (pasangan
kelompoknya). Di sinilah keunikan model pembelajaran ini. Siswa dituntut untuk
bisa berperan sebagai ‘penerima pesan’ sekaligus berperan sebagai ‘penyampai
pesan.’
Model pembelajaran artikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi kelompok kecil yang masing-masing siswa dalam kelompok tersebut mempunyai tugas mewawancarai teman kelompoknya tentang materi yang baru dibahas. Konsep pemahaman sangat diperlukan dalam mode pembelajaran ini.
2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Artikulasi
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa.
7. Kesimpulan/penutup.
3. Kelemahan dan kelebihan Pembelajaran Artikulasi
Kelemahan dan kelebihan dari pembelajaran artikulasi ini antara lain:
A. Kelemahannya:
a. Untuk mata pelajaran tertentu
b. Waktu yang dibutuhkan banyak
c. Materi yang didapat sedikit
d. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor
e. Lebih sedikit ide yang muncul
f. Jika ada perselisihan tidak ada penengah
Model pembelajaran artikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi kelompok kecil yang masing-masing siswa dalam kelompok tersebut mempunyai tugas mewawancarai teman kelompoknya tentang materi yang baru dibahas. Konsep pemahaman sangat diperlukan dalam mode pembelajaran ini.
2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Artikulasi
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa.
7. Kesimpulan/penutup.
3. Kelemahan dan kelebihan Pembelajaran Artikulasi
Kelemahan dan kelebihan dari pembelajaran artikulasi ini antara lain:
A. Kelemahannya:
a. Untuk mata pelajaran tertentu
b. Waktu yang dibutuhkan banyak
c. Materi yang didapat sedikit
d. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor
e. Lebih sedikit ide yang muncul
f. Jika ada perselisihan tidak ada penengah
B. Kelebihannya:
a. Semua siswa terlibat (mendapat peran)
b. Melatih kesiapan siswa
c. Melatih daya serap pemahaman dari orang lain
d. Cocok untuk tugas sederhana
e. Interaksi lebih mudah
f. Lebih mudah dan cepat membentuknya
g. Meningkatkan partisipasi anak
a. Semua siswa terlibat (mendapat peran)
b. Melatih kesiapan siswa
c. Melatih daya serap pemahaman dari orang lain
d. Cocok untuk tugas sederhana
e. Interaksi lebih mudah
f. Lebih mudah dan cepat membentuknya
g. Meningkatkan partisipasi anak
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-artikulasi.html#ixzz2uZYtdYcN
Model Pembelajaran Role Playing
Model Pembelajaran Role Playing
A. Metode Role Playing
adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.
B. Tujuan pembelajaran Role Playing
Menurut Zuhaerini (1983: 56), model ini digunakan apabila pelajaran dimaksudkan untuk: (a) menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak, dan berdasarkan pertimbangan didaktik lebih baik didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih jelas dan dapat dihayati oleh anak; (b) melatih anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial-psikologis; dan (c) melatih anak-anak agar mereka dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya.
adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.
B. Tujuan pembelajaran Role Playing
Menurut Zuhaerini (1983: 56), model ini digunakan apabila pelajaran dimaksudkan untuk: (a) menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak, dan berdasarkan pertimbangan didaktik lebih baik didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih jelas dan dapat dihayati oleh anak; (b) melatih anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial-psikologis; dan (c) melatih anak-anak agar mereka dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya.
C. langkah-langkah model pembelajaran role
playing
Langkah-langkah model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan scenario pembelajaran, menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario tersebut, pembentukan kelompok siswa, penyampaian kompetensi, menunjuk siswa untuk melakonkan skenario yang telah dipelajarinya, kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan dan refleksi.
Langkah-langkah model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan scenario pembelajaran, menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario tersebut, pembentukan kelompok siswa, penyampaian kompetensi, menunjuk siswa untuk melakonkan skenario yang telah dipelajarinya, kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan dan refleksi.
D. Pengertian dan ciri-ciri pembelajaran Role
Playing
Bermain peran pada prinsipnya merupakan
pembelajaran untuk ‘menghadirkan’ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke
dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian
dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap .
Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan
kemudian memberikan saran/ alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran
tersebut. Pembelajaran ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat
dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan
peran
.
Role playing adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986). Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas, dengan menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, role Playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain (Basri Syamsu, 2000).
.
Role playing adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986). Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas, dengan menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, role Playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain (Basri Syamsu, 2000).
Dalam role playing murid diperlakukan sebagai
subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya
dan menjawab dalam bahasa Inggris) bersama teman-temannya pada situasi
tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid
(Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, 2002). Lebih lanjut prinsip pembelajaran PKn standar kompetensi
memahami kebebasan berorganisasi, dan menghargai keputusan bersama, murid akan
lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan memainkan peran dalam
bermusyawarah, melakukan pemungutan suara terbanyak dan bersikap mau menerima
kekalahan sehingga dengan melakukan berbagai kegiatan tersebut dan secara aktif
berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari
(Boediono, 2001). Jadi, dalam pembelajaran murid harus aktif, karena tanpa
adanya aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi
.
Sementara itu, sesuai dengan pengalaman penelitian sejenis yang telah dilakukan, manfaat yang dapat diambil dari role playing adalah: Pertama, role playing dapat memberikan semacam hidden practise, dimana murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari. Kedua, role playing melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar. Ketiga, role playing dapat memberikan kepada murid kesenangan karena role playing pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain murid akan merasa senang karena bermain adalah dunia siswa. Masuklah ke dunia siswa, sambil kita antarkan dunia kita (Bobby DePorter, 2000: 12)
E. kelebihan dan kekurangan role playing
.
Sementara itu, sesuai dengan pengalaman penelitian sejenis yang telah dilakukan, manfaat yang dapat diambil dari role playing adalah: Pertama, role playing dapat memberikan semacam hidden practise, dimana murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari. Kedua, role playing melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar. Ketiga, role playing dapat memberikan kepada murid kesenangan karena role playing pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain murid akan merasa senang karena bermain adalah dunia siswa. Masuklah ke dunia siswa, sambil kita antarkan dunia kita (Bobby DePorter, 2000: 12)
E. kelebihan dan kekurangan role playing
Kelebihan Metode Role Playing
Kelebihan metode Role Playing melibatkan
seluruh siswa berpartisipasi, mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya
dalam bekerja sama. Siswa juga dapat belajar menggunakan bahasa dengan baik dan
benar. Selain itu, kelebihan metode ini adalah, sebagai berikut:
1) Siswa bebas mengambil keputusan dan
berekspresi secara utuh.
2) Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
3) Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
4) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan
5) Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias
6) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi
7) Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri
8) Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan / membuka kesempatan bagi lapangan kerja
2) Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
3) Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
4) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan
5) Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias
6) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi
7) Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri
8) Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan / membuka kesempatan bagi lapangan kerja
Kelemahan Metode Role Playing
Hakekatnya sebuah ilmu yang tercipca oleh
manusia tidak ada yang sempurna,semua ilmu ada kelebihan
dan kekurangan.Jika kita melihat metode Role Playing dalam dalam
cakupan cara dalam prooses mengajar dan belajar dalam lingkup pendidikan
tentunya selain kelebihan terdapat kelemahan.
Kelemahan metode role palying antara lain:
1. Metode bermain peranan memelrukan waktu
yang relatif panjang/banyak
2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya
3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu
4. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai
5. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini
2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya
3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu
4. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai
5. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-role-playing.html#ixzz2uZYxvua6
MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION
MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION
Group Investigationn merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
Dalam metode Group Investigation terdapat
tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau enquiri, pengetahuan atauknowledge,
dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group, (Udin
S. Winaputra, 2001:75). Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan
respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah
pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak
langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan
sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta
saling bertukar pengalaman melaui proses saling beragumentasi.
Slavin (1995) dalam Siti Maesaroh (2005:28),
mengemukakan hal penting untuk melakukan metode Group Investigationadalah:
1.
Membutuhkan Kemampuan
Kelompok.
Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap
anggota kelompok harus mendapat kesempatan memberikan kontribusi. Dalam
penyelidikan, siswa dapat mencari informasi dari berbagai informasi dari dalam
maupun di luar kelas.kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari
setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja.
2.
Rencana
Kooperatif.
Siswa bersama-sama menyelidiki masalah
mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan
bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas.
3.
Peran Guru.
Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru
memutar diantara kelompok-kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan
membantu siswa mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan
kesulitan dalam interaksi kelompok.
Para guru yang menggunakan metode GI umumnya
membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa
dengan karakteristik yang heterogen, (Trianto, 2007:59). Pembagian kelompok
dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap
suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki,
melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang telah dipilih,
kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas.
1.
Langkah-Langkah dalam
Menggunakan Model Group Investigation
Langkah-langkah penerapan metode Group
Investigation, (Kiranawati (2007), dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.
Seleksi topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam
suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para
siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi
pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang.
Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan
akademik.
2.
Merencanakan
kerjasama
Para siswa bersama guru merencanakan berbagai
prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai
topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah 1 diatas.
3.
Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah
dirumuskan pada langkah b). pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas
dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk
menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah.
Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan
bantuan jika diperlukan.
4.
Analisis dan
sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis
berbagai informasi yang diperoleh pada langkah 3 dan merencanakan agar dapat
diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
5.
Penyajian hasil
akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi
yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam
kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik
tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
6.
Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi
mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu
keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok,
atau keduanya.
1.
Tahapan-tahapan
Dalam Group Investigation
Enam
Tahapan di dalam Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Group Investigationdapat
dilihat pada table berikut, (Slavin, 1995) dalam Siti Maesaroh (2005:29-30):
Tahap
I
Mengidentifikasi
topik dan membagi siswa ke dalam kelompok.
|
Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk
memberi kontribusi apa yang akan mereka selidiki. Kelompok dibentuk
berdasarkan heterogenitas.
|
Tahap
II
Merencanakan
tugas.
|
Kelompok akan membagi sub topik kepada
seluruh anggota. Kemudian membuat perencanaan dari masalah yang akan
diteliti, bagaimana proses dan sumber apa yang akan dipakai.
|
Tahap
III
Membuat
penyelidikan.
|
Siswa mengumpulkan, menganalisis dan
mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan dan mengaplikasikan bagian mereka
ke dalam pengetahuan baru dalam mencapai solusi masalah kelompok.
|
Tahap
IV
Mempersiapkan
tugas akhir.
|
Setiap kelompok mempersiapkan tugas akhir
yang akan dipresentasikan di depan kelas.
|
Tahap
V
Mempresentasikan
tugas akhir.
|
Siswa mempresentasikan hasil kerjanya.
Kelompok lain tetap mengikuti.
|
Tahap
VI
|
Soal ulangan mencakup seluruh topik yang
telah diselidiki dan dipresentasikan.
|
1. Ciri-Ciri
Model Group Investigation
Model pembelajaran Group Investigation
merupakan model yang sulit diterapkan dalam pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran ini mempunyai cirri-ciri, yakni sebagai berikut:
1. Pembelajaran
kooperatif dengan metode Group Investigationberpusat pada siswa,
guru hanya bertindak sebagai fasilitator atau konsultan sehingga siswa
berperan aktif dalam pembelajaran.
2. pembelajaran
yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar
siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, setiap siswa dalam
kelompok memadukan berbagai ide dan pendapat, saling berdiskusi dan beragumentasi
dalam memahami suatu pokok bahasan serta memecahkan suatu permasalahan yang
dihadapi kelompok.
3. pembelajaran
kooperatif dengan metode Group Investigationsiswa dilatih untuk
memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, semua kelompok menyajikan suatu
presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari, semua
siswa dalam kelas saling terlihat dan mencapai suatu perspektif yang luas
mengenai topik tersebut.
4. adanya
motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari
tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
5. pembelajaran
kooperatif dengan metode Group Investigationsuasana belajar
terasa lebih efektif, kerjasama kelompok dalam pembelajaran ini dapat
membangkitkan semangat siswa untuk memiliki keberanian dalam mengemukakan
pendapat dan berbagi informasi dengan teman lainnya dalam membahas materi
pembelajaran.
1. Kelebihan
dan Kelemahan Model Group Investigation
Di dalam pemanfaatannya atau penggunaannya
model pembelajaran group investigation juga mempunyai kelemahan dan
kelebihan, yakni sebagai berikut:
Kelebihan pembelajaran model group
investigation:
1. Pembelajaran
dengan kooperatif model Group Investigation memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Penerapan
metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation mempunyai pengaruh
positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
3. Pembelajaran
yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar
siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang.
4. Model
pembelajaran group investigation melatih siswa untuk memiliki kemampuan
yang baik dalam berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya.
5. Memotivasi dan mendorong
siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap
akhir pembelajaran.
Kelemahan pembelajaran dengan model group
investigation:
Model pembelajaran group investigation
merupakan model pembelajaran yang kompleks dan sulit untuk dilaksanakan dalam
pembelajaran kooperatif. Kemudian pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran group investigation juga membutuhkan waktu yang lama.
Model Pembelajaran Bertukar Pasangan
Model Pembelajaran Bertukar Pasangan
1. Pengertian
Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan tingkat mobilitas cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan pasangan lainnya dan nantinya harus kembali ke pasangan semula/pertamanya.
Dan model pembelajaran bertukar pasangan ini merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustaman et al., 2003: 206).
Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan tingkat mobilitas cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan pasangan lainnya dan nantinya harus kembali ke pasangan semula/pertamanya.
Dan model pembelajaran bertukar pasangan ini merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustaman et al., 2003: 206).
Jadi ,model pembelajaran cooperative
learning adalah salah satu model pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai
subjek pembelajaran (student oriented). Dengan suasana kelas yang demokratis,
yang saling membelajarkan memberi kesempatan peluang lebih besar dalam
memberdayakan potensi siswa secara maksimal.dan menekankan pada
sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam
struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang
atau lebih belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang
tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap
siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk
memahami materi pelajaran., Belajar dikatakan belum selesai jika salah satu
teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Model pembelajaran cooperative learning akan dapat memberikan nunasa baru di dalam pelaksanaan pembelajaran oleh semua bidang studi atau mata pelajaran yang diampu guru. Karena pembelajaran cooperative learning dan beberapa hasil penelitian baik pakar pendidikan dalam maupun luar negeri telah memberikan dampak luas terhadap keberhasilan dalam proses pembelajaran. Dampak tersebut tidak saja kepada guru akan tetapi juga pada siswa, dan interaksi edukatif muncul dan terlihat peran dan fungsi dari guru maupun siswa.
Peran guru dalam pembelajaran cooperative learning sebagai fasilitator, moderator, organisator dan mediator terlihat jelas. Kondisi ini peran dan fungsi siswa terlihat, keterlibatan semua siswa akan dapat memberikan suasana aktif dan pembelajaran terkesan de-mokratis, dan masing-masing siswa punya peran dan akan memberikan pengalaman belajarnya kepada siswa lain.
Model pembelajaran cooperative learning akan dapat memberikan nunasa baru di dalam pelaksanaan pembelajaran oleh semua bidang studi atau mata pelajaran yang diampu guru. Karena pembelajaran cooperative learning dan beberapa hasil penelitian baik pakar pendidikan dalam maupun luar negeri telah memberikan dampak luas terhadap keberhasilan dalam proses pembelajaran. Dampak tersebut tidak saja kepada guru akan tetapi juga pada siswa, dan interaksi edukatif muncul dan terlihat peran dan fungsi dari guru maupun siswa.
Peran guru dalam pembelajaran cooperative learning sebagai fasilitator, moderator, organisator dan mediator terlihat jelas. Kondisi ini peran dan fungsi siswa terlihat, keterlibatan semua siswa akan dapat memberikan suasana aktif dan pembelajaran terkesan de-mokratis, dan masing-masing siswa punya peran dan akan memberikan pengalaman belajarnya kepada siswa lain.
2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam
model Pembelajaran Bertukar Pasangan)
Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu dia akan memilih manakah model pembelajaran yang tepat diberikan untuk materi pelajaran tertentu. Dalam hal ini Muslim Ibrahim (dalam Depdiknas, 2005 : 46) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada individu.
Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu dia akan memilih manakah model pembelajaran yang tepat diberikan untuk materi pelajaran tertentu. Dalam hal ini Muslim Ibrahim (dalam Depdiknas, 2005 : 46) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada individu.
3. Langkah-langkah pembelajarannya
1. Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari kempok yang lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.
6. Kesimpulan.
7. Penutup.
1. Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari kempok yang lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.
6. Kesimpulan.
7. Penutup.
4. Keunggulan dan Kelemahannya
Keunggulan :
1. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.
2. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
3. Mendorong siswa tampil prima karena membawa nama baik kelompok lamanya
4. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat pelajaran menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.
Keunggulan :
1. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.
2. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
3. Mendorong siswa tampil prima karena membawa nama baik kelompok lamanya
4. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat pelajaran menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.
Kelemahan :
1. Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila kenyataannya siswa lain kurang kurang mampu menguasai materi)
Solusinya , lembar penilaian tidak diberi nama si penilai.
2. Ada siswa yang mengambil jalan pintas ,dengan meminta tolong pada temannya untuk mencarikan jawabnya.
Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu.
1. Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila kenyataannya siswa lain kurang kurang mampu menguasai materi)
Solusinya , lembar penilaian tidak diberi nama si penilai.
2. Ada siswa yang mengambil jalan pintas ,dengan meminta tolong pada temannya untuk mencarikan jawabnya.
Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu.
5. Contoh model pembelajarannya
Pada Kompetensi Dasar (KD) Menaati Peraturan Perundang-undangan Nasional. misalnya siswa dibagi menjadi beberapa kelompok masing masing mempunyai tugas berbeda. Misalnya mempelajari sikap kritis terhadap peraturan perundangan yang tidak mengakomodasi aspirasi rakyat , sikap patuh terhadap peraturan perundangan nasional.
Kemudian masing-masing anggota kelompok membentuk kelompok baru,sehingga kelompok baru tersebut tersebut berisi siswa dari grup sikap kritis dan sikap patuh dan seterusnya.
Dalam kelompok baru tersebut setiap siswa menerangkan apa yang telah dipelajari.Ada penilaian antar siswa dalam kelompok baru tersebut. Meliputi keaktivan, dalam diskusi serta kemampuan menerangkan dan kemampuan menjawab pertanyaan.
Pada Kompetensi Dasar (KD) Menaati Peraturan Perundang-undangan Nasional. misalnya siswa dibagi menjadi beberapa kelompok masing masing mempunyai tugas berbeda. Misalnya mempelajari sikap kritis terhadap peraturan perundangan yang tidak mengakomodasi aspirasi rakyat , sikap patuh terhadap peraturan perundangan nasional.
Kemudian masing-masing anggota kelompok membentuk kelompok baru,sehingga kelompok baru tersebut tersebut berisi siswa dari grup sikap kritis dan sikap patuh dan seterusnya.
Dalam kelompok baru tersebut setiap siswa menerangkan apa yang telah dipelajari.Ada penilaian antar siswa dalam kelompok baru tersebut. Meliputi keaktivan, dalam diskusi serta kemampuan menerangkan dan kemampuan menjawab pertanyaan.
KESIMPULAN
Dari uraian-uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa :
Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan tingkat mobilitas cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan pasangan lainnya dan nantinya harus kembali ke pasangan semula/pertamanya.
Dan model pembelajaran bertukar pasangan ini merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustaman et al., 2003: 206).
Dan ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran Bertukar Pasangan) Muslim Ibrahim (dalam Depdiknas, 2005 : 46) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada individu.
Dari uraian-uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa :
Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan tingkat mobilitas cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan pasangan lainnya dan nantinya harus kembali ke pasangan semula/pertamanya.
Dan model pembelajaran bertukar pasangan ini merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustaman et al., 2003: 206).
Dan ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran Bertukar Pasangan) Muslim Ibrahim (dalam Depdiknas, 2005 : 46) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada individu.
Langkah-langkah pembelajarannya :
1. Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari kempok yang lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.
6. Kesimpulan.
7. Penutup.
1. Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari kempok yang lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.
6. Kesimpulan.
7. Penutup.
Keunggulan :
1. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai
materi.
2. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
3. Mendorong siswa tampil prima karena membawa nama baik kelompok lamanya
4. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat pelajaran menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.
Kelemahan :
1. Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila kenyataannya siswa lain kurang kurang mampu menguasai materi)
Solusinya , lembar penilaian tidak diberi nama si penilai.
2. Ada siswa yang mengambil jalan pintas ,dengan meminta tolong pada temannya untuk mencarikan jawabnya.
Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu.
2. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
3. Mendorong siswa tampil prima karena membawa nama baik kelompok lamanya
4. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat pelajaran menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.
Kelemahan :
1. Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila kenyataannya siswa lain kurang kurang mampu menguasai materi)
Solusinya , lembar penilaian tidak diberi nama si penilai.
2. Ada siswa yang mengambil jalan pintas ,dengan meminta tolong pada temannya untuk mencarikan jawabnya.
Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-bertukar-pasangan.html#ixzz2uZZWKdYa
MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING
MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING
Pengertian model pembelajaran snowball
throwing
Model Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pendekatan kontekstual (CTL). Snowball Throwing yang menurut asal katanya berarti ‘bola salju bergulir’ dapat diartikan sebagai model pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran di antara sesama anggota kelompok. Dilihat dari pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran siswa Pkn, model Snowball Throwing ini memadukan pendekatan komunikatif, integratif, dan keterampilan proses.
Model Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pendekatan kontekstual (CTL). Snowball Throwing yang menurut asal katanya berarti ‘bola salju bergulir’ dapat diartikan sebagai model pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran di antara sesama anggota kelompok. Dilihat dari pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran siswa Pkn, model Snowball Throwing ini memadukan pendekatan komunikatif, integratif, dan keterampilan proses.
Kegiatan melempar bola pertanyan ini akan
membuat kelompok menjadi dinamis, karena kegiatan siswa tidak hanya berpikir,
menulis, bartanya, atau berbicara. Akan tetapi mereka juga melakukan
aktivitas fisik yaitu menggulung kertas dan melemparkannya pada siswa lain.
Dengan demikian, tiap anggota kelompok akan mempersiapkan diri karena pada
gilirannya mereka harus menjawab pertanyaan dari temannya yang terdapat dalam
bola kertas.
Dalam metode (Snowball Throwing), guru berusaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan menyimpulkan isi berita atau informasi yang mereka peroleh dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks. Guru juga memberikan pengalaman kepada siswa melalui pembelajaran terpadu dengan menggunakan proses yang saling berkaitan dalam situasi dan konteks komunikasi alamiah baik sosial, sains, hitungan dan lingkungan pergaulan.
Dibentuk kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.
Dalam metode (Snowball Throwing), guru berusaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan menyimpulkan isi berita atau informasi yang mereka peroleh dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks. Guru juga memberikan pengalaman kepada siswa melalui pembelajaran terpadu dengan menggunakan proses yang saling berkaitan dalam situasi dan konteks komunikasi alamiah baik sosial, sains, hitungan dan lingkungan pergaulan.
Dibentuk kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama kurang lebih 5 menit.
6. Setelah siswa mendapat satu bola / satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
7. Guru memberikan kesimpulan.
8. Evaluasi.
9. Penutup.
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama kurang lebih 5 menit.
6. Setelah siswa mendapat satu bola / satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
7. Guru memberikan kesimpulan.
8. Evaluasi.
9. Penutup.
Kesimpulan:
Penggunaan pendekatan pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa ini dirasakan cukup efektif karena mampu menumbuh kembangkan potensi intelektual, sosial, dan emosional yang ada dalam diri siswa. Di sini siswa akan terlatih untuk mengemukakan gagasan dan perasaan secara cerdas dan kreatif, serta mampu menemukan dan menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya untuk menghadapi berbagai persoalan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Di dalam model pembelajaran snowball throwing ini kurang tepat digunakan untuk mata pelajaran atau bidang study ilmu pengetahhuan social. Karena ilmu pengetahuan social adalah ilmu yang cakupan materi pembelajarannya sangat luas, membutuhkan pengembangan yang mendalam karena materinya selalu berkembang. Sedangkan di sini pembelajaran hanya berkutat pada pengetahuan siswa saja. Jadi, yang lebih tepat menggunakan model pembelajaran snowball throwing ini adalah jenis-jenis mata pelajaran ilmu pengetahuan alam atau eksak yang cenderung menggunakan rumus yang relatif tetap. Guru akan lebih mudah mengarahkan jalannya pembelajaran di kelas.
Penggunaan pendekatan pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa ini dirasakan cukup efektif karena mampu menumbuh kembangkan potensi intelektual, sosial, dan emosional yang ada dalam diri siswa. Di sini siswa akan terlatih untuk mengemukakan gagasan dan perasaan secara cerdas dan kreatif, serta mampu menemukan dan menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya untuk menghadapi berbagai persoalan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Di dalam model pembelajaran snowball throwing ini kurang tepat digunakan untuk mata pelajaran atau bidang study ilmu pengetahhuan social. Karena ilmu pengetahuan social adalah ilmu yang cakupan materi pembelajarannya sangat luas, membutuhkan pengembangan yang mendalam karena materinya selalu berkembang. Sedangkan di sini pembelajaran hanya berkutat pada pengetahuan siswa saja. Jadi, yang lebih tepat menggunakan model pembelajaran snowball throwing ini adalah jenis-jenis mata pelajaran ilmu pengetahuan alam atau eksak yang cenderung menggunakan rumus yang relatif tetap. Guru akan lebih mudah mengarahkan jalannya pembelajaran di kelas.
Kelebihan:
1. Melatih kesiapan siswa.
2. Saling memberikan pengetahuan.
Kekurangan:
1. Penngetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa.
2. Tidak efektif.
1. Melatih kesiapan siswa.
2. Saling memberikan pengetahuan.
Kekurangan:
1. Penngetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa.
2. Tidak efektif.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-snowball-throwing.html#ixzz2uZZZU5Zc
Pengertian Model Pembelajaran Student
Facilitator and Explaining
Pengertian Model Pembelajaran Student
Facilitator and Explaining
Model Pembelajaran Student Facilitator and
Explaining merupakan model pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar
mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model
pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan
ide/gagasan atau pendapatnya sendiri.
Model pembelajaran ini akan relevan apabila siswa secara aktif ikut serta dalam merancang materi pembelajaran yang akan dipresentasikan. Untuk itu pembelajaran pada apresiasi drama akan lebih sesuai dikarenakan siswa secara aktif ikut serta baik itu dalam kegiatan apresiasi maupun bisa berupa ekspresi sastra sebagai pelakunya.
Model pembelajaran ini akan relevan apabila siswa secara aktif ikut serta dalam merancang materi pembelajaran yang akan dipresentasikan. Untuk itu pembelajaran pada apresiasi drama akan lebih sesuai dikarenakan siswa secara aktif ikut serta baik itu dalam kegiatan apresiasi maupun bisa berupa ekspresi sastra sebagai pelakunya.
Langkah-langkah pembelajarannya :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai/KD.
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran.
3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui bagan/peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran
4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
6. Penutup
Kelebihan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain, dapat mengeluarkan ide-ide yang ada dipikirannya sehingga lebih dapat memahami materi tersebut.
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai/KD.
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran.
3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui bagan/peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran
4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
6. Penutup
Kelebihan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain, dapat mengeluarkan ide-ide yang ada dipikirannya sehingga lebih dapat memahami materi tersebut.
Kekurangan Model Pembelajaran Student
Facilitator and Explaining:
1. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil.
2. Banyak siswa yang kurang aktif
Kesimpulan
Dalam Model pembelajaran ini akan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkap apabila siswa secara aktif ikut serta dalam merancang materi pembelajaran yang akan dipresentasikan maka siswa akan lebih bisa mengerti dan mampu memahaminya untuk mengungkapkan ide, selain itu juga dapat mengajak peserta didik mandiri dalam mengembangkan potensi mengungkapkan gagasan berpendapat.
1. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil.
2. Banyak siswa yang kurang aktif
Kesimpulan
Dalam Model pembelajaran ini akan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkap apabila siswa secara aktif ikut serta dalam merancang materi pembelajaran yang akan dipresentasikan maka siswa akan lebih bisa mengerti dan mampu memahaminya untuk mengungkapkan ide, selain itu juga dapat mengajak peserta didik mandiri dalam mengembangkan potensi mengungkapkan gagasan berpendapat.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pengertian-model-pembelajaran-student.html#ixzz2uZZdtnxx
MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY
MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY
1. Pengertian
Model
pembelajaran Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang dapat
menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa
yang dapat menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak’hore!’
atau yel-yel lainnya yang disukai.
Jadi, model pembelajaran course review
horay ini merupakan suatu model pembelajaran yang dapat digunakan guru agar
dapat tercipta suasana pembelajaran di dalam kelas yang lebih menyenangkan.
Sehingga para siswa merasa lebih tertarik. Karena dalam model pembelajaran
course review horay ini, apabila siswa dapat menjawab pertanyaan secara benar
maka siswa tersebut diwajibkan meneriakan kata “hore” ataupun yel-yel yang
disukai dan telah disepakati oleh kelompok maupun individu siswa itu sendiri.
Model pembelajaran course review horay juga merupakan suatu metode pembelajaran dengan pengujian pemahaman siswa menggunakan soal dimana jawaban soal dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor dan untuk siswa atau kelompok yang mendapatkan jawaban atau tanda dari jawaban yang benar terlebih dahulu harus langsung berteriak “horay” atau menyanyikan yel-yel kelompoknya.
Model pembelajaran course review horay juga merupakan suatu metode pembelajaran dengan pengujian pemahaman siswa menggunakan soal dimana jawaban soal dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor dan untuk siswa atau kelompok yang mendapatkan jawaban atau tanda dari jawaban yang benar terlebih dahulu harus langsung berteriak “horay” atau menyanyikan yel-yel kelompoknya.
Jadi,
dalam pelaksanaan model pembelajaran course review horay ini pengujian
pemahaman siswa dengan menggunakan kotak yang berisi nomor untuk menuliskan
jawabannya. Dan siswa yang lebih dulu mendapatkan tanda atau jawaban yang
benar harus langsung segera menyoraki kata-kata “horay” atau menyoraki
yel-yelnya.
Agar
pemahaman konsep materi yang akan dibahas dapat dikaji secara terarah maka
seiring dengan perkembangan dunia pendidikan pembelajaran Corse Review Horay
menjadi salah satu alternative sebagai pembelajaran yang mengarah pada
pemahaman konsep. Pembelajaran Course Review Horay, merupakan salah satu
pembelajaran kooperatif yaitu kegiatan belajar mengajar dengan cara
pengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil.
Pembelajaran
Course Review Horay yang dilaksanakan merupakan suatu pembelajaran dalam
rangka pengujian terhadap pemahaman konsep siswa menggunakan kotak yang diisi
dengan soal dan diberi nomor untuk menuliskan jawabannya. Siswa yang paling
terdahulu mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay atau yel-yel
lainnya. Melalui Pembelajaran Course Review Horay diharapkan dapat melatih
siswa dalam menyelesaikan masalah dengan pembentukkan kelompok kecil.
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Course
Review Horay
1.
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2.
Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi sesuai topik dengan tanya jawab
3.
Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok.
4.
Untuk menguji pemahaman siswa disuruh membuat kartu atau kotak sesuai dengan
kebutuhan dan diisi dengan nomor yang ditentukan guru.
5.
Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya didalam kartu
atau kotak yang nomornya disebutkan guru.
6.
Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa telah ditulis didalam kartu atau
kotak, guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi.
7.
Bagi yang benar,siswa memberi tanda check list ( √ ) dan langsung berteriak
horay atau menyanyikan yel-yelnya.
8.
Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak horay
.
9.
Guru memberikan rewardv pada yang memperoleh nilai tinggi atau yang banyak memperoleh
horay.
10.
Penutup
C. Kelebihan Model Pembelajaran Corse
Review Horay
a. Pembelajarannya menarik dan mendorong
siswa untuk dapat terjun kedalamnya.
b. Pembelajarannya tidak monoton karena diselingi sedikit hiburan sehingga suasana tidak menegangkan.
c. Siswa lebih semangat belajar karena suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan
d. Melatih kerjasama
b. Pembelajarannya tidak monoton karena diselingi sedikit hiburan sehingga suasana tidak menegangkan.
c. Siswa lebih semangat belajar karena suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan
d. Melatih kerjasama
D. Kelemahan Model Pembelajaran Course
Review Horay
a. Siswa aktif dan pasif nilainya disamakan
b. Adanya peluang untuk curang
b. Adanya peluang untuk curang
·
Model
Pembelajaran Talking Stick
·
Model Pembelajaran
Talking Stick
·
Sejarah Talking
Stick
Talking Stick (tongkat berbicara) adalah
metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak
semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan
antarsuku), sebagaimana dikemukakan Carol Locust berikut ini :The talking
stick has been used for centuries by many Indian tribes as a means of just
and impartial hearing. The talking stick was commonly used in council circles
to decide who had the right to speak. When matters of great concern would
come before the council, the leading elder would hold the talking stick, and
begin the discussion. When he would finish what he had to say, he would hold
out the talking stick, and whoever would speak after him would take it. In
this manner, the stick would be passed from one individual to another until
all who wanted to speak had done so. The stick was then passed back to the
elder for safe keeping.
Artinya:
Artinya:
Tongkat berbicara telah digunakan selama
berabad-abad oleh suku–suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan
tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk
memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai
berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat
akan pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya.
Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang
lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua
mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke
ketua/pimpinan rapat.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran/bergantian.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran/bergantian.
B.
Talking Stick Sebagai Model Pembelajaran
Talking
stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran
ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib
menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.
Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan
SMA/SMK. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan
suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif. Langkah-langkah
penerapannya dapat dilakukan sebagai berikut.
1. Guru membentuk kelompok yang terdiri
atas 5 orang.
2. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.
4. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.
5. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.
6. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
7. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.
8. Guru memberikan kesimpulan.
9. Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun individu.
10. Guru menutup pembelajaran.
2. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.
4. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.
5. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.
6. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
7. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.
8. Guru memberikan kesimpulan.
9. Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun individu.
10. Guru menutup pembelajaran.
C.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan:
1. Menguji kesiapan siswa.
2. Melatih membaca dan memahami dengan cepat.
3. Agar lebih giat belajar (belajar dahulu).
1. Menguji kesiapan siswa.
2. Melatih membaca dan memahami dengan cepat.
3. Agar lebih giat belajar (belajar dahulu).
Kekurangan:
Membuat siswa gelisah, gundah gulana dan lain2 (becanda).
Membuat siswa gelisah, gundah gulana dan lain2 (becanda).
D.
Kesimpulan
1. talking stick dipakai sebagai tanda
seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara
bergiliran/bergantian.
2. Model pembelajaran ini membuat anak didik ceria, senang, dan melatih mental anak didik untuk siap pada kondisi dan siatuasi apapun
2. Model pembelajaran ini membuat anak didik ceria, senang, dan melatih mental anak didik untuk siap pada kondisi dan siatuasi apapun
·
Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-talking-stick.html#ixzz2uZZyAQpF
·
METODE
DEMONSTRASI DAN EKSPERIMEN
·
·
METODE
DEMONSTRASI DAN EKSPERIMEN
·
Yang di maksud
dengan Metode Demonstrasi dan Eksperimen ialah suatu upaya atau praktek
dengan menggunaka peragaan yang di tujukan pada siswa yang tujuannya ialah
agar supaya semua sisiwa lebih mudah dalam memahami dan mempraktekan dari apa
yang telah di perokehnya dan dapat mengatasi sutu permasalah apabila terdapat
perbedaan .
Metode
Demonstrasi
1.
Pengertian Metode Demonstrasi
Yang
di maksud dengan Metode Demonstrasi ialah metode mengajar dengan menggunakan
peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan
bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu pada siswa.
Untuk
memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat di lakukan oleh guru
atau anak didik itu sendiri. Metode Demonstran cukup baik apabila di gunakan
dalam penyampaian bahan pelajaran fiqih, misalnya bagaiamana cara berwudu,
shalat, memandikan orang mati, tawaf pada waktu haji,dan yang lainnya.
2.
prinsip-prinsip metode demonstrasi sebagai berikut:
a. Menciptakan suasana/hubungan baik dengan
siswa sehingga ada keinginan dan kemauan dari siswa untuk menyaksikan apa
yang didemonstrasikan;
b. Mengusahakan agar demonstrasi itu dapat jelas bagi siswa yang sebelumnya tidak memahami, mengingat siswa belum tentu dapat memahami apa yang dimaksud dalam demonstrasi karena keterbatasan daya ingat;
c. Memikirkan dengan cermat sebelum mendemonstrasikan suatu pokok bahasan/topik tertentu tentang adanya kesulitan yang akan ditemui siswa sambil memikirkan dan mencari cara untuk mengatasinya.
Aspek penting dalam metode demonstrasi:
a. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar bila alat yang digunakan untuk mendemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama oleh siswa;
b. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadikan aktivitas mereka sebagai pengalaman yang berharga;
c. Tidak semua hal yang didemonstrasikan di dalam kelas, misal alat terlalu besar;
d. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis;
e. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang akan didemonstrasikan;
f. Persiapan dan perencanaan yang matang
g. Metode belajar sebagai tindakan dan langkah konkrit tidak dapatlepas dari filosofi yang mendasarinya. Dasar filosofi ini bersifat lebih abstrak yang melihat totalitas manusia sebagai pelaksana pendidikan baiksebagai pendidik maupun peserta didik. Sebagai pendidik, manusia mempunyai tanggung jawab untuk mentransfer dan mengembangkan ilmu pengetahuan, sikap, nilai serta keterampilan pada peserta didik. Sebagai peserta didik, manusia dilihat sebagai makhluk Tuhan yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sumber dayanya, baik aspek penalarannya, aspek sikap hatinya maupun aspek keterampilan perilakunya. Sebagai khalifah/wakil Allah di muka bumi, manusia harus mencerminkan sifat-sifat Ilahiyah dalam kehidupan dunia di muka bumi ini. Untuk dapat memerankannya manusia harus mengembangkan
potensinya baik dari segi intelektualnya, moralnya maupun profesionalnya.
Pengembangan ini tidak lain melalui proses pendidikan
b. Mengusahakan agar demonstrasi itu dapat jelas bagi siswa yang sebelumnya tidak memahami, mengingat siswa belum tentu dapat memahami apa yang dimaksud dalam demonstrasi karena keterbatasan daya ingat;
c. Memikirkan dengan cermat sebelum mendemonstrasikan suatu pokok bahasan/topik tertentu tentang adanya kesulitan yang akan ditemui siswa sambil memikirkan dan mencari cara untuk mengatasinya.
Aspek penting dalam metode demonstrasi:
a. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar bila alat yang digunakan untuk mendemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama oleh siswa;
b. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadikan aktivitas mereka sebagai pengalaman yang berharga;
c. Tidak semua hal yang didemonstrasikan di dalam kelas, misal alat terlalu besar;
d. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis;
e. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang akan didemonstrasikan;
f. Persiapan dan perencanaan yang matang
g. Metode belajar sebagai tindakan dan langkah konkrit tidak dapatlepas dari filosofi yang mendasarinya. Dasar filosofi ini bersifat lebih abstrak yang melihat totalitas manusia sebagai pelaksana pendidikan baiksebagai pendidik maupun peserta didik. Sebagai pendidik, manusia mempunyai tanggung jawab untuk mentransfer dan mengembangkan ilmu pengetahuan, sikap, nilai serta keterampilan pada peserta didik. Sebagai peserta didik, manusia dilihat sebagai makhluk Tuhan yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sumber dayanya, baik aspek penalarannya, aspek sikap hatinya maupun aspek keterampilan perilakunya. Sebagai khalifah/wakil Allah di muka bumi, manusia harus mencerminkan sifat-sifat Ilahiyah dalam kehidupan dunia di muka bumi ini. Untuk dapat memerankannya manusia harus mengembangkan
potensinya baik dari segi intelektualnya, moralnya maupun profesionalnya.
Pengembangan ini tidak lain melalui proses pendidikan
3.
Adapun aspek yang penting dalam menggunakan Metode Demonstrasi adalah:
a. Demonstrasi akan menjadi metode yang
tidak wajar apabila alat yang di Demonstrasikan tidak bisa di amati dengan
seksama oleh siswa. Misalnya alatnya terlalu kecil atau penjelasannya tidak
jelas.
b. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak di ikuti oleh aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai pengalaman yang berharga.
c. Tidak semua hal dapat di Demonstrasikan di kelas karna sebab alat-alat yang terlalu besar atau yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas.
d. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis
e. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang akan di Demonstrasikan.
b. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak di ikuti oleh aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai pengalaman yang berharga.
c. Tidak semua hal dapat di Demonstrasikan di kelas karna sebab alat-alat yang terlalu besar atau yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas.
d. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis
e. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang akan di Demonstrasikan.
Dan
adapun sebaiknya dalam Mendemonstrasikan pelajaran tersebut guru harus
terlebih dulu Mendemonstrasikan dengan sebaik-baiknya, baru di ikuti oleh
murid-muridnya yang sesuai dengan petunjuk.
4.
Adapun dalam metode demonstran ini memiliki kelebihan dan ada juga
kekurangannya sebagaimana yang akan di paparkan di bawah ini.
Kelebihan
metode demonstran adalah:
• Perhatian anak didik dapat di pusatkan,
dan titik berat yang di anggap penting oleh guru dapat di amati
• Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang di Demonstrasikan, jadi proses anak didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain
• Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar
• Dapat menambah pengalaman anak didik
• Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di sampaikan
• Dapat mengurangi kesalah pahaman karna pengajaran lebih jelas dan kongkrit
• Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karna ikut serta berperan secara langsung.
• Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang di Demonstrasikan, jadi proses anak didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain
• Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar
• Dapat menambah pengalaman anak didik
• Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di sampaikan
• Dapat mengurangi kesalah pahaman karna pengajaran lebih jelas dan kongkrit
• Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karna ikut serta berperan secara langsung.
Setelah melihat beberapa keuntungan dari
metode demonstransi tersebut, maka dalam bidang setudi agama,
banyak hal-hal yang dapat di demonstrasikan terutama dalam bidang ibadat, seperti
pelaksanaan shalat, zakat dan yang lainnya.
Apabila teori menjalankan ibadah yang betul dan baik telah di miliki oleh anak didik, maka guru harus mencoba mendemonstrasikan di depan para murit. Dan apabila anak didik sedang mendemonstrasikan ibadah, guru harus mengamati langkah dari langkah dari setiap gera-gerik murid tersebut,
sehingga apabila ada kesalahan atau kekurangannya guru berkewajiban memperbaikinya. Tindakan mengamati segi-segi yang kurang baik lalu memperbaikinya akan memberikan kesan yang dalam pada diri anak didik, karna guru telah memberi pengalaman kepada anak didik baik bagi anak didik yang menjalankan Demonstrasi ataupun bagi yang menyaksikannya.
Apabila teori menjalankan ibadah yang betul dan baik telah di miliki oleh anak didik, maka guru harus mencoba mendemonstrasikan di depan para murit. Dan apabila anak didik sedang mendemonstrasikan ibadah, guru harus mengamati langkah dari langkah dari setiap gera-gerik murid tersebut,
sehingga apabila ada kesalahan atau kekurangannya guru berkewajiban memperbaikinya. Tindakan mengamati segi-segi yang kurang baik lalu memperbaikinya akan memberikan kesan yang dalam pada diri anak didik, karna guru telah memberi pengalaman kepada anak didik baik bagi anak didik yang menjalankan Demonstrasi ataupun bagi yang menyaksikannya.
Dari
segi kelemahan atau metode demonstran adalah:
• Memerlukan waktu yang cukup banyak
• Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang efesien
• Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli bahan-bahannya
• Memerlukan tenaga yang tidak sedikit
• Apabila siswa tidak aktif maka metode demonstran menjadi tidak efektif.
• Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang efesien
• Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli bahan-bahannya
• Memerlukan tenaga yang tidak sedikit
• Apabila siswa tidak aktif maka metode demonstran menjadi tidak efektif.
5.
Adapun langkah-langkah dalam penerapan metode demonstrasi adalah:
a. Perencanaan
Dalam perencanaan hal-hal yang dilakukan ialah ;
a. Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang di harapkan dapat tercapai setelah metode demontrasi berakhir
b. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan di laksanakan
c. Memperhitungkan waktu yang di butuhkan
d. Selama demonstrasi berlangsung guru haru intropeksi diri apakah:
• Keterangan-keterangan dapat di dengar dengan jelas oleh siswa
• Apakah semua media yang di gunaka telah di tempatkan pada posisi yang baik, hingga semua siswa dapat melihat semuanya dengan jelas
• Siswa di sarankan membuat catatan yang dianggap perlu
e. Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak didik
Dalam perencanaan hal-hal yang dilakukan ialah ;
a. Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang di harapkan dapat tercapai setelah metode demontrasi berakhir
b. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan di laksanakan
c. Memperhitungkan waktu yang di butuhkan
d. Selama demonstrasi berlangsung guru haru intropeksi diri apakah:
• Keterangan-keterangan dapat di dengar dengan jelas oleh siswa
• Apakah semua media yang di gunaka telah di tempatkan pada posisi yang baik, hingga semua siswa dapat melihat semuanya dengan jelas
• Siswa di sarankan membuat catatan yang dianggap perlu
e. Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak didik
b. Pelaksanaannya:
Hal-hal yang mesti di lakukan adalah:
1. Memeriksa hal-hal tersebut di atas untuk kesekian kalinya
2. Melakukan demonstrasi dengan menarik perhatian siswa
3. Mengingat pokok-pokok materi yang akan di demonstrasikan agar mencapai sasaran
4. Memperhatikan kedaan siswa, apakah semuanya mengikuti demonstrasi dengan baik
5. Memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif
6. Menghindari ketegangan
Hal-hal yang mesti di lakukan adalah:
1. Memeriksa hal-hal tersebut di atas untuk kesekian kalinya
2. Melakukan demonstrasi dengan menarik perhatian siswa
3. Mengingat pokok-pokok materi yang akan di demonstrasikan agar mencapai sasaran
4. Memperhatikan kedaan siswa, apakah semuanya mengikuti demonstrasi dengan baik
5. Memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif
6. Menghindari ketegangan
6.
Evaluasi:
Dalam
kegiatan evaluasi ini dapat berupa pemberian tugas, seperti membuat
laporan,menjawab pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut, baik di sekolah
ataupun di rumah.
7. Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam
penggunaan metode demonstrasi tersebut adalah:
• Rumuskan secara spesific yang dapat di capai oleh siswa.
• Susun langkah-langkah yag akan dilakukan dengan demontrasi secara teratur sesuai dengan skenario yang telah di rencanakan.
• Menyipkan peralatan yang di butuhkan sebelum demonstrasi dimulai.
• Usahakan dalam melakukan demonstrasi tersebut sesuai dengan kenyataan sebenarnya.
• Rumuskan secara spesific yang dapat di capai oleh siswa.
• Susun langkah-langkah yag akan dilakukan dengan demontrasi secara teratur sesuai dengan skenario yang telah di rencanakan.
• Menyipkan peralatan yang di butuhkan sebelum demonstrasi dimulai.
• Usahakan dalam melakukan demonstrasi tersebut sesuai dengan kenyataan sebenarnya.
B.
Metode Eksperimen
a.
Pengertian Metode Eksperimen
Metode Eksperimen adalah Metode atau cara
di mana guru dan murit bersama-sama mengerjakan sesuatu latihan atau
percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari sesuatu aksi.
Sedangkan menurut Ramayulis, dalam bukunya “Metodologi pendidikan agama Islam” mendefinisikan bahwa Metode Eksperimen ialah suatu metode mengajar yang di lakukan murid untuk melakuka percobaan-percobaan pada mata pelajaran tertentu.
Sedangkan menurut Zakiyah Daradjat tidak memberikan pengertian jelas, ia hanya mengatakan bahwa Metode Eksperimen adalah metode percobaan yang biasanya di lakuka dalam mata pelajaran tertentu.
Sedangkan menurut Departeman Agama memberi definisi bahwa Metode Eksperimen adalah peraktek pengajaran yan melibatkan anak didik pada pekerjaan akademis, latihan dan pemecahan masalah atau topik seperti: shalat, puasa, haji, pembangunan masarakat dan lain-lainnya.
Sedangkan menurut Ramayulis, dalam bukunya “Metodologi pendidikan agama Islam” mendefinisikan bahwa Metode Eksperimen ialah suatu metode mengajar yang di lakukan murid untuk melakuka percobaan-percobaan pada mata pelajaran tertentu.
Sedangkan menurut Zakiyah Daradjat tidak memberikan pengertian jelas, ia hanya mengatakan bahwa Metode Eksperimen adalah metode percobaan yang biasanya di lakuka dalam mata pelajaran tertentu.
Sedangkan menurut Departeman Agama memberi definisi bahwa Metode Eksperimen adalah peraktek pengajaran yan melibatkan anak didik pada pekerjaan akademis, latihan dan pemecahan masalah atau topik seperti: shalat, puasa, haji, pembangunan masarakat dan lain-lainnya.
b.
Metode Eksperimen dalam pendidikan Agama Islam
Hal yang menarik tentang metode ini dalam
pendidikan agama Islam ialah bahwa metode ini ada kolerasinya dengan
pendidikan agama Islam terutama bidang studi fiqih.
Kongkritnya adalah Ketika ingin membuktikan apakah segenangan air termasuk air suci atau air najis atau air yang suci tidak mensucikan, maka hal ini harus di buktikan secara langsung dan di adakan penelitian secara ilmiah, maka metode Eksperiman dapat membuktikannya dengan tepat.
Kongkritnya adalah Ketika ingin membuktikan apakah segenangan air termasuk air suci atau air najis atau air yang suci tidak mensucikan, maka hal ini harus di buktikan secara langsung dan di adakan penelitian secara ilmiah, maka metode Eksperiman dapat membuktikannya dengan tepat.
c.
Target metode Eksperimen
Adapun target Metode Eksperimen adalah
1) Murit dapat membuktikan kebenaran riil dari teori-teori hukum yang berlaku
2) Diharapkan dengan metode ini murit dapat kepuasan dari hasil belajarnya
1) Murit dapat membuktikan kebenaran riil dari teori-teori hukum yang berlaku
2) Diharapkan dengan metode ini murit dapat kepuasan dari hasil belajarnya
d. Langkah-langkah metode eksperimen
• Menerangkan Metode Eksperimen
• Membicarakan terlebih dahulu permasalahan yang seknifikasi untuk di angkat
• Sebelum guru menetapkan alat yang di perlukan langkah-langkah apa saja yang harus di variebel-variebel apa yang harus di kontrol
• Setelah eksperimen di lakukan guru harus mengumpulkan laporan, memproses kegiatan, dan mengadakan tes untuk menguji pemahaman murit
• Menerangkan Metode Eksperimen
• Membicarakan terlebih dahulu permasalahan yang seknifikasi untuk di angkat
• Sebelum guru menetapkan alat yang di perlukan langkah-langkah apa saja yang harus di variebel-variebel apa yang harus di kontrol
• Setelah eksperimen di lakukan guru harus mengumpulkan laporan, memproses kegiatan, dan mengadakan tes untuk menguji pemahaman murit
e. Kelebihan dan kekurangan Metode
Eksperimen ialah:
1) Kelebihannya
1) Kelebihannya
• Menambah keaktifan untuk berbuat dan
memecahkan sendiri sebuah permasalahan
• Dapat melaksanakan metode ilmiah dengan baik
• Dapat melaksanakan metode ilmiah dengan baik
2)
Segi kekurangannya
• Tidak semua mata pelajaran dapat
menggunakan metode ini
• Murid yang kurang mempunyai daya intelektual yang kuat kurang baik hasilnya.
• Murid yang kurang mempunyai daya intelektual yang kuat kurang baik hasilnya.
Sebaiknya
Metode Eksperimen ini di terapkan bagi pelajaran-pelajaran yang belum di
ajarka atau di terangkan oleh metode lain sehingga Metode Eksperimen ini
terasa benar fungsinya bagi siswa.
Hal-hal yang Perlu di perhatikan dalam
melakukan Metode Eksperimen adalah sebagai berikut;
1. Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang di butuhkan
2. Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen
3. Sebelum di laksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu di berikan penjelasan dan petunjuk-petunjuk seperlunya
1. Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang di butuhkan
2. Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen
3. Sebelum di laksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu di berikan penjelasan dan petunjuk-petunjuk seperlunya
1. Lakukan pengelompokan atau masing-masing
individu melakukan percobaan yang telah di rencanakan bila hasilnya belum
memuaskan dapat di ulangi lagi untuk membuktikn kebenaranya
2. Setiap kelompok atau individu dapat melaporkan hasil percobaanya secara tertulis.
2. Setiap kelompok atau individu dapat melaporkan hasil percobaanya secara tertulis.
C.
Metode Demonstrasi dan Eksperimen
Metode Demonstrasi Dan Eksperimen ini cocok
digunakan apabila:
1. Untuk memberikan latihan keterampilan tertetu pada siswa.
2. Untuk memudahkan penjelasan yang di berikan agar siswa langsung mengetahui dan dapat terampil dan melakukannya.
3. Untuk membantu siswa dalam memahami sesuatu proses secara cermat dan teliti.
1. Untuk memberikan latihan keterampilan tertetu pada siswa.
2. Untuk memudahkan penjelasan yang di berikan agar siswa langsung mengetahui dan dapat terampil dan melakukannya.
3. Untuk membantu siswa dalam memahami sesuatu proses secara cermat dan teliti.
Keuggulan
Metode Demonstrasi dan Eksperiaen ini adalah:
a. Perhatian siswa akan dapat terpusat
sepenuhnya pada anak yang di Demonstrasikan atau di Eksperienkan
b. Memberikan pengalaman praktis yang dapat membentuk ingatan yang kuat dan keterampilan dalam berbuat
c. Hal-hal yang menjadi teka-teki siswa dapat terjawab melalui eksperimen
d. Menghindarkan kesalahan siswa dalam mengambil kesimpulan karena mereka mengamati secara langsung jalannya proses demonstrasi yang di adakan atau eksperimen.
b. Memberikan pengalaman praktis yang dapat membentuk ingatan yang kuat dan keterampilan dalam berbuat
c. Hal-hal yang menjadi teka-teki siswa dapat terjawab melalui eksperimen
d. Menghindarkan kesalahan siswa dalam mengambil kesimpulan karena mereka mengamati secara langsung jalannya proses demonstrasi yang di adakan atau eksperimen.
Kelemahan Metode Demonstrasi dan Eksperimen
adalah:
1. Persiapa dan pelaksanaannya memakan waktu lama
2. Metode ini tidak efektif apabila tidak di tunjang dengan peralatan yang lengkap sesuai dengan kebutuhan
3. Sukar di laksanakan bila siswa belum matang kemampuan untuk melaksanakannya
1. Persiapa dan pelaksanaannya memakan waktu lama
2. Metode ini tidak efektif apabila tidak di tunjang dengan peralatan yang lengkap sesuai dengan kebutuhan
3. Sukar di laksanakan bila siswa belum matang kemampuan untuk melaksanakannya
Saranya Untuk Metode Demonstrasi dan
Eksperimen
1. Lakukan Metode Demonstrasi dan Eksperimen dalam hal-hal yang bersifat praktis dan urgent dalam masarakat
2. Arahkan pendemonstrasian dan eksperimen agar murid-murid mendapatkan pengertian yang jelas, pembentukan sikap serta kecakapan praktis
3. Usahakan agar semua anak dapat mengikuti demonstrasi dan eksperimen
4. Berilah pengertian sejelas-jelasmya landasan teori dari apa yang hendak di demonstrasikan maupun di eksperimenkan
1. Lakukan Metode Demonstrasi dan Eksperimen dalam hal-hal yang bersifat praktis dan urgent dalam masarakat
2. Arahkan pendemonstrasian dan eksperimen agar murid-murid mendapatkan pengertian yang jelas, pembentukan sikap serta kecakapan praktis
3. Usahakan agar semua anak dapat mengikuti demonstrasi dan eksperimen
4. Berilah pengertian sejelas-jelasmya landasan teori dari apa yang hendak di demonstrasikan maupun di eksperimenkan
Kesimpulan
Metode demonstrasi adalah salah satu metode
mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau
untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu dengan jalan
mendemonstrasikan terlebih dulu kepada siswa
Metode ini dapat menghilangkan varbalisme sehingga siswa akan semakin memahami materi pelajaran. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu di perhatikan agar metode ini dapat berjalan dengan efektif dan efesien.
Metode ini dapat menghilangkan varbalisme sehingga siswa akan semakin memahami materi pelajaran. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu di perhatikan agar metode ini dapat berjalan dengan efektif dan efesien.
Metode Eksperimen adalah suatu metode di
mana murid melakukan pekerjaan akademis dalam mata pelajaran tertentu dengan
menyaksikan peragaan-peragaan tersebut.
Namun yang perlu di perhatikan oleh guru tentang Metode Demonstrasi dan Eksperimen ialah karna kedua metode ini memiliki kekurangan dan kelebihan.
Namun yang perlu di perhatikan oleh guru tentang Metode Demonstrasi dan Eksperimen ialah karna kedua metode ini memiliki kekurangan dan kelebihan.
·
·
Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/metode-demonstrasi-dan-eksperimen.html#ixzz2uZaOCi2m
Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/metode-demonstrasi-dan-eksperimen.html#ixzz2uZaOCi2m
·
Model
pembelajaran Explicit instruction
·
Model
pembelajaran Explicit instruction
·
Pengertian
Pembelajaran
langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang
pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan
pola selangkah demi selangkah.
Model
Direct Intruction merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu
siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang
dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan mengajar ini sering
disebut Model Pengajaran Langsung (Kardi dan Nur,2000a :2). Arends (2001:264)
juga mengatakan hal yang sama yaitu :”A teaching model that is aimed at
helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in a
step-by-step fashion. For our purposes here, the model is labeled the direct
instruction model”. Apabila guru menggunakan model pengajaran langsung ini,
guru mempunyai tanggung jawab untuk mengudentifikasi tujuan pembelajaran dan
tanggung jawab yang besar terhadap penstrukturan isi/materi atau
keterampilan, menjelaskan kepada siswa, pemodelan/mendemonstrasikan yang
dikombinasikan dengan latihan, memberikan kesempatan pada siswa untuk
berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta
memberikan umpan balik.
Model
pengajaran langsung ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa
yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang
terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang
bertahap, selangkah demi selangkah. Hal yang sama dikemukakan oleh Arends
(1997:66) bahwa: “The direct instruction model was specifically designed to
promote student learning of procedural knowledge and declarative knowledge
that is well structured and can be taught in a step-by-step fashion.”
Lebih
lanjut Arends (2001:265) menyatakan bahwa: ”Direct instruction is a
teacher-centered model that has five steps:establishing set, explanation
and/or demonstration, guided practice, feedback, and extended practiceA
direct instruction lesson requires careful orchestration by the teacher and a
learning environment that businesslike and task-oriented.” Hal yang sama
dikemukakan oleh Kardi dan Nur (2000a : 27), bahwa suatu pelajaran dengan
model pengajaran langsung berjalan melalui lima fase: (1) penjelasan tentang
tujuan dan mempersiapkan siswa, (2) pemahaman/presentasi materi ajar yang akan
diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu, (3) memberikan
latihan terbimbing, (4) mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, (5)
memberikan latiham mandiri.
B.
Prinsip
Pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan
materi yang sifatnya algoritma-prosedural, langkah demi langkah bertahap.
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah.
Langkah-langkah:
1.Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.
2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan.
3. Membimbing pelatihan.
4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.
5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan
Sintaknya adalah:
1. sajian informasi kompetensi,
2. mendemontrasikan pengetahuan dan ketrampilan procedural,
3. membimbing pelatihan-penerapan,
4. mengecek pemahaman dan balikan,
5. penyimpulan dan evaluasi,
6. refleksi.
C. Kesimpulan
Model pembelajaran explicit instruction merupakan model pembelajaran secara langsung agar sisiwa dapat memahami serta benar-benar mengetahui pengetahuan secara menyeluruh dan aktiv dalam suatu pembelajaran. Jadi model pembelajaran ini sangat cocok diterapakan dikelas dalam materi tertentu yang bersifat dalil pengetahuan agar proses berpikir siswa dapat mempunyai keterampilan procedural.
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah.
Langkah-langkah:
1.Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.
2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan.
3. Membimbing pelatihan.
4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.
5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan
Sintaknya adalah:
1. sajian informasi kompetensi,
2. mendemontrasikan pengetahuan dan ketrampilan procedural,
3. membimbing pelatihan-penerapan,
4. mengecek pemahaman dan balikan,
5. penyimpulan dan evaluasi,
6. refleksi.
C. Kesimpulan
Model pembelajaran explicit instruction merupakan model pembelajaran secara langsung agar sisiwa dapat memahami serta benar-benar mengetahui pengetahuan secara menyeluruh dan aktiv dalam suatu pembelajaran. Jadi model pembelajaran ini sangat cocok diterapakan dikelas dalam materi tertentu yang bersifat dalil pengetahuan agar proses berpikir siswa dapat mempunyai keterampilan procedural.
D. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan:
1. Siswa benar-benar dapat menguasai pengetahuannya.
2. Semua siswa aktif / terlibat dalam pembelajaran.
Kekurangan:
1. Memerlukan waktu lama sehingga siswa yang tampil tidak begitu lama.
2. Untuk mata pelajaran tertentu.
Kelebihan:
1. Siswa benar-benar dapat menguasai pengetahuannya.
2. Semua siswa aktif / terlibat dalam pembelajaran.
Kekurangan:
1. Memerlukan waktu lama sehingga siswa yang tampil tidak begitu lama.
2. Untuk mata pelajaran tertentu.
MODEL PEMBELAJARAN CIRC (Cooperative,
Integrated, Reading, and Composition)
A. Pengertian Model Pembelajaran CIRC
Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara koperatif –kelompok.
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition-CIRC (Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis) merupakan model pembelajaran khusus Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok pikiran atau,tema sebuah wacana/kliping.
Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara koperatif –kelompok.
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition-CIRC (Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis) merupakan model pembelajaran khusus Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok pikiran atau,tema sebuah wacana/kliping.
Model pembelajaran Cooperative Integrated
Reading and Composition (CIRC) ini dapat dikategorikan pembelajaran terpadu.
Menurut Fogarty (1991), berdasarkan sifat keterpaduannya, pembelajaran terpadu dapat dikelompokkan menjadi:
1) model dalam satu disiplin ilmu yang meliputi model connected (keterhubungan) dan model nested (terangkai);
2) model antar bidang studi yang meliputi model sequenced (urutan), model shared (perpaduan), model webbed (jaring laba-laba), model theaded (bergalur) dan model integreted (terpadu);
3) model dalam lintas siswa.
Menurut Fogarty (1991), berdasarkan sifat keterpaduannya, pembelajaran terpadu dapat dikelompokkan menjadi:
1) model dalam satu disiplin ilmu yang meliputi model connected (keterhubungan) dan model nested (terangkai);
2) model antar bidang studi yang meliputi model sequenced (urutan), model shared (perpaduan), model webbed (jaring laba-laba), model theaded (bergalur) dan model integreted (terpadu);
3) model dalam lintas siswa.
Dalam pembelajaran CIRC atau pembelajaran
terpadu setiap siswa bertanggung jawab terhadap tugas kelompok. Setiap
anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untuk memahami suatu konsep dan
menyelesaikan tugas (task), sehingga terbentuk pemahaman yang dan pengalaman
belajar yang lama. Model pembelajaran ini terus mengalami perkembangan mulai
dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga sekolah menengah. Proses pembelajaran
ini mendidik siswa berinteraksi sosial dengan lingkungan.
Prinsip belajar terpadu ini sejalan dengan
empat pilar pendidikan yang digariskan UNESCO dalam kegiatan pembelajaran.
Empat pilar itu adalah ”belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar
untuk berbuat (learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (learning
to be), dan belajar hidup dalam kebersamaan (Learning to live together),
(Depdiknas, 2002).
B. Langkah – Langkah Pembelajaran CIRC
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen.
2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.
4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.
5. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama.
6. Penutup.
Dari setiap fase tersebut di atas dapat kita perhatikan dengan jelas sebagai berikut:
a. Fase Pertama, Pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan tentang suatu konsep atau istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, atau media lainnya.
b. Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang pada siswa untuk mengungkap pengetahuan awalnya, mengembangkan pengetahuan baru, dan menjelaskan fenomena yang mereka alami dengan bimbingan guru minimal. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik kognitif pada diri mereka dan berusaha melakukan pengujian dan berdiskusi untuk menjelaskan hasil observasinya. Pada dasarnya, tujuan fase ini untuk membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan memulai dari hal yang kongkrit. Selama proses ini siswa belajar melalui tindakan-tindakan mereka sendiri dan reaksi-reaksi dalam situasi baru yang masih berhubungan, juga terbukti menjadi sangat efektif untuk menggiring siswa merancang eksperimen, demonstrasi untuk diujikannya.
c. Fase Ketiga, Publikasi. Pada fase ini Siswa mampu mengkomunikasikan hasil temuan-temuan, membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas. Penemuan itu dapat bersifat sebagai sesuatu yang baru atau sekedar membuktikan hasil pengamatannya.. Siswa dapat memberikan pembuktian terkaan gagasan-gagasan barunya untuk diketahui oleh teman-teman sekelasnya. Siswa siap menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling memperkuat argumen.
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen.
2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.
4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.
5. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama.
6. Penutup.
Dari setiap fase tersebut di atas dapat kita perhatikan dengan jelas sebagai berikut:
a. Fase Pertama, Pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan tentang suatu konsep atau istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, atau media lainnya.
b. Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang pada siswa untuk mengungkap pengetahuan awalnya, mengembangkan pengetahuan baru, dan menjelaskan fenomena yang mereka alami dengan bimbingan guru minimal. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik kognitif pada diri mereka dan berusaha melakukan pengujian dan berdiskusi untuk menjelaskan hasil observasinya. Pada dasarnya, tujuan fase ini untuk membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan memulai dari hal yang kongkrit. Selama proses ini siswa belajar melalui tindakan-tindakan mereka sendiri dan reaksi-reaksi dalam situasi baru yang masih berhubungan, juga terbukti menjadi sangat efektif untuk menggiring siswa merancang eksperimen, demonstrasi untuk diujikannya.
c. Fase Ketiga, Publikasi. Pada fase ini Siswa mampu mengkomunikasikan hasil temuan-temuan, membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas. Penemuan itu dapat bersifat sebagai sesuatu yang baru atau sekedar membuktikan hasil pengamatannya.. Siswa dapat memberikan pembuktian terkaan gagasan-gagasan barunya untuk diketahui oleh teman-teman sekelasnya. Siswa siap menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling memperkuat argumen.
C. Kelebihan Model Pembelajaran CIRC
Kelebihan dari model pembelajaran terpadu atau (CIRC) antara lain:
1) Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak;
2) kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan kebutuhan anak;
3) seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar anak didik akan dapat bertahan lebih lama;
4) pembelajaran terpadu dapat menumbuh-kembangkan keterampilan berpikir anak;
5) pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis (bermanfaat) sesuai dengan permasalahan yang sering ditemuai dalam lingkungan anak;
6) pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa kearah belajar yang dinamis, optimal dan tepat guna;
7) menumbuhkembangkan interaksi sosial anak seperti kerjasama, toleransi, komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain;
8) membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru dalam mengajar (Saifulloh, 2003).
Kelebihan dari model pembelajaran terpadu atau (CIRC) antara lain:
1) Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak;
2) kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan kebutuhan anak;
3) seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar anak didik akan dapat bertahan lebih lama;
4) pembelajaran terpadu dapat menumbuh-kembangkan keterampilan berpikir anak;
5) pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis (bermanfaat) sesuai dengan permasalahan yang sering ditemuai dalam lingkungan anak;
6) pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa kearah belajar yang dinamis, optimal dan tepat guna;
7) menumbuhkembangkan interaksi sosial anak seperti kerjasama, toleransi, komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain;
8) membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru dalam mengajar (Saifulloh, 2003).
D. Kekurangan Model Pembelajaran CIRC
Kerurangan dari model pembelajaran CIRC tersebut antara lain:
Dalam model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang menggunakan bahasa, sehingga model ini tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran seperti: matematika dan mata pelajaran lain yang menggunakan prinsip menghitung.
Kerurangan dari model pembelajaran CIRC tersebut antara lain:
Dalam model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang menggunakan bahasa, sehingga model ini tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran seperti: matematika dan mata pelajaran lain yang menggunakan prinsip menghitung.
E. Kesimpulan
Model pembelajaran ini sangat bagus dipakai karena dengan menggunakan model ini siswa dapat memahami secara langsung peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan dengan materi yang dijelaskan.
Model pembelajaran ini sangat bagus dipakai karena dengan menggunakan model ini siswa dapat memahami secara langsung peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan dengan materi yang dijelaskan.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-circ-cooperative.html#ixzz2uZamkHzS
MODEL PEMBELAJARAN INSIDE – OUTSIDE – CIRCLE
(LINGKARAN BESAR – LINGKARAN KECIL)
Teknik mengajar lingkaran besar dan lingkaran kecil (inside – outside – circle) dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk memberikan kesempatan pada siswa agar saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan.
Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan yang membutuhkan pertukaran pikiran dan informasi antar siswa. Salah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang jelas yang memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat danteratur. Selain itu siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Teknik mengajar lingkaran besar dan lingkaran kecil (inside – outside – circle) dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk memberikan kesempatan pada siswa agar saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan.
Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan yang membutuhkan pertukaran pikiran dan informasi antar siswa. Salah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang jelas yang memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat danteratur. Selain itu siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Langkah-langkah :
1. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap ke luar.
2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran diluar lingkaran pertama menghadap ke dalam.
3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil danhttp://www.scribd.com/doc/50827028/73/INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE-LINGKARAN-KECIL-LINGKARAN-BESAR besar berbagi informasi. Pertukaran informasi bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
4. Kemudian siswa yang di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang di lingkaran besar bergeser, satu atau dua langkah searah jarum jam.
5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi demikian seterusnya.
1. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap ke luar.
2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran diluar lingkaran pertama menghadap ke dalam.
3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil danhttp://www.scribd.com/doc/50827028/73/INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE-LINGKARAN-KECIL-LINGKARAN-BESAR besar berbagi informasi. Pertukaran informasi bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
4. Kemudian siswa yang di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang di lingkaran besar bergeser, satu atau dua langkah searah jarum jam.
5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi demikian seterusnya.
Siswa saling membagi informasi pada saat
yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Kelebihan :
Mendapatkan informasi yang berbeda pada saat yang bersamaan.
Kekurangan :
Membutuhkan ruang kelas yang besar.Ø
Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau, juga rumit untuk dilakukan.Ø
Mendapatkan informasi yang berbeda pada saat yang bersamaan.
Kekurangan :
Membutuhkan ruang kelas yang besar.Ø
Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau, juga rumit untuk dilakukan.Ø
Materi yang cocok dengan model
pembelajaran.
1. IPA kelas 5 Bab V
Penyesuaian Makhluk Hidup
a. Penyesuaian diri pada hewan
1. Penyesuaian diri untuk memperoleh makanan.
2. Penyesuaian diri untuk melindungi diri dari musuhnya.
b. Penyesuaian diri pada tumbuhan
1. Penyesuaian diri tumbuhan dengan lingkungan tertentu.
2. Penyesuaian diri untuk melindungi diri dari musuhnya.
1. IPA kelas 5 Bab V
Penyesuaian Makhluk Hidup
a. Penyesuaian diri pada hewan
1. Penyesuaian diri untuk memperoleh makanan.
2. Penyesuaian diri untuk melindungi diri dari musuhnya.
b. Penyesuaian diri pada tumbuhan
1. Penyesuaian diri tumbuhan dengan lingkungan tertentu.
2. Penyesuaian diri untuk melindungi diri dari musuhnya.
Alasan :
Pada pembelajaran dengan menggunakan model outside – inside – circle (lingkaran besar – lingkaran kecil) ini. Terlebih dahulu guru menyampaikan informasi dengan menjelaskan isi materi (penyesuaian makhluk hidup). Menurut saya materi penyesuaian makhluk hidup sangat cocok untuk model outside – inside – circle (lingkaran besar – lingkaran kecil). Karena materi ini sering ditemui anak dalam kehidupan sehari-hari, melalui penjelasan dari guru tentang penyesuaian makhluk hidup maka anak memadukan apa yang dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari dengan informasi yang disampaikan oleh guru, sehingga pada saat anak membentuk lingkaran besar dan lingkaran kecil yang selanjutnya anak akan menyampaikan informasi, anak mudah mengingat informasi yang akan dia sampaikan kepada teman pasangannya, materi ini juga memiliki cakupan isi/materi yang cukup banyak sehingga memudahkan guru untuk membagi materi sesuai dengan siswa yang membentuk lingkaran, karna masing masing-masing anak membawa informasi yang berbeda untuk teman pasangannya.
Pada pembelajaran dengan menggunakan model outside – inside – circle (lingkaran besar – lingkaran kecil) ini. Terlebih dahulu guru menyampaikan informasi dengan menjelaskan isi materi (penyesuaian makhluk hidup). Menurut saya materi penyesuaian makhluk hidup sangat cocok untuk model outside – inside – circle (lingkaran besar – lingkaran kecil). Karena materi ini sering ditemui anak dalam kehidupan sehari-hari, melalui penjelasan dari guru tentang penyesuaian makhluk hidup maka anak memadukan apa yang dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari dengan informasi yang disampaikan oleh guru, sehingga pada saat anak membentuk lingkaran besar dan lingkaran kecil yang selanjutnya anak akan menyampaikan informasi, anak mudah mengingat informasi yang akan dia sampaikan kepada teman pasangannya, materi ini juga memiliki cakupan isi/materi yang cukup banyak sehingga memudahkan guru untuk membagi materi sesuai dengan siswa yang membentuk lingkaran, karna masing masing-masing anak membawa informasi yang berbeda untuk teman pasangannya.
2. IPA Kelas 5 Bab XIV
Sumber Daya Alam
a. Sumber Daya Alam di Lingkungan Sekitar
1. Sumber daya alam yang dapat diperbaharui
2. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui
b. Penggunaan Sumber Daya Alam
1. Mineral
2. Kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi
Sumber Daya Alam
a. Sumber Daya Alam di Lingkungan Sekitar
1. Sumber daya alam yang dapat diperbaharui
2. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui
b. Penggunaan Sumber Daya Alam
1. Mineral
2. Kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi
Alasan :
Pada pembelajaran menggunakan model outside – inside – circle (lingkaran besar – lingkaran kecil). saya materi ini cocok untuk model inside (outside – circle) (lingkaran besar – lingkaran kecil) karena materinya dapat dikembangkan oleh anak berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka. Misalnya : materi tentang kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi, jika guru menggunakan soal pertanyaan dalam pertukaran pikiran dan informasi untuk setiap anak, maka mempermudah pekerjaan guru dalam membuat pertanyaan, pertanyaan yang sama dapat diberikan kepada beberapa anak, karena kemungkinan jawaban yang akan mereka dapat dari teman pasangannya berbeda. Dengan model pembelajaran outside – inside – circle materi akan mudah dipahami oleh anak karena materi ini dapat disampaikan dengan singkat dan eratur, misalnya berkaitan dengan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, dan tidak dapat diperbaharui, sehingga dengan model pembelajaran outside – inside – circle ini cakupan materi yang cukup luas dapat dipahami dan dikembangkan oleh anak.
Pada pembelajaran menggunakan model outside – inside – circle (lingkaran besar – lingkaran kecil). saya materi ini cocok untuk model inside (outside – circle) (lingkaran besar – lingkaran kecil) karena materinya dapat dikembangkan oleh anak berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka. Misalnya : materi tentang kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi, jika guru menggunakan soal pertanyaan dalam pertukaran pikiran dan informasi untuk setiap anak, maka mempermudah pekerjaan guru dalam membuat pertanyaan, pertanyaan yang sama dapat diberikan kepada beberapa anak, karena kemungkinan jawaban yang akan mereka dapat dari teman pasangannya berbeda. Dengan model pembelajaran outside – inside – circle materi akan mudah dipahami oleh anak karena materi ini dapat disampaikan dengan singkat dan eratur, misalnya berkaitan dengan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, dan tidak dapat diperbaharui, sehingga dengan model pembelajaran outside – inside – circle ini cakupan materi yang cukup luas dapat dipahami dan dikembangkan oleh anak.
3. Pendidikan kewarganegaraan kls XI
Semester II
Pentingnya nilai dalam kehidupan
Pentingnya nilai dalam kehidupan bangsaØ
Pancasila sebagai sumber nilaiØ
a. Pancasila sebagai sumber nilai hokum
b. Pancasila sebagai sumber nilai etik
Menurut saya materi ini cocok dan bias digunakan dalam model pembelajaran IOC dikarnakan materi yang disampaikan tidak terlalu sulit dan melatih tingkat pemikiran siswa karna yang dibahas dalam materi ini menyangkut kehidupan sehari-hari dan bangsa.
Pentingnya nilai dalam kehidupan
Pentingnya nilai dalam kehidupan bangsaØ
Pancasila sebagai sumber nilaiØ
a. Pancasila sebagai sumber nilai hokum
b. Pancasila sebagai sumber nilai etik
Menurut saya materi ini cocok dan bias digunakan dalam model pembelajaran IOC dikarnakan materi yang disampaikan tidak terlalu sulit dan melatih tingkat pemikiran siswa karna yang dibahas dalam materi ini menyangkut kehidupan sehari-hari dan bangsa.
Contoh RPP model pembelajaran ini :
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )
Model pembelajaran IOC
Model pembelajaran IOC
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas / semester : XI / (dua)
Hari / tanggal :
Alokasi Waktu : 2 JP x 40 menit
Kelas / semester : XI / (dua)
Hari / tanggal :
Alokasi Waktu : 2 JP x 40 menit
St standar Kompetisi :
Menganalisis pentingnya nilai dalam kehidupan
Menganalisis pentingnya nilai dalam kehidupan
K kompetisi Dasar :
Mendiskripsikan pentingnya nilai dalam kehidupan bangsa
Mendeskripsiskan pancasila sebagai sumber nilai
Mendeskripsikan nilai pancasila sebagai sumber norma hokum
Mendeskripsikan nilai pancasila sebagai sumber norma etik
Mendiskripsikan pentingnya nilai dalam kehidupan bangsa
Mendeskripsiskan pancasila sebagai sumber nilai
Mendeskripsikan nilai pancasila sebagai sumber norma hokum
Mendeskripsikan nilai pancasila sebagai sumber norma etik
A. Indikator :
Menjelaskan pentingnya nilai pancasila dalam kehidupan
Menjelaskan pentingnya nilai pancasila dalam kehidupan
B. Tujuan pembelajaran :
1. memahami pentingnya nilai dalam kehidupan
2. Mengetahui pentingnya nilai pancasila sebagai norma hukum
3. Mengetahui pentingnya pancasila sebagai sumber nilai etik
1. memahami pentingnya nilai dalam kehidupan
2. Mengetahui pentingnya nilai pancasila sebagai norma hukum
3. Mengetahui pentingnya pancasila sebagai sumber nilai etik
C. Materi pembelajaran :
• LKS Pendidikan kewarganegaran untu SMA kelas XI semeeter II
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh, orang menanggap menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk. Woods mendefinisikan nilai sosial sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa
konsekuensi logis bahwa nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok, landasan
fundamental bagi penyelenggaraan negara Indonesia.
Nilai-nilai pancasila selanjutnya dijabarkan dalam berbagai peraturan
perundangam yang ada. Perundang-undangan, ketetapan, keputusan, kebijaksanaan
pemerintah, program-program pembangunan, dan peraturan-peraturan lain pada
hakikatnya merupakan nilai instrumental sebagai penjabaran dari nilai-nilai
dasar pancasila.
Upaya lain dalam mewujudkan pancasila sebagai sumber nilai adalah dengan
menjadikan nilai dasar Pancasila sebagai sumber pembentukan norma etik (norma
moral) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai
pancasila adalah nilai moral
D. Metode Pembelajaran
1. Kerja kelompok
2. Presentasi
3. Diskusi
4. Tanya jawab
E. Langkah-langkah Pembelajaran :
1. Pendahuluan
1) Salam, sapa dan berdo’a bersama
2) Apersepsi tentang materi
3) Membagi kelompok yng anggotanya 4 orang secara heterogen berdasarkan tingkat kemampuan membaca.
2. Kegiatan Inti
1) Menjelaskan pembagian tugas kelompok
2) Guru memberikan wacana / kliping sesuai topic pembelajaran
3) Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana / kliping dan ditulis pada lembar kerja.
4) Mempresentasikan / membaca hasil kelompok.
3. Kegiatan akhir
1) Guru menyimpulkan materi bersama murid
2) Penutup
• LKS Pendidikan kewarganegaran untu SMA kelas XI semeeter II
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh, orang menanggap menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk. Woods mendefinisikan nilai sosial sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa
konsekuensi logis bahwa nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok, landasan
fundamental bagi penyelenggaraan negara Indonesia.
Nilai-nilai pancasila selanjutnya dijabarkan dalam berbagai peraturan
perundangam yang ada. Perundang-undangan, ketetapan, keputusan, kebijaksanaan
pemerintah, program-program pembangunan, dan peraturan-peraturan lain pada
hakikatnya merupakan nilai instrumental sebagai penjabaran dari nilai-nilai
dasar pancasila.
Upaya lain dalam mewujudkan pancasila sebagai sumber nilai adalah dengan
menjadikan nilai dasar Pancasila sebagai sumber pembentukan norma etik (norma
moral) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai
pancasila adalah nilai moral
D. Metode Pembelajaran
1. Kerja kelompok
2. Presentasi
3. Diskusi
4. Tanya jawab
E. Langkah-langkah Pembelajaran :
1. Pendahuluan
1) Salam, sapa dan berdo’a bersama
2) Apersepsi tentang materi
3) Membagi kelompok yng anggotanya 4 orang secara heterogen berdasarkan tingkat kemampuan membaca.
2. Kegiatan Inti
1) Menjelaskan pembagian tugas kelompok
2) Guru memberikan wacana / kliping sesuai topic pembelajaran
3) Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana / kliping dan ditulis pada lembar kerja.
4) Mempresentasikan / membaca hasil kelompok.
3. Kegiatan akhir
1) Guru menyimpulkan materi bersama murid
2) Penutup
F. Sumber bahan :
– Buku paket buku paket pendidikan kewarganegaraan kelas XI semester II
– LKS Pendidikan kewarganegaran untu SMA kelas XI semeeter II
– Kliping tentang pentingnya nilai dalm kehidupan berbangsa dan bernegara
– Buku paket buku paket pendidikan kewarganegaraan kelas XI semester II
– LKS Pendidikan kewarganegaran untu SMA kelas XI semeeter II
– Kliping tentang pentingnya nilai dalm kehidupan berbangsa dan bernegara
G. Penilaian
– Test perbuatan dalam kegiatan
– Tes lisan
– Test perbuatan dalam kegiatan
– Tes lisan
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-inside-outside.html#ixzz2uZauLNPm
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING
(TEBAK KATA)
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING
(TEBAK KATA)
A. Pengertian
Metode ini berguna untuk kelas yang aktif dalam kelas. Pengertian aktif terdapat 2 (dua) macam, yaitu:
1. aktif dalam arti selalu atau suka berbicara meski tidak dalam pembelajaran,
2. aktif dalam arti siswa mau dan mampu berfikir dan bertanya jika menemukan kesulitan.
Metode ini berguna untuk kelas yang aktif dalam kelas. Pengertian aktif terdapat 2 (dua) macam, yaitu:
1. aktif dalam arti selalu atau suka berbicara meski tidak dalam pembelajaran,
2. aktif dalam arti siswa mau dan mampu berfikir dan bertanya jika menemukan kesulitan.
Dalam buku Cooperative Learning PAIKEM oleh
Agus Suprijono menjelaskan pembelajaran aktif yaitu; Pembelajaran adalah
proses belajar dengan menempatkan peserta didik sebagai center stage
performance, dengan proses pembelajaran yang menarik sehingga siswa dapat
merespon pemelajaran dengan suasana yang menyenangkan. Sedangkan aktif adalah
siswa atau peserta didik mampu dan dapat bertanya, mempertanyakan, dan
mengemukakan gagasan.
Maka dari itu, berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar atau tidak terbatas pada empat dinding kelas. Melainkan pembelajaran dapat terlaksana dengan pendekatan lingkungan menghapus kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang cinta terhadap lingkungan sekitar. Sedikit contoh metode Pembelajaran Aktif yaitu dengan Metode Tebak kata.
Model pembelajaran tebak kata adalah model pembelajaran yang menggunakan media kartu teka-teki yang berpasangan dengan kartu jawaban teka-teki. Permainan tebak kata dilaksanakan dengan cara siswa menjodohkan kartu soal teka-teki dengan kartu jawaban yang tepat. Melalui permainan tebak kata, selain anak menjadi tertarik untuk belajar juga memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran IPS dalam ingatan siswa. Jadi, guru mengajak siswa untuk bermain tebak kata dengan menggunakan media kartu dari kertas karton dalam mata pelajaran IPS.
Maka dari itu, berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar atau tidak terbatas pada empat dinding kelas. Melainkan pembelajaran dapat terlaksana dengan pendekatan lingkungan menghapus kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang cinta terhadap lingkungan sekitar. Sedikit contoh metode Pembelajaran Aktif yaitu dengan Metode Tebak kata.
Model pembelajaran tebak kata adalah model pembelajaran yang menggunakan media kartu teka-teki yang berpasangan dengan kartu jawaban teka-teki. Permainan tebak kata dilaksanakan dengan cara siswa menjodohkan kartu soal teka-teki dengan kartu jawaban yang tepat. Melalui permainan tebak kata, selain anak menjadi tertarik untuk belajar juga memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran IPS dalam ingatan siswa. Jadi, guru mengajak siswa untuk bermain tebak kata dengan menggunakan media kartu dari kertas karton dalam mata pelajaran IPS.
Dalam menerapkan metode permainan ada
beberapa hal yang harus disiapkan adalah sebagai berikut :
1. siapkan materi yang akan di sampaikan.
2. siapkan bahan ajar yang di butuhkan.
3. siapkan kata kunci yang akan di pertanyakan.
Media: :
Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak. Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan di telinga.
1. siapkan materi yang akan di sampaikan.
2. siapkan bahan ajar yang di butuhkan.
3. siapkan kata kunci yang akan di pertanyakan.
Media: :
Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak. Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan di telinga.
Langkah-langkah :
1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit.
2. Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas
3. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5×2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga.
4. Sementara siswa membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10×10 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
5. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya.
6. Dan seterusnya
1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit.
2. Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas
3. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5×2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga.
4. Sementara siswa membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10×10 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
5. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya.
6. Dan seterusnya
CONTOH KARTU:
BERDASARKAN SIKAP YANG DITUNJUKKAN.
• tidak memandang perbedaan sebagai usaha mencari alternatif
• yang dicari adalah kambing hitam bukan peraturannya yang mungkin salah.
BERDASARKAN SIKAP YANG DITUNJUKKAN.
• tidak memandang perbedaan sebagai usaha mencari alternatif
• yang dicari adalah kambing hitam bukan peraturannya yang mungkin salah.
TIPE BUDAYA POLITIK APAKAH AKU…?
JAWABAN:
TIPE BUDAYA POLITIK MILITAN
B. Prinsip atau Ciri-Ciri
• Pembelajaran berlangsung menyenangkan
• Siswa diarahkan untuk aktif
• Menggunakan media kartu
C. Kelebihan dan Kekurangan dalam Pemanfaatannya
• Kelebihannya :
a. anak akan mempunyai kekayaan bahasa.
b. Sangat menarik sehingga setiap siswa ingin mencobanya.
c. Siswa menjadi tertarik untuk belajar
d. memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran dalam ingatan siswa.
• Kekurangannya :
a. memerlukan waktu yang lama sehingga materi sulit tersampaikan.
b. Bila siswa tidak menjawab dengan benar maka tidak semua siswa dapat maju karena waktu terbatas.
D. Kesimpulan
Jadi, mopdel pembelajaran Tebak Kata merupakan salah satu model pembelajaran Cooperative Lerning, dengan proses pembelajaran yang menarik agar siswa menjadi berminat atau tertarik untuk belajar, mempermudah dalam menanamkan konsep-konsep dalam ingatan siswa. Selain itu siswa juga diarahkan untuk aktif, yaitu siswa atau peserta didik mampu dan dapat bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
• Pembelajaran berlangsung menyenangkan
• Siswa diarahkan untuk aktif
• Menggunakan media kartu
C. Kelebihan dan Kekurangan dalam Pemanfaatannya
• Kelebihannya :
a. anak akan mempunyai kekayaan bahasa.
b. Sangat menarik sehingga setiap siswa ingin mencobanya.
c. Siswa menjadi tertarik untuk belajar
d. memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran dalam ingatan siswa.
• Kekurangannya :
a. memerlukan waktu yang lama sehingga materi sulit tersampaikan.
b. Bila siswa tidak menjawab dengan benar maka tidak semua siswa dapat maju karena waktu terbatas.
D. Kesimpulan
Jadi, mopdel pembelajaran Tebak Kata merupakan salah satu model pembelajaran Cooperative Lerning, dengan proses pembelajaran yang menarik agar siswa menjadi berminat atau tertarik untuk belajar, mempermudah dalam menanamkan konsep-konsep dalam ingatan siswa. Selain itu siswa juga diarahkan untuk aktif, yaitu siswa atau peserta didik mampu dan dapat bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE
MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE
·
Pengertian
Model pembelajaran Word Square merupakan
pengembangan dari metode ceramah yang diperkaya. Hal ini dapat diidentifikasi
melalui pengelompokkan metode ceramah yang diperkaya yang berorientasi kepada
keaktifan siswa dalam pembelajaran sebagaimana disebutkan oleh Mujiman (2007)
Model Pembelajaran Word Square merupakan
model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan
kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Mirip seperti
mengisi Teka-Teki Silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun disamarkan
dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf/angka penyamar atau
pengecoh. Model pembelajaran ini sesuai untuk semua mata pelajaran.Tinggal
bagaimana Guru dapat memprogram sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat
merangsang siswa untuk berpikir efektif. Tujuan huruf/angka pengecoh bukan
untuk mempersulit siswa namun untuk melatih sikap teliti dan kritis.
Word Square merupakan salah satu dari
sekian banyak metode pembelajaran yang dapat dipergunakan guru dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Metode ini merupakan kegiatan belajar mengajar dengan
cara guru membagikan lembar kegiatan atau lembar kerja sebagai alat untuk
mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah
diajarkan.
Instrument utama metode ini adalah lembar kegiatan
atau kerja berupa pertanyaan atau kalimat yang perlu dicari jawabannya pada
susunan huruf acak pada kolom yang telah disediakan.
·
Langkah-Langkah
Model Pembelajaran Word Square
Langkah-langkah Model Pembelajaran Word
Square adalah sebagai berikut :
1. Guru
menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru
membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh.
3. Siswa
menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban secara
vertikal, horizontal maupun diagonal.
4. Berikan
poin setiap jawaban dalam kotak.
CONTOH
JAWABAN (Untuk Mapel PKn)
S
|
Y
|
E
|
N
|
I
|
E
|
K
|
K
|
K
|
A
|
G
|
U
|
A
|
N
|
D
|
M
|
E
|
N
|
N
|
B
|
A
|
R
|
T
|
I
|
R
|
T
|
D
|
G
|
A
|
N
|
R
|
N
|
R
|
S
|
U
|
S
|
U
|
D
|
G
|
T
|
U
|
T
|
G
|
R
|
Z
|
I
|
O
|
O
|
L
|
S
|
A
|
I
|
U
|
I
|
N
|
R
|
P
|
A
|
I
|
P
|
A
|
N
|
F
|
I
|
A
|
S
|
O
|
L
|
I
|
O
|
A
|
U
|
S
|
R
|
I
|
N
|
H
|
B
|
C
|
N
|
U
|
CONTOH SOALNYA :
1. Asas
dalam menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat orang tersebut
dilahirkan disebut asas…
2. Negara
Indonesia memakai asas kewarganegaraan berdasarkan keturunan yang disebut
asas ius…
3. Seseorang
yang mempunyai dua kewarganegaraan dari dua Negara yang berbeda
disebut…
4. Hak
dimiliki seseorang untuk memilih kewarganegaraannya disebut hak…
5. Penentuan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan kelahiran dan…
·
Kekurangan dan
Kelebihan Model Pmebelajaran Word Square
Beberapa kelebihan dari model pembelajaran
Word Square yaitu:
1. Kegiatan
tersebut mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
2. Melatih
untuk berdisiplin.
3. Dapat
melatih sikap teliti dan kritis.
4. Merangsang
siswa untuk berpikir efektif.
Model pembelajaran ini mampu sebagai
pendorong dan penguat siswa terhadap materi yang disampaikan. Melatih
ketelitian dan ketepatan dalam menjawab dan mencari jawaban dalam lembar
kerja. Dan tentu saja yang ditekankan disini adalah dalam berpikir efektif,
jawaban mana yang paling tepat.
Sedangkan beberapa kekurangan dari model
pembelajaran word square yaitu:
1. Mematikan
kreatifitas siswa.
2. Siswa
tinggal menerima bahan mentah.
3. Siswa
tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan kemampuan atau potensi yang
dimilikinya.
Dalam model pembelajaran ini siswa tidak
dapat mengembangkan kreativitas masing-masing, dan lebih banyak berpusat pada
guru. Karena siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru, dan jawaban
dari lembar kerja pun tidak bersifat analisis, sehingga siswa tidak dapat
menggali lebih dalam materi yang ada dengan model pembelajaran word square
ini.
Dari penjelasan tentang model pembelajaran
word square maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran word square
adalah suatu pengembangan dari metode ceramah namun untuk mengetahui
pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan maka diberikan lembar
kerja yang didalamnya berisi soal dan jawaban yang terdapat dalam kotak kata.
Membutuhkan suatu kejelian dan ketelitian dalam mencari pilihan jawaban yang
ada dengan tepat. Namun sebagaimanan model pembelajaran yang lainnya, model
pembelajaran word square mempunyai kekurangan dan kelebihan. Kekurangan dari
model pembelajaran ini yaitu siswa hanya menerima bahan mentah dari guru dan
tidak dapat mengembangkan kreativitasnya, karena siswa hanya dituntut untuk
mencari jawaban bukan untuk mengembangkan pikiran siswa masing-masing.
Sedangkan kelebihannya yaitu meningkatkan ketelitian, kritis dan berfikir efektif
siswa. Karena siswa dituntut untuk mencari jawaban yang paling tepat dan
harus jeli dalam mencari jawaban yangada dalam lembar kerja.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-word-square.html#ixzz2uZb6Ll3H
Model pembelajaran Scramble
Model Pembelajaran Scramble tampak seperti
Model Pembelajaran Word Square, bedanya jawaban soal tidak dituliskan di
dalam kotak-kotak jawaban, tetapi sudah dituliskan namun dengan susunan yang
acak, nah siswa nanti bertugas mengkoreksi ( membolak-balik huruf ) jawaban
tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat/ benar.
Model pembelajaran scramble tampak seperti model pembelajaran word square, bedanya jawaban soal tidak dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, tetapi sudah dituliskan, namun dengan susunan yang acak, jadi siswa bertugas mengoreksi (membolak-balik huruf) jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat / benar.
Model pembelajaran scramble tampak seperti model pembelajaran word square, bedanya jawaban soal tidak dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, tetapi sudah dituliskan, namun dengan susunan yang acak, jadi siswa bertugas mengoreksi (membolak-balik huruf) jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat / benar.
Kelebihan Model pembelajaran Scramble :
1. Memudahkan mencari jawaban
2. Mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal tersebut
3. Semua siswa terlibat
4. Kegiatan tersw dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
5. Melatih untuk disiplin
1. Memudahkan mencari jawaban
2. Mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal tersebut
3. Semua siswa terlibat
4. Kegiatan tersw dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
5. Melatih untuk disiplin
Kekurangan model pembelajaran scramble
1. Siswa kurang berfikir kritis
2. Bisa saja mencontek jawaban teman lainnya
3. Mematikan kreatifitas siswa
4. Siswa tinggal menerima bahan mentah
1. Siswa kurang berfikir kritis
2. Bisa saja mencontek jawaban teman lainnya
3. Mematikan kreatifitas siswa
4. Siswa tinggal menerima bahan mentah
Langkah-langkah Model pembelajaran scramble
:
1. Guru menyajikan materi sesuai topic, misalnya guru menyajikan materi pelajaran tentang “Tata Surya”
2. Setelah selesai menjelaskan tentang Tata Surya, guru membagikan lembar kerja dengan jawaban yang diacak susunannya.
3. Media yang digunakan dalam model pembelajaran scramble :
4. Buat pertanyaan yang sesuai dengan TPK
5. Buat jawaban yang diacak hurufnya
1. Guru menyajikan materi sesuai topic, misalnya guru menyajikan materi pelajaran tentang “Tata Surya”
2. Setelah selesai menjelaskan tentang Tata Surya, guru membagikan lembar kerja dengan jawaban yang diacak susunannya.
3. Media yang digunakan dalam model pembelajaran scramble :
4. Buat pertanyaan yang sesuai dengan TPK
5. Buat jawaban yang diacak hurufnya
Media :
Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
Buat jawaban yang diacak hurufnya
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
Guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
Membagikan lembar kerja sesuai contoh.
Susunlah huruf-huruf pada kolom B sehingga merupakan kata kunci (jawaban) dari pertanyaan pada kolom A!
Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
Buat jawaban yang diacak hurufnya
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
Guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
Membagikan lembar kerja sesuai contoh.
Susunlah huruf-huruf pada kolom B sehingga merupakan kata kunci (jawaban) dari pertanyaan pada kolom A!
Kolom A
1. Sebelum mengenal uang orang melakukan
pertukaran dengan cara …
2. … digunakan sebagai alat pembayaran yang sah
3. Uang … saat ini banyak dipalsukan
4. Nilai bahan pembuatan uang disebut nilai …
5. Kemampuan uang untuk ditukar dengan sejumlah barang atau jasa disebut nilai …
6. Nilai perbandingan uang dalam negeri dengan mata uang asing disebut …
7. Nilai yang tertulis pada uang disebut nilai …
8. dorongan seseorang menyimpan uang untuk keperluan jual beli disebut …
9. perintah tertulis dari seseorang yang mempunyai rekening di bank untuk membayar sejumlah uang disebut …
2. … digunakan sebagai alat pembayaran yang sah
3. Uang … saat ini banyak dipalsukan
4. Nilai bahan pembuatan uang disebut nilai …
5. Kemampuan uang untuk ditukar dengan sejumlah barang atau jasa disebut nilai …
6. Nilai perbandingan uang dalam negeri dengan mata uang asing disebut …
7. Nilai yang tertulis pada uang disebut nilai …
8. dorongan seseorang menyimpan uang untuk keperluan jual beli disebut …
9. perintah tertulis dari seseorang yang mempunyai rekening di bank untuk membayar sejumlah uang disebut …
Kolom B
1. TARREB ……………………………. ( Contoh : jawaban
yang benar……BARTER )
2. GANU …………………………………
3. TRASEK ………………………………
4. KISTRINI ………………………………
5. LIRI ………………………………………
6. SRUK …………………………………
7. MINALON ………………………….
8. SAKSITRAN …………………………
9. KEC ……………………………………
2. GANU …………………………………
3. TRASEK ………………………………
4. KISTRINI ………………………………
5. LIRI ………………………………………
6. SRUK …………………………………
7. MINALON ………………………….
8. SAKSITRAN …………………………
9. KEC ……………………………………
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-scramble.html#ixzz2uZbB3HCM
MODEL PEMBELAJARAN
TAKE AND GIVE
1. Pengertian
Model Pembelajaran Take and Give
Model Pembelajaran menerima dan memberi
(Take and Give) merupakan model pembelajaran yang memiliki sintaks, menuntut
siswa mampu memahami materi pelajaran yang diberikan guru dan teman
sebayanya (siswa lain).
Kelebihan :
·
Siswa akan lebih
cepat memahami penguasaan materi dan informasi karena mendapatkan informasi
dari guru dan siswa yang lain.
·
Dapat menghemat
waktu dalam pemahaman dan penguasaan siswa akan informasi.
Kelemahan:
·
Bila informasi
yang disampaikan siswa kurang tepat (salah) maka informasi yang diterima
siswa lain pun akan kurang tepat.
1. Media
Model Pembelajaran Take and Give
a) Siapkan
Kartu dengan ukuran 10 x 15 cm untuk sejumlah siswa.
b) Setiap
kartu berisi nama siswa, bahan belajar (sub materi) dan nama yang diberi
informasi, kompetensi dan sajian materi.
1. Contoh
Kartu :
NAMA SISWA :
SUB MATERI :
NAMA YANG DIBERI :
3. dst.
1. Langkah-langkah
Umum
2. Guru
menyiapkan kelas sebagaimana mestinya.
3. Guru
menjelaskan materi sesuai kompetensi yang sudah direncanakan selama 45 menit.
4. Untuk
memantapkan penguasaan siswa akan materi yang sudah dijelaskan, setiap siswa
diberikan satu kartu untuk dipelajari (dihapal) selama 5 menit.
5. Kemudian
guru meminta semua siswa berdiri dan mencari teman pasangan untuk saling
menginformasikan materi yang telah diterimanya. Tiap siswa harus mencatat
nama teman pasangannya pada kartu yang sudah diberikan.
6. Demikian
seterusnya sampai semua siswa dapat saling memberi dan menerima materi
masing-masing (take and give).
7. Guru
mengevaluasi keberhasilan model pembelajaran take and give dengan memberikan
siswa pertanyaan yang tidak sesuai dengan kartunya (kartu orang lain).
8. Guru
dan siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran.
9. Guru
menutup pelajaran.
1. Materi
Pembelajaran IPA yang Sesuai untuk Model Pembelajaran Take and Give
2. Materi
Pelajaran IPA kelas 5
·
Bab
I Alat Pernafasan
Sub Materi : Alat pernafasan pada manusia
·
Bab II
Pencernaan Makanan Pada Manusia
Sub Materi : Alat pencernaan pada manusia
·
Bab V
Penyesuaian Diri Makhluk Hidup terhadap Lingkungannya.
Sub Materi : Cara hewan menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
2. Materi
Pelajaran IPA kelas 6
·
Bab 1 Ciri
Khusus Makhluk Hidup
Sub Materi : ciri khusus hewan
terhadap lingkungannya.
·
Bab 4
Keseimbangan Ekosistem
Sub Materi : kegiatan manusia yang dapat
mempengaruhi keseimbangan ekosistem.
·
Bab 11 Energi
dalam kehidupan Sehari-hari
Sub Materi : guna energi listrik dalam
rumah tangga
1. Alasan
Pemilihan Materi yang Sesuai
Pemilihan materi yang sesuai untuk model
pembelajaran take and give adalah materi yang mengandung informasi yang
singkat, jelas dan padat. Hal ini dikarenakan model pembelajaran
ini lebih menekankan pada unsur ingatan dengan materi yang ringan dan mudah
serta membutuhkan pemahaman yang cepat. Pembelajaran model ini pun tidak
memerlukan pemahaman materi dengan teknik pelajaran praktek maupun diskusi.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-take-and-give.html#ixzz2uZbEwKLz
Model Pembelajaran Consept Sentence
Metodologi mengajar adalah ilmu yang
mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah
lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling
berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan
dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai
dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui,
mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.
Pengertian
Consepct sentence merupakan salah satu teknik dari cooperative Learning,dimana siswa belajar dengan kelompoknya untuk membuat beberapa kalimat sesuai dengan kata kunci yang telah diberikan oleh guru kepada siswa.Pembentukan kelompok didasarkan pada kartu kata yang dimiliki oleh setiap siswa.Setiap siswa membentuk satu kalimat yang telah dipelajari sebelumnya.Consecptsentence ini dibuat seperti games sehingga siswa bersemangat untuk memenangkan games ini.Setiap kelompok akan membahas pola kalimat yang telah diberikan oleh guru ,setelah diberikan batas waktu tertentu ,maka setiap kelompok harus mengirim wakil dari masing-masing kelompok sebanyak dua orang kedepan .Wakil dari kelompok diharuskan membuat beberapa dari kata kunci yang ada berdasarkan kata kunci yang telah diberikan
Proses kelompok terjadi ketika anggota kelompok mendiskusikan seberapa baik mereka mencapai tujuan dan memelihara kerjasama yang efektif. Para siswa perlu mengetahui tingkat-tingkat keberhasilan pencapaian tujuan dan efektivitas kerjasama yang telah dilakukan.
Untuk memperoleh informasi itu, para siswa perlu mengadakan perbaikan-perbaikan secara sistematis tentang bagaimana mereka telah bekerja sama sebagai satu tim, dalam hal :
Pengertian
Consepct sentence merupakan salah satu teknik dari cooperative Learning,dimana siswa belajar dengan kelompoknya untuk membuat beberapa kalimat sesuai dengan kata kunci yang telah diberikan oleh guru kepada siswa.Pembentukan kelompok didasarkan pada kartu kata yang dimiliki oleh setiap siswa.Setiap siswa membentuk satu kalimat yang telah dipelajari sebelumnya.Consecptsentence ini dibuat seperti games sehingga siswa bersemangat untuk memenangkan games ini.Setiap kelompok akan membahas pola kalimat yang telah diberikan oleh guru ,setelah diberikan batas waktu tertentu ,maka setiap kelompok harus mengirim wakil dari masing-masing kelompok sebanyak dua orang kedepan .Wakil dari kelompok diharuskan membuat beberapa dari kata kunci yang ada berdasarkan kata kunci yang telah diberikan
Proses kelompok terjadi ketika anggota kelompok mendiskusikan seberapa baik mereka mencapai tujuan dan memelihara kerjasama yang efektif. Para siswa perlu mengetahui tingkat-tingkat keberhasilan pencapaian tujuan dan efektivitas kerjasama yang telah dilakukan.
Untuk memperoleh informasi itu, para siswa perlu mengadakan perbaikan-perbaikan secara sistematis tentang bagaimana mereka telah bekerja sama sebagai satu tim, dalam hal :
• Seberapa baik tingkat pencapaian tujuan
kelompok
• Bagaimana mereka saling membantu satu sama lain
• Bagaimana mereka bersikap dan bertingkah laku positif untuk memungkinkan setiap individu dan kelompok secara keseluruhan menjadi berhasil, dan
• Apa yang mereka butuhkan untik melakukan tugas-tugas yang akan datang supaya lebih berhasil.
• Bagaimana mereka saling membantu satu sama lain
• Bagaimana mereka bersikap dan bertingkah laku positif untuk memungkinkan setiap individu dan kelompok secara keseluruhan menjadi berhasil, dan
• Apa yang mereka butuhkan untik melakukan tugas-tugas yang akan datang supaya lebih berhasil.
Ciri-ciri
Siswa dibentuk kelompok heterogen dan membuat kalimat dengan minimal 4 kata kunci sesuai materi yang disajikan.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan tujuan.
2. Guru menyajikan materi secukupnya.
3. Guru membentuk kelompok yang anggotanya kurang lebih 4 orang secara heterogen.
4. Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi/ topik yang disajikan.
5. Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci setiap kalimat.
6. Hasil diskusi kelompok didiskusikan lagi secara pleno yang dipandu guru.
7. Kesimpulan.
Kelebihan:
1. Lebih memahami kata kunci dari materi pokok pelajaran.
2. Siswa yang lebih pandai mengajari siswa yang kurang pandai.
Kekurangan:
1. Hanya untuk mata pelajaran tertentu.
2. Untuk yang pasif mengambil jawaban dari temannya.
Siswa dibentuk kelompok heterogen dan membuat kalimat dengan minimal 4 kata kunci sesuai materi yang disajikan.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan tujuan.
2. Guru menyajikan materi secukupnya.
3. Guru membentuk kelompok yang anggotanya kurang lebih 4 orang secara heterogen.
4. Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi/ topik yang disajikan.
5. Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci setiap kalimat.
6. Hasil diskusi kelompok didiskusikan lagi secara pleno yang dipandu guru.
7. Kesimpulan.
Kelebihan:
1. Lebih memahami kata kunci dari materi pokok pelajaran.
2. Siswa yang lebih pandai mengajari siswa yang kurang pandai.
Kekurangan:
1. Hanya untuk mata pelajaran tertentu.
2. Untuk yang pasif mengambil jawaban dari temannya.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-consept-sentence.html#ixzz2uZbLHxbH
Model Pembelajaran Complete Sentence
1. Pengertian
Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran mudah dan sederhana di mana siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan menggunakan kunci jawaban yang tersedia.
Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran mudah dan sederhana di mana siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan menggunakan kunci jawaban yang tersedia.
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai
berikut :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru Menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membacakan buku atau modul dengan waktu secukupnya.
3. Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen.
4. Guru membagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap.
5. Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia.
6. Siswa berdiskusi secara berkelompok.
7. Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah diperbaiki. Tiap peserta membaca sampai mengerti atau hafal.
8. Kesimpulan.A
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru Menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membacakan buku atau modul dengan waktu secukupnya.
3. Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen.
4. Guru membagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap.
5. Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia.
6. Siswa berdiskusi secara berkelompok.
7. Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah diperbaiki. Tiap peserta membaca sampai mengerti atau hafal.
8. Kesimpulan.A
2. Prinsip/ ciri-ciri Complete sentence
a. Soal yang disampaikan berupa kalimat yang belum lengkap, sehingga makna/ arti kalimat tersebut belum dapat dimengerti
b. Kalimat yang banyak dan saling berkaitan dalam sebuah paragrap, dan belum sempurna serta belum dimengerti maknanya
c. Kalimat dapat dilengkapi dengan pilihan kata yang disediakan
d. Harus diisi dengan kata-kata tertentu, misal istilah keilmuan/ kata asing.
e. Jawaban dari kalimat yang belum lengkap itu sudah disediakan
a. Soal yang disampaikan berupa kalimat yang belum lengkap, sehingga makna/ arti kalimat tersebut belum dapat dimengerti
b. Kalimat yang banyak dan saling berkaitan dalam sebuah paragrap, dan belum sempurna serta belum dimengerti maknanya
c. Kalimat dapat dilengkapi dengan pilihan kata yang disediakan
d. Harus diisi dengan kata-kata tertentu, misal istilah keilmuan/ kata asing.
e. Jawaban dari kalimat yang belum lengkap itu sudah disediakan
3. Kelebihan/kekurangan model pembelajaran
complete sentence
a. Kelebihan
1. Mudah dibuat guru, hanya dengan menghilangan satu kata dalam kalimat
2. Siswa tidak perlu menjelaskan jawabannya, hanya perlu memadukan rumpang/tidak jawabannya.
3. Siswa diajarkan untuk mengerti dan hafal mengenai materi
a. Kelebihan
1. Mudah dibuat guru, hanya dengan menghilangan satu kata dalam kalimat
2. Siswa tidak perlu menjelaskan jawabannya, hanya perlu memadukan rumpang/tidak jawabannya.
3. Siswa diajarkan untuk mengerti dan hafal mengenai materi
b. Kekurangan
1. Guru kurang kreatif dan inovasi dalam membuat soal
2. Siswa kurang terpacu mencari jawaban karena hanya cukup menebak kata, karena biasanya hanya kata hubung.
3. Kurang cocok untuk dipergunakan dalam setiap bidang studi.
1. Guru kurang kreatif dan inovasi dalam membuat soal
2. Siswa kurang terpacu mencari jawaban karena hanya cukup menebak kata, karena biasanya hanya kata hubung.
3. Kurang cocok untuk dipergunakan dalam setiap bidang studi.
4. Kesimpulan
Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran yang sederhana di mana siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan menggunakan kunci jawaban yang tersedia. Model pembelajaran ini sebenarna mempermudah guru namun terkadang gurunya kurang inovatif dan kreatif dalam membuat soalnya. Dan siswanya kurang terpacu untuk mencari jawabannya karena hanya tinggal menebak kaata-kata yang rumpang yang jawabannya telah disediakan.
Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran yang sederhana di mana siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan menggunakan kunci jawaban yang tersedia. Model pembelajaran ini sebenarna mempermudah guru namun terkadang gurunya kurang inovatif dan kreatif dalam membuat soalnya. Dan siswanya kurang terpacu untuk mencari jawabannya karena hanya tinggal menebak kaata-kata yang rumpang yang jawabannya telah disediakan.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-complete-sentence.html#ixzz2uZbQhplK
PEMBELAJARAN TIME TOKEN
PEMBELAJARAN TIME TOKEN
1. MODEL
PEMBELAJARAN TIME TOKEN
Model pembelajaran Time Token Arends
merupakan salah satu contoh kecil dari penerapan pembelajaran yang demokratis
di sekolah. Proses pembelajaran yang demokratis adalah proses belajar yang
menempatkan siswa sebagai subyek. Mereka harus mengalami sebuah perubahan ke
arah yang lebih positif. Dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari tidak paham
menjadi paham, dan dari tidak tahu menjadi tahu. Di sepanjang proses belajar
itu, aktivitas siswa menjadi titik perhatian utama. Dengan kata lain mereka
selalu dilibatkan secara aktif. Guru dapat berperan untuk mengajak siswa
mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui.
Model ini digunakan (Arends, 1998) untuk melatih dan mengembangkan ketrampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon pada tiap siswa. Sebelum berbicara, siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu pada guru. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.
Model ini digunakan (Arends, 1998) untuk melatih dan mengembangkan ketrampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon pada tiap siswa. Sebelum berbicara, siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu pada guru. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.
B. LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN
ARENDS
Adapun langkah-langkah dari model pembelajaran Time Token Arends ini adalah sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/ KD.
2. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi klasikal.
3. Guru memberi tugas pada siswa.
4. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon pada tiap siswa.
5. Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara atau memberi komentar. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis. Demikian seterusnya hingga semua anak berbicara.
6. Guru memberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan tiap siswa
(Pada RPP ini, tiap siswa maju ke depan untuk membacakan puisi secara bergiliran dan siswa yang lain mengomentari puisi yang dibaca siswa dengan menggunakan kupon berbicara)
Adapun langkah-langkah dari model pembelajaran Time Token Arends ini adalah sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/ KD.
2. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi klasikal.
3. Guru memberi tugas pada siswa.
4. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon pada tiap siswa.
5. Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara atau memberi komentar. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis. Demikian seterusnya hingga semua anak berbicara.
6. Guru memberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan tiap siswa
(Pada RPP ini, tiap siswa maju ke depan untuk membacakan puisi secara bergiliran dan siswa yang lain mengomentari puisi yang dibaca siswa dengan menggunakan kupon berbicara)
C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL
PEMBELAJARAN TIME TOKEN ARENDS
Kelebihan Model Time Token Arends
– Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasinya.
– Siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali
– Siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran
– Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek berbicara)
– Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapatnya.
– Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan, berbagi, memberikan masukan dan keterbukaan terhadap kritik
– Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
– Guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui.
– Tidak memerlukan banyak media pembelajaran.
Kekurangan Model Time Token Arends
– Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja.
– Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak.
– Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dan dalam proses pembelajaran, karena semua siswa harus berbicara satu persatu sesuai jumlah kupon yang dimilikinya.
– Siswa yang aktif tidak bisa mendominasi dalam kegiatan pembelajaran
Kelebihan Model Time Token Arends
– Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasinya.
– Siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali
– Siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran
– Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek berbicara)
– Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapatnya.
– Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan, berbagi, memberikan masukan dan keterbukaan terhadap kritik
– Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
– Guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui.
– Tidak memerlukan banyak media pembelajaran.
Kekurangan Model Time Token Arends
– Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja.
– Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak.
– Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dan dalam proses pembelajaran, karena semua siswa harus berbicara satu persatu sesuai jumlah kupon yang dimilikinya.
– Siswa yang aktif tidak bisa mendominasi dalam kegiatan pembelajaran
Model Pembelajaran Time Token sangat tepat
untuk pembelajaran struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan
keterampilan sosial, untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau
siswa diam sama sekali.
Model pembelajaran time token adalah model pembelajaran yang digunakan dengan tujuan agar siswa aktif berbicara. Dalam pembelajaran diskusi, time token digunakan agar siswa aktif bertanya dalam berdiskusi. Dengan membatasi waktu berbicara misalnya 30 detik, diharapkan siswa secara adil mendapatkan kesempatan untuk berbicara.
Model pembelajaran time token adalah model pembelajaran yang digunakan dengan tujuan agar siswa aktif berbicara. Dalam pembelajaran diskusi, time token digunakan agar siswa aktif bertanya dalam berdiskusi. Dengan membatasi waktu berbicara misalnya 30 detik, diharapkan siswa secara adil mendapatkan kesempatan untuk berbicara.
D. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Time
Token
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning / CL).
3. Tiap siswa diberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.
4. Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya.
5. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.
6. Demikian seterusnya.
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning / CL).
3. Tiap siswa diberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.
4. Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya.
5. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.
6. Demikian seterusnya.
MODEL PEMBELAJARAN ROUND CLUB ATAU KELILING
KELOMPOK
MODEL PEMBELAJARAN ROUND CLUB ATAU KELILING
KELOMPOK
Model Pembelajaran Round Club Atau Keliling
Kelompok adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk
bekerjasama saling membantu mengkontruksi konsep. Menyelesaikan persoalan
atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif
(kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang, siswa
heterogen (kemampuan gender, karakter) ada control dan fasilitasi, serta
meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Model pembelajaran ini dimaksudkan agar
masing-masing anggota kelompok mendapat serta pemikiran anggota lain.
v Kelebihan Round Club Atau
Keliling Kelompok
1) Adanya
tanggung jawab setiap kelompok
2) Adanya
pemberian sumbnagan ide pada kelompoknya
3) Lebih
dari sekedar belajar kelompok
4) Bisa
saling mendengarkan dan mengutarakan pendapat, pandangan serta hasil
pemikiran
5) Hasil
pemikiran beberapa kepala lebih kaya dari pada satu kepala
6) Dapat
membina dan memperkaya emosional
v Kekurangan Round Club Atau
Keliling Kelompok
1) Banyak
waktu yang terbuang dalam pembelajaran keliling kelompok
2) Suasana
kelas menjadi rebut
3) Tidak
dapat diterapkan pada mata pelajaran yang memerlukan pengayaan
v Langkah-langkah pembelajaran
1) Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompotensi dasar
2) Guru
membagi siswa menjadi kelompok
3) Guru
memberikan tugas atau lembar kerja
4) Salah
satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan pandangan
dan pemikiran mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan
5) Siswa
berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya
6) Demikian
seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jamk atau
dari kiri ke kanan
v unsur-unsur yang perlu
diperhatikan
1) Setiap
kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka
2) Ketika
suatu kelompok mempresentasikan hasil dari deskripsinya, maka kelompok lain
lebih bertanya dari hasil deskripsi materinya
3) Setelah
selesai dari kelompok yang satu maka yang lainnya atau kelompok selanjutnya
yang mempresentasikan dan yang alinnya bisa mengajukan pandangan dan
pemikiran anggota lainnya
4) Kegiatan
tersebut terus-menerus sampai kelompok yang terakhir yang silaksanakan arah
perputaran jarum jam
Contoh RPP model pembelajaran ini :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP)
Mata Pelajaran
: Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA )
Tema
: Perubahan Sifat Benda
Kelas/Semester
: V/II
Alokasi Waktu
: 2 X 35 Menit
A. Standar Kompetensi
Mengenal
berbagai macam perubahan sifat-sifat benda
B. Kompotensi Dasar
Mengetahui
perubahan sifat ada yang dapat kembali dan ada yang tidak dapat kembali ke
wujud semula.
C. Indikator
1.
Menjelaskan perubahan sifat benda dan factor-faktor yang
mempengaruhinya
2.
Mengetahui sifat-sifat benda
3.
Menjelaskan macam –macam perubahan sifat benda
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengetahui perubahan sifat benda dan factor-faktor
yang
mempengaruhinya
2. Siswa
dapat mengetahui sifat-sifat benda
3. Siswa
dapat mengetahui macam-macam perubahan sifat benda.
E. Materi Pokok
Perubahan
sifat-sifat benda
F. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya
jawab
3. Demosntrasi
4. Tugas
kelompok
5. Evaluasi
G. Sumber dan Media Pembelajaran
a. Sumber
1.Buku IPA saling Temas, kelas 5, Penerbit
Intan Pariwara
2.Buku Sains IPA, kelas 5, Penerbit
Erlangga
b. Media Pembelajaran
Bahan-bahan
buat percobaan seperti :
1. Tanah
liat
6. Buah
2. Batu
bara
7. Paku
3. Kertas
8. Air
4. Korek
api
9. Gula
5. Lilin
H. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan awal ( ± 5 menit )
a. Guru
memberi salam, berdo’a, menanyakan kabar siswa dan mengabsen siswa.
b. Guru
dan siswa menyiapkan materi atau bahan pelajaran
c. Guru
memberitahukan indicator dan tujuan yang akan di capai setelah pembelajaran
d. Guru
melakukan apersepsi dengan cara tanya jawab
2. Kegiatan Inti (± 60 menit )
a. Guru
menjelaskan materi pelajaran
b. Guru
memberikan contoh bagaimana perubahan sifat benda tersebut
c. Guru
menjelaskan sifat-sifat benda seperti bentuk, warna, kelenturan, kekerasan
dan bau
d. Guru
menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi perubahan sifat benda
e. Guru
mendemostrasikan bagaimana penyebab perubahan sifat benda itu dapat
terjadi
f. Guru
menjelaskan dan mendemostrasikan macam-macam perubahan sifat benda
g. Guru
mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa secara lisan
h. Guru
membagi siswa menjadi beberapa kelompok
i. Siswa
disuruh untuk mengisi table-tabel yang ada di buku paket hal.71 dan
74 dan menyalinnya di buku tugas.
j. Siswa
disuruh memberikan pandangan dan pemikiran mengenai tugas yang sedang mereka
kerjakan
k. Siswa
dalam kelompok lain juga disuruh ikut memberikan kontribusinya dan
dilaksanakan searah dengan perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan.
3. Kegiatan
akhir (± 5 menit )
a. Guru
memberikan motivasi dan penguatan
b. Guru
dan siswa bersama-sama menyimpulkan tentang materi yang dipelajarinya.
c. Guru
melakukan evaluasi dengan memberikan soal-soal untuk PR
d. Guru
menutup pelajaran
I. Penilaian
Penilaian dilakukan dengan tes dan tulisan
1. Tes
lisan : – ketepatan jawaban
– keseriusan dan
konsentrasi dalam menyimak
Bentuk tes : Tanya jawab
2. Tes
tertulis : – tugas kelompok
– evaluasi
Bentuk istrumen : tes isian
J. Evaluasi
SOAL :
1. Proses perubahan dari cair ke padat
disebut ?
a. memhuap
b. membeku
c. menyublim
d. mencair
e. mengembun
Sumber :
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-round-club-atau.html#ixzz2uZcCRIFb
PAIR CECKS SPENCER KAGEN 1993
A. Pengertian
Pair check (pasangan mengecek) adalah model pembelajaran berkelompok atau berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen tahun 1993. Model ini menerapkan pembelajaran berkelompok yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Banyak kelebihan maupun kelemahan.
Satu lagi Model Pembelajaran siswa berpasangan, yaitu Pair Check. Model pembelajaran ini juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan memberi penilaian.
B. prinsip model pembelajaran Pair Cheks
prinsipnya adalah sebagai berikut :
1. Siswa berkelompok berpasangan sebangku,
2. salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan,
3. pengecekan kebenaran jawaban,
4. bertukar peran
4. penyimpulan,
5. evaluasi
6. refleksi.
Pair check (pasangan mengecek) adalah model pembelajaran berkelompok atau berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen tahun 1993. Model ini menerapkan pembelajaran berkelompok yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Banyak kelebihan maupun kelemahan.
Satu lagi Model Pembelajaran siswa berpasangan, yaitu Pair Check. Model pembelajaran ini juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan memberi penilaian.
B. prinsip model pembelajaran Pair Cheks
prinsipnya adalah sebagai berikut :
1. Siswa berkelompok berpasangan sebangku,
2. salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan,
3. pengecekan kebenaran jawaban,
4. bertukar peran
4. penyimpulan,
5. evaluasi
6. refleksi.
Berikut ini langkah dari model pair check
1. Guru menjelaskan konsep
2. Siswa dibagi beberapa tim. Setiap tim terdiri dari 4 orang. Dalam satu ti ada 2 pasangan. Setiap pasangan dalam satu tim ada yang menjadi pelatih dan ada yang patner.
3. Guru membagikan soal kepada si patner
4. Patner menjawab soal , dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap soal yang benar pelatih memberi kupon.
5. Bertukar peran. Si pelatih menjadi patner dan si patner menjadi pelatih
6. Guru membagikan soal kepada si patner
7. Patner menjawab soal , dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap soal yang benar pelatih memberi kupon.
8. Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu sama lain.
9. Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaaban dari berbagai soal dan tim mengecek jawabannya.
10. Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi hadiah
1. Guru menjelaskan konsep
2. Siswa dibagi beberapa tim. Setiap tim terdiri dari 4 orang. Dalam satu ti ada 2 pasangan. Setiap pasangan dalam satu tim ada yang menjadi pelatih dan ada yang patner.
3. Guru membagikan soal kepada si patner
4. Patner menjawab soal , dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap soal yang benar pelatih memberi kupon.
5. Bertukar peran. Si pelatih menjadi patner dan si patner menjadi pelatih
6. Guru membagikan soal kepada si patner
7. Patner menjawab soal , dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap soal yang benar pelatih memberi kupon.
8. Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu sama lain.
9. Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaaban dari berbagai soal dan tim mengecek jawabannya.
10. Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi hadiah
C. Langkah-langkah Pembelajarannya, sebagai
berikut :
1). Bekerja Berpasangan
Guru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap pasangan mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan membantu melatih siswa dalam menilai.
2). Pelatih Mengecek
Apabila patner benar pelatih memberi kupon.
3). Bertukar Peran
Seluruh patner bertukar peran dan mengulangi langkah 1 – 3.
4). Pasangan Mengecek
Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban.
5). Penegasan Guru
Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep.
Demikianlah, mudah-mudahan postingan ini dapat menambah khasanah pembelajaran kita sehingga pembelajaran yang dirancang Bapak/Ibu Guru dapat lebih bervariatif, lebih bermakna, menantang sekaligus menyenangkan.
1). Bekerja Berpasangan
Guru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap pasangan mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan membantu melatih siswa dalam menilai.
2). Pelatih Mengecek
Apabila patner benar pelatih memberi kupon.
3). Bertukar Peran
Seluruh patner bertukar peran dan mengulangi langkah 1 – 3.
4). Pasangan Mengecek
Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban.
5). Penegasan Guru
Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep.
Demikianlah, mudah-mudahan postingan ini dapat menambah khasanah pembelajaran kita sehingga pembelajaran yang dirancang Bapak/Ibu Guru dapat lebih bervariatif, lebih bermakna, menantang sekaligus menyenangkan.
D. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihannya
1. Dipandu belajar melalui bantuan rekan
2. Menciptakan saling kerjasama di antara siswa
3. Increases comprehension of concepts and/or processesMeningkatkan pemahaman konsep dan / atau proses
4. menmemenimelatih berkomunikasi
Kekurangannya
1. memerlukan banyak waktu
2. memerlukan pemahaman yang tinggi terhadap konsep untuk menjadi pelatih.
Kelebihannya
1. Dipandu belajar melalui bantuan rekan
2. Menciptakan saling kerjasama di antara siswa
3. Increases comprehension of concepts and/or processesMeningkatkan pemahaman konsep dan / atau proses
4. menmemenimelatih berkomunikasi
Kekurangannya
1. memerlukan banyak waktu
2. memerlukan pemahaman yang tinggi terhadap konsep untuk menjadi pelatih.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pair-cecks-spencer-kagen-1993.html#ixzz2uZcOcgGX
Model Pembelajaran Tari Bambu
Model Pembelajaran Tari Bambu mempunyai
tujuan agar siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan
pasangan yang berbeda dalam waktu singkat secara teratur, strategi ini cocok
untuk materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi
antar siswa.Meskipun namanya Tari Bambu tetapi tidak menggunakan bambu.
Siswa yang berjajarlah yang diibaratkan sebagai bambu.
Langkah-Langkah pembelajarannya sebagai
berikut :
1. Separuh
kelas atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri berjajar .
Jika ada cukup ruang mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain
adalah siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan
memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan waktu relatif singkat.
2. Separuh
kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama
3. Dua
siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi sinformasi.
4. Kemudian
satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung
lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini
masing-masing siswa mendapat pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran
bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan..
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-tari-bambu.html#ixzz2uZcS0HYt
PEMBELAJARAN OTENTIK (OUTENTIC LEARNING)
PEMBELAJARAN OTENTIK (OUTENTIC LEARNING)
1. Pengertian
Menurut definisi, “belajar otentik” berarti pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata dan proyek-proyek dan yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi dan membahas masalah-masalah ini dengan cara yang relevan untuk mereka.
Menurut definisi, “belajar otentik” berarti pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata dan proyek-proyek dan yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi dan membahas masalah-masalah ini dengan cara yang relevan untuk mereka.
Pendekatan ini sangat berbeda dari kelas
tradisional “kuliah”, di mana profesor memberikan fakta-fakta mahasiswa dan
konten lain yang siswa kemudian harus menghafalkan dan ulangi pada tes.
misalnya, siswa tidak hanya harus terhubung sejarah pasca-Perang Sipil untuk
peristiwa terkini dan kehidupan mereka sendiri, mereka juga harus membantu
mengajar kelas dan didorong untuk memberikan pandangan mereka sendiri pada
peristiwa sejarah. Akibatnya, mereka menjadi sejarawan.
Otentik belajar juga merupakan pendekatan
untuk pembelajaran yang kokoh didasarkan pada penelitian tentang belajar dan
kognisi. Satu secara luas teori belajar diadakan, konstruktivisme,
mendalilkan bahwa siswa belajar terbaik dengan terlibat dalam tugas-tugas
belajar otentik, dengan mengajukan pertanyaan, dan dengan menggambar pada
pengalaman masa lalu. Singkatnya, untuk belajar terjadi bagi siswa, itu harus
dilakukan dengan cara dan di tempat yang relevan dengan “nyata” kehidupan
mereka, baik di dalam maupun di luar kelas.
Pembelajaran otentik (authentic learning)
adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa menggali,
mendiskusikan, dan membangun secara bermakna konsep-konsep dan
hubungan-hubungan, yang melibatkan masalah nyata dan proyek yang relevan
dengan siswa (Donovan, Bransford & Pallegrino, 1999). Istilah ‘otentik’
berarti asli, sejati, dan nyata (Webster’s Revised Unabridged Dictionary,
1998). Pembelajaran ini dapat digunakan untuk siswa pada semua tingkatan
kelas, maupun siswa dengan berbagai macam tingkat kemampuan.
belajar otentik merupakan pendekatan
pedagogis yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi, berdiskusi, dan penuh
arti membentuk konsep dan hubungan dalam konteks yang melibatkan dunia nyata
masalah dan proyek-proyek yang relevan dengan peserta didik (Donovan,
Bransford, & Pellegrino, 1999). Istilah yang otentik didefinisikan
sebagai asli, benar, dan nyata (Webster’s Revisi lengkap Dictionary , 1998).
Kamus, 1998Jika belajar adalah otentik, maka siswa harus terlibat dalam
masalah belajar asli yang mendorong kesempatan bagi mereka untuk membuat
koneksi langsung antara material baru yang sedang dipelajari dan pengetahuan
mereka sebelumnya. Jenis pengalaman akan meningkatkan motivasi siswa. Bahkan,
sebuah “tidak adanya keterlibatan yang berarti keturunan rendah di sekolah
dan menghambat [belajar] transfer” (Newmann, Secada, & Wehlage, 1995).
Siswa harus mampu menyadari bahwa prestasi mereka peregangan luar dinding
kelas. Mereka membawa ke pengalaman kelas, pengetahuan, keyakinan, dan
keingintahuan dan belajar otentik menyediakan sarana untuk menjembatani
elemen-elemen dengan kelas belajar. Siswa tidak lagi hanya mempelajari
fakta-fakta hafalan dalam situasi abstrak atau buatan, tetapi mereka
pengalaman dan informasi digunakan dalam cara-cara yang didasarkan pada
realitas. Kekuatan sebenarnya dari pembelajaran otentik adalah kemampuan
untuk secara aktif melibatkan siswa dan menyentuh motivasi intrinsik mereka
(Mehlinger, 1995).
instruksi Otentik akan mengambil bentuk
yang jauh berbeda daripada metode tradisional pengajaran. Literatur
menunjukkan bahwa pembelajaran otentik memiliki beberapa karakteristik kunci.
• Belajar adalah berpusat pada tugas-tugas otentik yang menarik bagi peserta didik.
• Siswa terlibat dalam eksplorasi dan penyelidikan.
• Belajar, paling sering, adalah interdisipliner.
• Belajar sangat erat hubungannya dengan dunia di luar dinding kelas.
• Siswa menjadi terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan-order kemampuan berpikir lebih tinggi, seperti menganalisis, sintesis, merancang, memanipulasi dan mengevaluasi informasi.
• Siswa menghasilkan produk yang bisa dibagi dengan pemirsa di luar kelas.
• Belajar adalah siswa didorong dengan guru, orang tua, dan para ahli di luar semua membantu / pembinaan dalam proses pembelajaran.
• Pembelajar menggunakan perancah teknik.
• Siswa memiliki peluang untuk wacana sosial.
(Donovan et al;., 1999 Newman & Associates, 1996; Newmann et al;., 1995 Nolan & Francis, 1992).
• Belajar adalah berpusat pada tugas-tugas otentik yang menarik bagi peserta didik.
• Siswa terlibat dalam eksplorasi dan penyelidikan.
• Belajar, paling sering, adalah interdisipliner.
• Belajar sangat erat hubungannya dengan dunia di luar dinding kelas.
• Siswa menjadi terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan-order kemampuan berpikir lebih tinggi, seperti menganalisis, sintesis, merancang, memanipulasi dan mengevaluasi informasi.
• Siswa menghasilkan produk yang bisa dibagi dengan pemirsa di luar kelas.
• Belajar adalah siswa didorong dengan guru, orang tua, dan para ahli di luar semua membantu / pembinaan dalam proses pembelajaran.
• Pembelajar menggunakan perancah teknik.
• Siswa memiliki peluang untuk wacana sosial.
(Donovan et al;., 1999 Newman & Associates, 1996; Newmann et al;., 1995 Nolan & Francis, 1992).
2. Prinsip Pembelajaran Otentik
pengalaman belajar otentik menganut prinsip yaitu:
• Ruang kelas ber-berpusat. Pada berpusat-kelas pelajar, fakultas memperhatikan apa yang siswa membawa mereka ke dalam kelas, masing-masing pengetahuan, keterampilan, sikap, dan keyakinan. Siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan, terlibat dalam wacana sosial, dan menemukan jawaban mereka sendiri Dalam pengaturan ini, peran profesor bergerak lebih dari seorang “konstruktor-co” pengetahuan dari pemberi konten.. Marc Richards pernyataan bahwa “Pada akhirnya, kita semua akan sejarawan profesional, pelajar, dan guru bersama-sama” menggambarkan bagaimana ia struktur kelas untuk menjadi pembelajar berpusat. Juni Dodd juga menegaskan bahwa peserta didik dia mengambil tengah panggung di kedua membangun dan program pengajaran dan mereka sendiri “mini” kursus.
• Mahasiswa adalah pembelajar aktif. Sama seperti peran perubahan profesor, peran mahasiswa harus berubah sehingga mereka melakukan lebih dari pasif duduk dan mendengarkan ceramah profesor mereka. Mereka harus menjadi peserta aktif dalam proses pembelajaran, dengan menulis, membahas, menganalisis dan mengevaluasi informasi. Singkatnya, siswa harus mengambil tanggung jawab lebih untuk pembelajaran mereka sendiri, dan menunjukkan kepada profesor mereka dengan cara lain dari pada ujian. mahasiswa Marc Geisler, misalnya, menunjukkan pemahaman mereka tentang Shakespeare dengan melakukan interpretasi kelompok mereka sendiri dan kinerja Pekerjaan Bard’s. Tag Stan juga berpendapat bahwa “siswa harus ditantang untuk membuat seni, untuk membuat, untuk melakukan, dan untuk berpartisipasi dalam humaniora melalui karya mereka sendiri, bukan hanya dengan mempelajari apa yang orang lain lakukan.”
• Ini menggunakan tugas yang otentik. Ini mungkin tampak jelas, tetapi pengalaman belajar otentik harus menggabungkan tugas-tugas otentik. Ini adalah tugas, yang, sebisa mungkin, memiliki “dunia nyata” yang berkualitas untuk mereka dan siswa menemukan orang yang relevan dengan kehidupan mereka. siswa Juni Dodd mengambil peran instruktur dalam Pengantar ke kelas Pendidikan Jarak Jauh, bergiliran isi kursus mengajar satu sama online lainnya, dan membuat program mereka sendiri secara online berdasarkan proses desain instruksional. Profesor Dodd bekerja dengan masing-masing siswa untuk menyesuaikan proyek ini berdasarkan kerja masa lalu mereka dan pengalaman pendidikan serta potensi untuk pengiriman aktual instruksi dalam kehidupan profesional mereka.
pengalaman belajar otentik menganut prinsip yaitu:
• Ruang kelas ber-berpusat. Pada berpusat-kelas pelajar, fakultas memperhatikan apa yang siswa membawa mereka ke dalam kelas, masing-masing pengetahuan, keterampilan, sikap, dan keyakinan. Siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan, terlibat dalam wacana sosial, dan menemukan jawaban mereka sendiri Dalam pengaturan ini, peran profesor bergerak lebih dari seorang “konstruktor-co” pengetahuan dari pemberi konten.. Marc Richards pernyataan bahwa “Pada akhirnya, kita semua akan sejarawan profesional, pelajar, dan guru bersama-sama” menggambarkan bagaimana ia struktur kelas untuk menjadi pembelajar berpusat. Juni Dodd juga menegaskan bahwa peserta didik dia mengambil tengah panggung di kedua membangun dan program pengajaran dan mereka sendiri “mini” kursus.
• Mahasiswa adalah pembelajar aktif. Sama seperti peran perubahan profesor, peran mahasiswa harus berubah sehingga mereka melakukan lebih dari pasif duduk dan mendengarkan ceramah profesor mereka. Mereka harus menjadi peserta aktif dalam proses pembelajaran, dengan menulis, membahas, menganalisis dan mengevaluasi informasi. Singkatnya, siswa harus mengambil tanggung jawab lebih untuk pembelajaran mereka sendiri, dan menunjukkan kepada profesor mereka dengan cara lain dari pada ujian. mahasiswa Marc Geisler, misalnya, menunjukkan pemahaman mereka tentang Shakespeare dengan melakukan interpretasi kelompok mereka sendiri dan kinerja Pekerjaan Bard’s. Tag Stan juga berpendapat bahwa “siswa harus ditantang untuk membuat seni, untuk membuat, untuk melakukan, dan untuk berpartisipasi dalam humaniora melalui karya mereka sendiri, bukan hanya dengan mempelajari apa yang orang lain lakukan.”
• Ini menggunakan tugas yang otentik. Ini mungkin tampak jelas, tetapi pengalaman belajar otentik harus menggabungkan tugas-tugas otentik. Ini adalah tugas, yang, sebisa mungkin, memiliki “dunia nyata” yang berkualitas untuk mereka dan siswa menemukan orang yang relevan dengan kehidupan mereka. siswa Juni Dodd mengambil peran instruktur dalam Pengantar ke kelas Pendidikan Jarak Jauh, bergiliran isi kursus mengajar satu sama online lainnya, dan membuat program mereka sendiri secara online berdasarkan proses desain instruksional. Profesor Dodd bekerja dengan masing-masing siswa untuk menyesuaikan proyek ini berdasarkan kerja masa lalu mereka dan pengalaman pendidikan serta potensi untuk pengiriman aktual instruksi dalam kehidupan profesional mereka.
3. Ciri Pembelajaran Otentik
Pembelajaran otentik sangat berbeda dengan metode-metode pembelajaran yang tradisional. Ciri-ciri pembelajaran otentik:
• Belajar berpusat pada tugas-tugas otentik yang menggugah rasa ingin tahu siswa. Tugas otentik berupa pemecahan masalah nyata yang relevan dengan kehidupan siswa;
• Siswa terlibat dalam kegiatan menggali dan menyelidiki;
• Belajar bersifat interdisipliner;
• Belajar terkait erat dengan dunia di luar dinding ruang kelas;
• Siswa mengerjakan tugas rumit yang melibatkan kecakapan berpikir tingkat tinggi, seperti menganalisis, mensintesis, merancang, mengolah dan mengevaluasi informasi;
• Siswa menghasilkan produk yang dapat dibagikan kepada audiens di luar kelas;
• Belajar bersifat aktif dan digerakkan oleh siswa sendiri, sedangkan guru, orangtua, dan narasumber bersifat membantu atau mengarahkan;
• Guru menerapkan pemberian topangan (scaffolding), yaitu memberikan bantuan seperlunya saja dan membiarkan siswa bekerja secara bebas manakala mereka sanggup melakukannya sendiri;
• Siswa berkesempatan untuk terlibat dalam wacana dalam masyarakat;
• Siswa bekerja dengan banyak sumber;
• Siswa seringkali bekerja bersama dan mempunyai kesempatan luas untuk berdiskusi dalam rangka memecahkan masalah.
Pembelajaran otentik sangat berbeda dengan metode-metode pembelajaran yang tradisional. Ciri-ciri pembelajaran otentik:
• Belajar berpusat pada tugas-tugas otentik yang menggugah rasa ingin tahu siswa. Tugas otentik berupa pemecahan masalah nyata yang relevan dengan kehidupan siswa;
• Siswa terlibat dalam kegiatan menggali dan menyelidiki;
• Belajar bersifat interdisipliner;
• Belajar terkait erat dengan dunia di luar dinding ruang kelas;
• Siswa mengerjakan tugas rumit yang melibatkan kecakapan berpikir tingkat tinggi, seperti menganalisis, mensintesis, merancang, mengolah dan mengevaluasi informasi;
• Siswa menghasilkan produk yang dapat dibagikan kepada audiens di luar kelas;
• Belajar bersifat aktif dan digerakkan oleh siswa sendiri, sedangkan guru, orangtua, dan narasumber bersifat membantu atau mengarahkan;
• Guru menerapkan pemberian topangan (scaffolding), yaitu memberikan bantuan seperlunya saja dan membiarkan siswa bekerja secara bebas manakala mereka sanggup melakukannya sendiri;
• Siswa berkesempatan untuk terlibat dalam wacana dalam masyarakat;
• Siswa bekerja dengan banyak sumber;
• Siswa seringkali bekerja bersama dan mempunyai kesempatan luas untuk berdiskusi dalam rangka memecahkan masalah.
4. Kesimpulan
belajar otentik merupakan pendekatan pedagogis yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi, berdiskusi, dan penuh arti membentuk konsep dan hubungan dalam konteks yang melibatkan dunia nyata masalah dan proyek-proyek yang relevan dengan peserta didik. Istilah yang otentik didefinisikan sebagai asli, benar, dan nyata (Webster’s Revisi lengkap Dictionary , 1998). Jika belajar adalah otentik, maka siswa harus terlibat dalam masalah belajar asli yang mendorong kesempatan bagi mereka untuk membuat koneksi langsung antara material baru yang sedang dipelajari dan pengetahuan mereka sebelumnya. Jenis pengalaman akan meningkatkan motivasi siswa. Bahkan, sebuah “tidak adanya keterlibatan yang berarti keturunan rendah di sekolah dan menghambat [belajar] transfer” (Newmann, Secada, & Wehlage, 1995). Siswa harus mampu menyadari bahwa prestasi mereka peregangan luar dinding kelas. Mereka membawa ke pengalaman kelas, pengetahuan, keyakinan, dan keingintahuan dan belajar otentik menyediakan sarana untuk menjembatani elemen-elemen dengan kelas belajar. Siswa tidak lagi hanya mempelajari fakta-fakta hafalan dalam situasi abstrak atau buatan, tetapi mereka pengalaman dan informasi digunakan dalam cara-cara yang didasarkan pada realitas. Kekuatan sebenarnya dari pembelajaran otentik adalah kemampuan untuk secara aktif melibatkan siswa dan menyentuh motivasi intrinsik mereka (Mehlinger, 1995).
instruksi Otentik akan mengambil bentuk yang jauh berbeda daripada metode tradisional pengajaran.
belajar otentik merupakan pendekatan pedagogis yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi, berdiskusi, dan penuh arti membentuk konsep dan hubungan dalam konteks yang melibatkan dunia nyata masalah dan proyek-proyek yang relevan dengan peserta didik. Istilah yang otentik didefinisikan sebagai asli, benar, dan nyata (Webster’s Revisi lengkap Dictionary , 1998). Jika belajar adalah otentik, maka siswa harus terlibat dalam masalah belajar asli yang mendorong kesempatan bagi mereka untuk membuat koneksi langsung antara material baru yang sedang dipelajari dan pengetahuan mereka sebelumnya. Jenis pengalaman akan meningkatkan motivasi siswa. Bahkan, sebuah “tidak adanya keterlibatan yang berarti keturunan rendah di sekolah dan menghambat [belajar] transfer” (Newmann, Secada, & Wehlage, 1995). Siswa harus mampu menyadari bahwa prestasi mereka peregangan luar dinding kelas. Mereka membawa ke pengalaman kelas, pengetahuan, keyakinan, dan keingintahuan dan belajar otentik menyediakan sarana untuk menjembatani elemen-elemen dengan kelas belajar. Siswa tidak lagi hanya mempelajari fakta-fakta hafalan dalam situasi abstrak atau buatan, tetapi mereka pengalaman dan informasi digunakan dalam cara-cara yang didasarkan pada realitas. Kekuatan sebenarnya dari pembelajaran otentik adalah kemampuan untuk secara aktif melibatkan siswa dan menyentuh motivasi intrinsik mereka (Mehlinger, 1995).
instruksi Otentik akan mengambil bentuk yang jauh berbeda daripada metode tradisional pengajaran.
5. Kelebihan dan Kekurangan
a. Kelebihan
– Siswa tidak merasa jenuh terhadap pembelajaran karena pembelaaran dapat terjadi dimana saja.
– Siswa mempunyai keterampilan yang lebih dalam menganalisis wacana social
– Siswa mempunyai pengalaman belajar yang mumpuni dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya
– Pembelajaran berpusat pada siswa, sehingga memungkinkan siswa memahami materi secara utuh
a. Kelebihan
– Siswa tidak merasa jenuh terhadap pembelajaran karena pembelaaran dapat terjadi dimana saja.
– Siswa mempunyai keterampilan yang lebih dalam menganalisis wacana social
– Siswa mempunyai pengalaman belajar yang mumpuni dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya
– Pembelajaran berpusat pada siswa, sehingga memungkinkan siswa memahami materi secara utuh
b. Kekurangan
– Pembelajaran Otentik cenderung hanya dapat dilakukan pada siswa yang memiliki taraf intelegensi diatas rata-rata sehingga pembelajaran berjalan secara aktif
– Tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan pembelajaran otentik, karena materi yang sesuai dengan pembelajaran otentik bersifat studi social
– Memerlukan waktu, biaya, dan tenaga ektra dari siswa untuk melaksanakannya.
– Pembelajaran Otentik cenderung hanya dapat dilakukan pada siswa yang memiliki taraf intelegensi diatas rata-rata sehingga pembelajaran berjalan secara aktif
– Tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan pembelajaran otentik, karena materi yang sesuai dengan pembelajaran otentik bersifat studi social
– Memerlukan waktu, biaya, dan tenaga ektra dari siswa untuk melaksanakannya.
Model Pembelajaran Numbered Head Together
(NHT)
Model Pembelajaran Numbered Head Together
(NHT)
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus
yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan
untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen
dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan
yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap
isi pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
1. Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan social
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :
a) Pembentukan kelompok;
b) Diskusi masalah;
c) Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :
Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
1. Memperbaiki kehadiran
2. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
3. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
4. Konflik antara pribadi berkurang
5. Pemahaman yang lebih mendalam
6. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
7. Hasil belajar lebih tinggi
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan social
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :
a) Pembentukan kelompok;
b) Diskusi masalah;
c) Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :
Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
1. Memperbaiki kehadiran
2. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
3. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
4. Konflik antara pribadi berkurang
5. Pemahaman yang lebih mendalam
6. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
7. Hasil belajar lebih tinggi
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran
Numbered Heads Together adalah sebagai berikut :
Kelebihan:
– Setiap siswa menjadi siap semua
– Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
– Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
– Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama..
– Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
– Setiap siswa menjadi siap semua
– Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
– Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
– Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama..
– Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
KESIMPULAN
Model pembelajaran ini baik digunakan karena model ini mengajarkan kepada siswa untuk lebih siap dalam menguasai materi serta belajar menerima keanekaragaman dengan kelompok lain, karna dalam model ini siswa dituntut untuk berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah.
Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk setiap pokok bahasan, karena setia model atau metode mengajar masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan oleh karenanya guru dituntut untuk pandai memilih model pembelajaran yang sesuai.
Model pembelajaran ini baik digunakan karena model ini mengajarkan kepada siswa untuk lebih siap dalam menguasai materi serta belajar menerima keanekaragaman dengan kelompok lain, karna dalam model ini siswa dituntut untuk berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah.
Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk setiap pokok bahasan, karena setia model atau metode mengajar masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan oleh karenanya guru dituntut untuk pandai memilih model pembelajaran yang sesuai.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-numbered-head_21.html#ixzz2uZcgQ9Hv
Model Pembelajaran Inquiry
Model Pembelajaran Inquiry
Pembelajaran berdasarkan inquiry merupakan
seni penciptaan situasi-situasi sedemikian rupa sehingga siswa mengambil
peran sebagai ilmuwan. Dalam situasi-situasi ini siswa
berinisiatif untuk mengamati dan menanyakan gejala alam, mengajukan
penjelasan-penjelasan tentang apa yang mereka lihat, merancang dan melakukan
pengujian untuk menunjang atau menentang teori-teori mereka, menganalisis
data, menarik kesimpulan dari data eksperimen, merancang dan membangun model,
atau setiap kontribusi dari kegiatan tersebut di atas.
Sund, seperti yang dikutip oleh
Suryosubroto dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, Inquiry merupakan
perluasan proses discovery, yang digunakan lebih mendalam, inkuiry yang
dalam bahasa InggrisInquiry berarti pertanyaan, atau pemeriksaan,
penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk
mencari atau memahami informasi.
Gulo, (2005) menyatakan bahwa, strategi
inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan
sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri
adalah :
1. Keterlibatan
siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar
2. Keterarahan
kegiatan secara maksimal dalam proses kegiatan belajar
3. Mengembangkan
sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses
inkuiri.
Kondisi Umum yang merupakan syarat
timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa adalah :
1. Aspek
sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi.
2. Inkuiri
berfokus pada hipotesis
3. Penggunaan
fakta sebagai evidensi (informasi, fakta )
Untuk menciptakan kondisi seperti itu,
peranan guru adalah sebagai berikut:
1. Motivator,
memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berfikir.
2. Fasilitator,
menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan
3. Penanya
, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat
4. Administrator,
bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan kelas
5. Pengarah,
memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan
6. Manajer,
mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas
7. Rewarder,
memberikan penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.
Pembelajaran inkuiri dirancang untuk
mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah kedalam waktu yang
relative singkat, Hasil penelitian Schlenker dalam joice dan weil (1992)
menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains,
produktif dalam berfikir kreatif dan siswa menjadi trampil dalam memperoleh
dan menganalisis informasi.
Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Inquiry
Strategi pembelajaran inquiry adalah
rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara
kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah
pasti dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2009). Proses berpikir
itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
Menurut Sanjaya (2009) bahwa strategi
pembelajaran inquiry, memiliki beberapa ciri utama, yaitu:
1. Strategi
Inquiry menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, artinya strategi inquiry menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
Dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya berperan sebagai penerima
pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, akan tetapi mereka berperan
untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
2. Seluruh
aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban
sendiri yang sifatnya sudah pasti dari sesuatu yang sudah dipertanyakan,
sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sifat percaya diri. Dalam strategi pembelajaran
inquiry, guru bukan sebagai sumber belajar tetapi sebagai fasilitator dan
motivator belajar siswa.
3. Tujuan
dari penggunaan strategi pembelajaran inquiry adalah mengembangkan kemampuan
berpikir secara sistematis, logis dan kritis.
Strategi Pembelajaran Inkuri efektif
apabila :
1. Guru
mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan
yang ingin dipecahkan.
2. Jika
bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang
sudah jadi,akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
3. Jika
proses pembelajaran berangkat dari ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
4. Jika
akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemamuan dan
kemampuan berpikir.
5. Jika
siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.
6. Jika
guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat
pada siswa.
Prinsip–prinsip Penggunaan Inquiri
Ada beberapa prinsip yang harus
diperhatikan dalam penggunaan inquiri menurut Sanjaya (2009).
1. Berorientasi
pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari strategi inquiri adalah
pengembangan kemampuan berfikir. Dengan demikian , strategi pembelajaran ini
selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.
Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunkan
strategi inquiri bukan ditentukan sejauh mana siswa dapat menguasai materi
pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan.
2. Prinsip
Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah
proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan
guru bahkan antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses
interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi
sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
3. Prinsip
Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam
menggunkaan model inquiri adalah guru sebagai penanya. Sebab kemampuan siswa
untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari
proses berfikir.
4. Prinsip
Belajar untuk Berfikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah
fakta, akan tetapi belajar adalah proses berfikir (learning how to think)
yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak
kanan. Pembelajaran berfikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara
maksimal.
5. Prinsip
Keterbukaan
Pembelajaran yang bermakna adalah
pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang
harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk
memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka
membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.
Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri
Gulo (2005) menyatakan bahwa, inkuiri tidak
hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada,
termasuk pengembangan emosional dan keterampilan.
Secara umum proses pembelajaran SPI dapat
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk
membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan
dalam tahap orientasi ini adalah:
a. Menjelaskan
topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa
b. Menjelaskan
pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.
Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap
langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan
merumuskan kesimpulan
c. Menjelaskan
pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka
memberikan motivasi belajar siswa.
2. Merumuskan
masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah
membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang
disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki
itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong
untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat
penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut
siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya
mengembangkan mental melalui proses berpikir.
3. Merumuskan
hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari
suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu
diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk
mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan
mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat
merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan
kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
4. Mengumpulkan
data
Mengumpulkan data adalah aktifitas
menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang
sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan
hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga
membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
5. Menguji
hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban
yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan
kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan
hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang
ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
6. Merumuskan
kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses
mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada
siswa data mana yang relevan.
Langkah – langkah menerapkan model
pembelajaran inquiry didalam kelas :
1. Membentuk
kelompok-kelompok inkuiri. Masing-masing kelompok dibentuk berdasarkan
rentang intelektal dan keterampilan-keterampilan social
2. Memperkenalkan
topik-topik inkuiri kepada semua kelompok. Tiap kelompok diharapkan memahami
dan berminat mempelajarinya.
3. Membentuk posisi
tentang kebijakan yang bertalian dengan topik, yakni pernyataan apa yang
harus dikerjakan. Mungkin terdapat satu atau lebih solusi yang diusulkan
terhadap masalah pokok.
4. Merumuskan semua
istilah yang terkandung di dalam proposisi kebijakan.
5. Menyelidiki
validitas logis dan konsisten internal pada proposisi dan unsur-unsur
penunjangnya.
6. Mengumpulkan
evidensi (bukti) untuk menunjang unsur-unsur proposes
7. Menganalisis
solusi solusi yang diusulkan dan mencari posisi kelompok
8. Menilai proses
kelompok.
Kemudian pendekatan inkuiri terbagi menjadi
tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya
bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya.
Ketiga jenis pendekatan inkuiri tersebut
adalah:
1. Inkuiri
Terbimbing (guided inquiry approach)
Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu
pendekatan inkuiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan
memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai
peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya.
Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang
berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa
belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa
dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan
dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui
diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah
dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
Pada dasarnya siswa selama proses belajar
berlangsung akan memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap
awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya,
bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri
secara mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan
dan diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep
pelajaran matematika. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui
lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar
guru harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui
dan memberikan petunjuk-petunjuk dan scafoldingyang diperlukan
oleh siswa.
2. Inkuiri Bebas (free
inquiry approach).
Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi
siswa yang telah berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena
dalam pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti
seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan untuk
diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang
prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan.
Selama proses ini, bimbingan dari guru
sangat sedikit diberikan atau bahkan tidak diberikan sama sekali. Salah satu
keuntungan belajar dengan metode ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam
memecahkan masalah open ended dan mempunyai alternatif
pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara
mereka mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa
menemukan cara dan solusi yang baru atau belum pernah ditemukan oleh orang
lain dari masalah yang diselidiki.
Sedangkan belajar dengan metode ini
mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
a. Waktu yang
diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif lama sehingga melebihi waktu yang
sudah ditetapkan dalam kurikulum,
b. Karena diberi
kebebasan untuk menentukan sendiri permasalahan yang diselidiki, ada
kemungkinan topik yang diplih oleh siswa di luar konteks yang ada dalam
kurikulum,
c. Ada kemungkinan
setiap kelompok atau individual mempunyai topik berbeda, sehingga guru akan
membutuhkan waktu yang lama untuk memeriksa hasil yang diperoleh siswa,
d. Karena topik yang
diselidiki antara kelompok atau individual berbeda, ada kemungkinan kelompok
atau individual lainnya kurang memahami topik yang diselidiki oleh kelompok
atau individual tertentu, sehingga diskusi tidak berjalan sebagaimana yang
diharapkan.
3. Inkuiri Bebas yang
Dimodifikasikan (modified free inquiry approach)
Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau
modifikasi dari dua pendekatan inkuiri sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri
terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan yang
akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau mempedomani acuan
kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam pendekatan ini siswa tidak dapat
memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa
yang belajar dengan pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk
dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang diberikan
lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.
Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru
membatasi memberi bimbingan, agar siswa berupaya terlebih dahulu secara
mandiri, dengan harapan agar siswa dapat menemukan sendiri penyelesaiannya.
Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan permasalahannya, maka
bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh
yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan
siswa dalam kelompok lain.
Keunggulan dan Kelemahan SPI
1. Keunggulan :
a. SPI merupakan
strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif
kognitif,afektif dan psikomotor secara seimbang,sehingga pembelajaran melalui
strategi ini dianggap lebih bermakna.
b. SPI dapat
memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar
mereka.
c. SPI merupakan
strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi modern yang
menganggap belajar adalah proses perubahan.
d. SPI dapat melayani
kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata.Artinya siswa yang
memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam
belajar.
2. Kelemahan
a. SPI digunakan
sebagai strategi pembelajaran,maka akan sulit mengontrol kegiatan dan
keberhasilan siswa
b. Strategi ini
sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dalam kebiasaan
siswa dalam belajar
c. Kadang kadang
dalam implementasimnya,memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru
sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
d. Selama ketentuan
keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi
pelajaran,maka SPI akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
Pembelajaran dengan Metode Inkuiri Suchman
Berdasarkan uraian pembelajaran inkuiri
umum, kita dapat melihat bahwa waktu dan sumber yang tersedia merupakan
permasalahan dalam pembelajaran. Menanggapi permasalahan ini, Richard Suchman
mengembangkan suatu pembelajaran inkuiri yang telah dimodifikasi. Hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh Suchman tentang model inkuiri ini
menunjukkan bahwa keterampilan inkuiri siswa meningkat dan motivasi
belajarnya juga meningkat.
Dahlan dalam Trianto (2009) menyatakan
bahwa, Suchman berkeyakinan bahwa siswa akan menyadari tentang proses
penyelidikannya dan mereka dapat diajarkan tentang prosedur ilmiah secara
langsung. Selajutnya, Suchman berpendapat tentang pentingnya membawa siswa
pada sikap bahwa semua pengetahuan bersifat tentative. Joyce dalam Trianto
(2009) menyatakan, bahwa teori Suchman dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Mengajak siswa
membayangkan seakan-akan dalam kondisi yang sebenarnya
2. Mengidentifikasi
komponen-komponen yang berada di sekeliling kondisi tersebut.
3. Merumuskan
permasalahan dan membuat hipotesis pada kondisi tersebut.
4. Memperoleh data
dari kondisi tersebut dengan membuat pertanyaan dan jawabannya “ya’
atau “tidak”.
5. Membuat
kesimpulan dari data-data yang diperolehnya.
Pembelajaran inkuiri dengan metode Suchman
menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada siswa sebagai
alternative untuk prosedur pengumpulan data.
Inkuiri Suchman seperti yang dikutip oleh
Kardi dalam Trianto(2009) mempunyai kelebihan, yaitu :
1. Penelitian dapat
diselesaikan dalam waktu satu periode pertemuan. Waktu yang singkat ini
memungkinkan siswa dapat mengalami siklus inkuiri dengan cepat, dan pelatihan
mereka akan terampil melakukan inkuiri.
2. Lebih efektif
dalam semua bidang di dalam
kurikulum.
Perbedaan utama antar inkuiri Suchman
dengan Inkuiri umum terletak pada proses pengumpulan data.
Suchman mengembangkan suatu motode penemuan
baru yang menuntun siswa mengumpulkan data melalui bertanya, maka dari itu
model pembelajaran inkuiri menurut Schuman harus memperhatikan :
1. Struktur Sosial
Pembelajaran. Suasana kelas yang nyaman merupakan hal yang penting dalam
pembelajaran inkuiri Suchman karena pertanyaan-pertanyaan harus berasal dari
siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Kerja sama guru
dengan siswa, siswa dengan siswa diperlukan juga adanya dorongan secara aktif
dari guru dan teman. Dua atau lebih siswa yang bekerja sama dalam berfikir
dan bertanya, akan lebih baik hasilnya jika dibanding bila siswa bekerja
sendiri.
2. Peran Guru.
Pembelajaran inkuiri Suchman, peran guru memonitor pertanyaan siswa untuk
mencegah agar proses inkuiri, tidak sama dengan permainan tebakan. Hal ini
memerlukan dua aturan penting, yaitu : Pertanyaan harus dapat dijawab “ya”
atau “tidak” dan harus diucapkan dengan suatu cara siswa dapat menjawab
pertanyaan tersebut dengan melakukan pengamatan; Pertanyaan harus disusun
sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan guru memberikan jawaban
pertanyaan tersebut, tetapi mengarahkan siswa untuk menemukan jawabannya
sendiri.
3. Sintaks
Pembelajaran Inkuiri. Dalam upaya menanamkan konsep , misalnya konsep IPA
Biologi pokok bahasan saling ketergantungan pada siswa, tidak cukup
hanya sekedar ceramah. Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa
diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif dalam menemukan
konsep-konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan dengan bimbingan
guru.
Pada penelitian ini tahapan pembelajaran
yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri yang
dikemukakan oleh Eggen & Kauchak dalam Trianto (2009). Adapun
tahapan pembelajaran inkuiri sebagai berikut:
Tahap
Pembejaran Inkuiri
Fase
|
Perilaku Guru
|
1. Menyajikan
pertanyaan atau masalah
|
Guru membimbing siswa mengidentifikasi
masalah dan masalah dituliskan di papan. Guru membagi siswa dalam kelompok.
|
2. Membuat
hipotesis
|
Guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam
menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan
memproiritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.
|
3. Merancang
percobaan
|
Guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan
dilakukan . Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan
|
4. Melakukan
percobaan untuk memperoleh informasi
|
Guru membimbing siswa mendapatkan
informasi melalui percobaan
|
5. Megumpulkan dan
menganilisis data
|
Guru memberi kesempatan kepada setiap
kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.
|
6. Membuat
kesimpulan
|
Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.
|
Kesimpulan
Gulo dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa,
strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan
sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri
adalah keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan
belajar, keterarahan kegiatan secara maksimal dalam proses kegiatan belajar
, mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan
dalam proses inkuiri. Namun dalam penerapannya, pembelajaran inkuiri ini
memiliki kelemahan seperti adanya kesulitan dalam mengontrol siswa,
ketidaksesuaian kebiasaan siswa dalam belajar, kadang memerlukan waktu yang
panjang dalam pengimplementasiannya, dan sulitnya dalam implementasi yang
dilakukan oleh guru bila keberhasilan belajar bergantung pada siswa.
Langkah-langkah pembelajaran inkuiri adalah
sebagai berikut orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, menguji hipotesis, merumuskan kesimpulan.
Metode Pembelajaran Struktural Analitik
Sintetik (SAS)
Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)
Metode ini diprogramkan pemerintah RI mulai
tahun 1974. Regu yang dipimpin oleh Dr. A.S. Broto pada waktu itu telah
menghasilkan Metode SAS. Menurut A.S. Broto khususnya disediakan untuk
belajar membaca dan menulis permulaan di kelas permulaan SD. Lebih luas lagi
Metode SAS dapat dipergunakan dalam berbagai bidang pengajaran. Dalam
proses operasionalnya metode SAS mempunyai langkah-langkah berlandaskan
operasional dengan urutan : Struktural menampilkan keseluruhan; Analitik
melakukan proses penguraian; Sintetik melakukan penggabungan kembali kepada
bentuk Struktural semula. Landasan linguistiknya bahwa itu ucapan bukan
tulisan, unsur bahasa dalam metode ini ialah kalimat; bahwa bahasa Indonesia
mempunyai struktur tersendiri. Landasan pedagogiknya; (1) mengembangkan
potensi dan pengalaman anak, (2) membimbing anak menemukan jawab suatu
masalah. Landasan psikologisnya : bahwa pengamatan pertama bersifat global
(totalitas) dan bahwa anak usia sekolah memiliki sifat melit (ingin tahu).
Prosedur penggunaan Metode SAS
1. Mula membaca permulaan dijadikan dua
bagian
Bagian pertama Membaca permulaan tanpa buku
Bagian pertama Membaca permulaan buku
2. Merekam bahasa anak melalui pertanyaan-pertanyaan dari pengajar sebagai kontak permulaan.
3. Menampilkan gambar sambil bercerita. Setiap kali gambar diperlihatkan, muncullah kalimat anak-anak yang sesuai dengan gambar.
4. Membaca kalimat secara structural
5. Membaca permulaan dengan buku
6. Membaca lanjutan
7. Membaca dalam hati
Bagian pertama Membaca permulaan tanpa buku
Bagian pertama Membaca permulaan buku
2. Merekam bahasa anak melalui pertanyaan-pertanyaan dari pengajar sebagai kontak permulaan.
3. Menampilkan gambar sambil bercerita. Setiap kali gambar diperlihatkan, muncullah kalimat anak-anak yang sesuai dengan gambar.
4. Membaca kalimat secara structural
5. Membaca permulaan dengan buku
6. Membaca lanjutan
7. Membaca dalam hati
Segi baiknya
a. Metode ini dapat sebagai landasan berpikir analisis.
b. Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat anak mudah mengikuti prosedur dan akan dapat cepat membaca pada kesempatan berikutnya
c. Berdasarkan landasan linguistik metode ini akan menolong anak. menguasai bacaan dengan lancar.
a. Metode ini dapat sebagai landasan berpikir analisis.
b. Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat anak mudah mengikuti prosedur dan akan dapat cepat membaca pada kesempatan berikutnya
c. Berdasarkan landasan linguistik metode ini akan menolong anak. menguasai bacaan dengan lancar.
Segi lemahnya
1) Metode SAS mempunyai kesan bahwa pengajar harus kreatif dan terampil serta sabar
Tuntutan semacam ini dipandang sangat sukar untuk kondisi pengajar saat ini.
2) Banyak sarana yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan metode ini untuk sekolah sekolah tertentu dirasa sukar.
3) Metode SAS hanya untuk konsumen pembelajar di perkotaan dan tidak di pedesaan
4) Oleh karena agak sukar menganjarkan para pengajar metode SAS maka di sana-sini Metode ini tidak dilaksanakan.
Teknik pelaksanaan Metode SAS ialah keterampian memilih kata kartu kata dan kartu kalimat. Sementara anak-anak mencari huruf, suku kata, kata., pengajar dengan sebagian anak yang lain. Menempel-empelkan kata kata yang tersusun menjadi kalimat yang berarti. Begitu seterusnya sehingga semua anak mendapat giliran untuk menyusun kalimat, membacanya dan yang paling mengutpnya sebagai ketreampilan menulis. Media lain selain papan tulis, papan panel, papn tali, OHP (Over Head Projector) dapat juga digunakan.
Metode Struktural Analitik Sintetik
Menurut Supriyadi (1996) pengertian metode SAS adalah suatu pendekatan cerita yang disertai dengan gambar, yang didalamnya terkandung unsur struktur analitik sintetik. Metode SAS menurut Djauzak (1996) adalah suatu metode pembelajaran menulis permulaan yang didasarkan atas pendekatan cerita yakni cara memulai mengajar menulis dengan menampilkan cerita yang diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa dengan siswa.
Teknik pelaksanaan pembelajaran metode SAS yakni keterampilan menulis huruf, kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat. Proses operasional metode SAS mempunyai langkah-angkah dengan urutan sebagai berikut :
1) Metode SAS mempunyai kesan bahwa pengajar harus kreatif dan terampil serta sabar
Tuntutan semacam ini dipandang sangat sukar untuk kondisi pengajar saat ini.
2) Banyak sarana yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan metode ini untuk sekolah sekolah tertentu dirasa sukar.
3) Metode SAS hanya untuk konsumen pembelajar di perkotaan dan tidak di pedesaan
4) Oleh karena agak sukar menganjarkan para pengajar metode SAS maka di sana-sini Metode ini tidak dilaksanakan.
Teknik pelaksanaan Metode SAS ialah keterampian memilih kata kartu kata dan kartu kalimat. Sementara anak-anak mencari huruf, suku kata, kata., pengajar dengan sebagian anak yang lain. Menempel-empelkan kata kata yang tersusun menjadi kalimat yang berarti. Begitu seterusnya sehingga semua anak mendapat giliran untuk menyusun kalimat, membacanya dan yang paling mengutpnya sebagai ketreampilan menulis. Media lain selain papan tulis, papan panel, papn tali, OHP (Over Head Projector) dapat juga digunakan.
Metode Struktural Analitik Sintetik
Menurut Supriyadi (1996) pengertian metode SAS adalah suatu pendekatan cerita yang disertai dengan gambar, yang didalamnya terkandung unsur struktur analitik sintetik. Metode SAS menurut Djauzak (1996) adalah suatu metode pembelajaran menulis permulaan yang didasarkan atas pendekatan cerita yakni cara memulai mengajar menulis dengan menampilkan cerita yang diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa dengan siswa.
Teknik pelaksanaan pembelajaran metode SAS yakni keterampilan menulis huruf, kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat. Proses operasional metode SAS mempunyai langkah-angkah dengan urutan sebagai berikut :
(1) Struktur yaitu menampilkan
keseluruhan,
(2) Analitik yaitu melakukan
proses penguraian,
(3) Sintetik yaitu melakukan
penggabungan pada struktur semula. Demikian langkah-langkah yang dapat
dilakukan dalam pembelajaran menulis permulaan dengan metode SAS, sehingga
hasil belajar itu benar-benar menghasilkan Struktur Analitik Statis. (Subana
: 176).
Kegiatan pembelajaran menulis permulaan
dengan metode Struktural
Analitik Sintetik (SAS) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Analitik Sintetik (SAS) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Guru bercerita atau berdialog dengan
siswa.
2. Memperlihatkan gambar yang berhubungan dengan isi cerita.
3. Menulis beberapa kalimat sebagai kesimpulan dari isi cerita.
4. Menulis satu kalimat yang diambil dari isi cerita.
5. Menulis kata-kata sebagai uraian dari kalimat.
6. Menulis suku-suku kata sebagai uraian dari kata-kata.
7. Menuliskan huruf –huruf sebagai uraian dari suku-suku kata.
8. Mensintesiskan huruf-huruf menjadi suku-suku kata.
9. Menyatukan kata-kata menjadi kalimat.
2. Memperlihatkan gambar yang berhubungan dengan isi cerita.
3. Menulis beberapa kalimat sebagai kesimpulan dari isi cerita.
4. Menulis satu kalimat yang diambil dari isi cerita.
5. Menulis kata-kata sebagai uraian dari kalimat.
6. Menulis suku-suku kata sebagai uraian dari kata-kata.
7. Menuliskan huruf –huruf sebagai uraian dari suku-suku kata.
8. Mensintesiskan huruf-huruf menjadi suku-suku kata.
9. Menyatukan kata-kata menjadi kalimat.
Agar siswa memiliki kemampuan menulis, maka
setiap langkah tersebut
dilakukan oleh siswa dengan cara menyalin tulisan yang ditulis guru dalam setiap
langkah pembelajaran.
Demikian langkah-langkah yang dilakukan dalam menulis permulaan
dengan metode SAS sehingga hasil belajar ini benar-benar menghasilkan struktur
analitik sintetik.
Bagaimana menunjukkan bahwa untuk menentukan jenis tulisan yang
harus diajarkan pada saat siswa belajar menulis permulaan bukan pekerjaan yang
sederhana. Guru harus dapat menentukan jenis tulisan yang akan diajarkan.
Menurut Hagin (Lovitt, 1989 : 227), ada lima alasan perlunya diajar
menulis huruf cetak lebih dulu pada awal belajar menulis :
1. Huruf cetak lebih mudah dipelajari karena bentuknya sederhana.
2. Buku-buku menggunakan huruf cetak sehingga anak-anak tidak perlu
mengakomodasikan dua bentuk tulisan.
3. Tulisan dengan huruf cetak lebih mudah dibaca daripada tulisan dengan huruf
sambung.
4. Kata-kata yang ditulis dengan huruf cetak lebih mudah dieja karena huruf-huruf
tersebut berdiri sendiri-sendiri.
Dengan memperhatikan berbagai alasan tersebut di atas maka alangkah
baiknya pada awal belajar menulis ini siswa diajar menulis dengan menggunakan
huruf cetak lebih dulu
dilakukan oleh siswa dengan cara menyalin tulisan yang ditulis guru dalam setiap
langkah pembelajaran.
Demikian langkah-langkah yang dilakukan dalam menulis permulaan
dengan metode SAS sehingga hasil belajar ini benar-benar menghasilkan struktur
analitik sintetik.
Bagaimana menunjukkan bahwa untuk menentukan jenis tulisan yang
harus diajarkan pada saat siswa belajar menulis permulaan bukan pekerjaan yang
sederhana. Guru harus dapat menentukan jenis tulisan yang akan diajarkan.
Menurut Hagin (Lovitt, 1989 : 227), ada lima alasan perlunya diajar
menulis huruf cetak lebih dulu pada awal belajar menulis :
1. Huruf cetak lebih mudah dipelajari karena bentuknya sederhana.
2. Buku-buku menggunakan huruf cetak sehingga anak-anak tidak perlu
mengakomodasikan dua bentuk tulisan.
3. Tulisan dengan huruf cetak lebih mudah dibaca daripada tulisan dengan huruf
sambung.
4. Kata-kata yang ditulis dengan huruf cetak lebih mudah dieja karena huruf-huruf
tersebut berdiri sendiri-sendiri.
Dengan memperhatikan berbagai alasan tersebut di atas maka alangkah
baiknya pada awal belajar menulis ini siswa diajar menulis dengan menggunakan
huruf cetak lebih dulu
1. Pengertian Warga Negara
Warga Negara diartikan dengan orang-orang sebagai bagian darisuatu penduduk yang menjadi unsur negara.
AS. Hikam mendefinisikan bahwa warga negara merupakan terjemahan dari citizen adalah anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri.
Warga Negara diartikan dengan orang-orang sebagai bagian darisuatu penduduk yang menjadi unsur negara.
AS. Hikam mendefinisikan bahwa warga negara merupakan terjemahan dari citizen adalah anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri.
Sementara itu, status warga negara
Indonesia telah dibicarakan dalam UU RI Pasal 4 no.12 tahun 2006,
yang menjadi warga negara Indonesia adalah:
1. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau bersdasarkan perjanjian pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum UU ini berlaku sudah menjadi warga negara Indonesia.
2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu warga negara indonesia.
3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara Indonesia dan ibu warga negara asing.
4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah seorang warga negara asing dan ibu warga negara Indonesia.
5. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tsb.
6. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayangya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya warga negara Indonesia.
7. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara Indonesia.
8. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang di akui oleh seorang ayah warga negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tsb berusia 18 tahun atau belum kawin.
9. Anak yang lahir di wilayah republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas kewarganegaraan ayah ibunya.
10. Anak yang baru lahir ditemukan di wilayah Indonesia selam ayah dan ibunya tidak di ketahui.
11. Anak yang di wilayah Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak di ketahui keberadaanya.
12. Anak yang dilahirkan diluar wilayah Indonesia dari seorang ayah da ibu warga negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tsb dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
13. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah di kabulkan permohonan kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau janji setia.
2.Asas Kewarganegaraan
Pada umumnya, asas dalam menentukan kewarganegaraan dibedakan antara asas ius sanguinis dan asas ius soli.
a. Ius soli
Asas ius soli adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang menurut daerah atau negara tempat dimana ia dilahirkan.
Contoh : Seseorang yang dilahirkan di negara A, maka ia akan menjadi warga negara A, walaupun orangtuanya warga negara B. Asas ini di anut oleh negara Inggris, Mesir Amerika Serikat dan lain-lain.
b. Ius sanguinis
Asas ius sanguinis adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang menurut pertalian darah atau keturunan dari orang tsb.
Contoh : Seseorang yang dilahirkan di negara A, tetapi orangtuanya warga negara B, maka orang tsb tetap menjadi warga negara B.(asas ini dianut leh RRC)
1. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau bersdasarkan perjanjian pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum UU ini berlaku sudah menjadi warga negara Indonesia.
2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu warga negara indonesia.
3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara Indonesia dan ibu warga negara asing.
4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah seorang warga negara asing dan ibu warga negara Indonesia.
5. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tsb.
6. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayangya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya warga negara Indonesia.
7. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara Indonesia.
8. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang di akui oleh seorang ayah warga negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tsb berusia 18 tahun atau belum kawin.
9. Anak yang lahir di wilayah republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas kewarganegaraan ayah ibunya.
10. Anak yang baru lahir ditemukan di wilayah Indonesia selam ayah dan ibunya tidak di ketahui.
11. Anak yang di wilayah Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak di ketahui keberadaanya.
12. Anak yang dilahirkan diluar wilayah Indonesia dari seorang ayah da ibu warga negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tsb dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
13. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah di kabulkan permohonan kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau janji setia.
2.Asas Kewarganegaraan
Pada umumnya, asas dalam menentukan kewarganegaraan dibedakan antara asas ius sanguinis dan asas ius soli.
a. Ius soli
Asas ius soli adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang menurut daerah atau negara tempat dimana ia dilahirkan.
Contoh : Seseorang yang dilahirkan di negara A, maka ia akan menjadi warga negara A, walaupun orangtuanya warga negara B. Asas ini di anut oleh negara Inggris, Mesir Amerika Serikat dan lain-lain.
b. Ius sanguinis
Asas ius sanguinis adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang menurut pertalian darah atau keturunan dari orang tsb.
Contoh : Seseorang yang dilahirkan di negara A, tetapi orangtuanya warga negara B, maka orang tsb tetap menjadi warga negara B.(asas ini dianut leh RRC)
3.Pengertian Pewarganegaraan (Naturalisasi)
Pewarganegaraan atau naturalusasi adalah pemerolehan kewarganegaraan bagi negara asing setelah memenuhi syarat sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Didalam UU RI No.12 tahun 2006, permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Telah berusia 18 tahun atau sudah kawin.
2. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertampat tinggal di wilayah negara Indonesia paling singkat 5 tahun berturut-turut atau paling singkat 10 tahun tidak berturut-turut.
3. Sehat jasmani dan rohani.
4. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan UUD negara Republik Indonesia tahun 1945.
5. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana 1 tahun atau lebih.
6. Jika dengan memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadii berkewarganegaraan ganda.
7. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap.
8. Membayar uang pewarganegaraan ke kas negara.
Didalam natuarlisasi istimewa dapat diberikan bagi mereka (warga asing) yang telah berjasa kepada negara RI. kemudian mereka mengucapkan sumpah atau janji setia (tidak perlu memenuhi syarat sebagai mana dalam naturalisasi biasa). Cara ini diberikan oleh presiden dengan persetujuan DPR RI.
Pewarganegaraan atau naturalusasi adalah pemerolehan kewarganegaraan bagi negara asing setelah memenuhi syarat sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Didalam UU RI No.12 tahun 2006, permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Telah berusia 18 tahun atau sudah kawin.
2. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertampat tinggal di wilayah negara Indonesia paling singkat 5 tahun berturut-turut atau paling singkat 10 tahun tidak berturut-turut.
3. Sehat jasmani dan rohani.
4. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan UUD negara Republik Indonesia tahun 1945.
5. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana 1 tahun atau lebih.
6. Jika dengan memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadii berkewarganegaraan ganda.
7. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap.
8. Membayar uang pewarganegaraan ke kas negara.
Didalam natuarlisasi istimewa dapat diberikan bagi mereka (warga asing) yang telah berjasa kepada negara RI. kemudian mereka mengucapkan sumpah atau janji setia (tidak perlu memenuhi syarat sebagai mana dalam naturalisasi biasa). Cara ini diberikan oleh presiden dengan persetujuan DPR RI.
4.Problematika status kewarganegaraan
Apatride merupakan istilah untuk orang-orang yang tidak mempunyai status kewarganegaraan. Sedangkan Bipatride merupakan istilah yang digunaklan untuk orang-orang yang mempunyai status kewarganegaraan rangkap atau dengan istilah lain dikenal dengan dwikewarganegaraan. Sementara yang dimaksud dengan multipatride adalah istilah yang digunakan untuk menyebutkan status kewrganegaraan seseorang yang memiliki 2 atau lebih status kewarganegaraan.
Apatride merupakan istilah untuk orang-orang yang tidak mempunyai status kewarganegaraan. Sedangkan Bipatride merupakan istilah yang digunaklan untuk orang-orang yang mempunyai status kewarganegaraan rangkap atau dengan istilah lain dikenal dengan dwikewarganegaraan. Sementara yang dimaksud dengan multipatride adalah istilah yang digunakan untuk menyebutkan status kewrganegaraan seseorang yang memiliki 2 atau lebih status kewarganegaraan.
Kondisi seseorang dengan status
dwikewarganegaraan, sering terjadi pada penduduk yang tinggal di daerah
perbatasan diantara 2 negara.
Dalam menentukan status kewarganegaraan, pemerintah lazim menggunakan stelsel aktif dan stelsel pasif.
Dalam menentukan status kewarganegaraan, pemerintah lazim menggunakan stelsel aktif dan stelsel pasif.
Berkaitan dengan kedua stelsel tersebut,
sesorang warga negara dalam suatu warga negara pada dasarnya mempunyai hak
opsi dan hak repudiasi.
1. Hak opsi, adalah hak untuk memilih sesuatu kewarganegaraan (dalam stelsel aktif)
2. Hak repudiasi, adalah hak untuk menolak sesuatu kewarganegaraan (dalam stelsel pasif)
3. Cara Mendapatkan dan Kehilangan Kewarganegaraan Indonesia
Pada umumnya ada 2 kelompok warga negara dalam suatu negara, yakni warga negara yang memperoleh status kewrganegaranya melalui stelsel pasif dikenal juga warga negara by opertion of law dan warga negara yang memperoleh status kewarganegaraannya melali stelsel aktif atau dikenal dengan by registration.
1. Hak opsi, adalah hak untuk memilih sesuatu kewarganegaraan (dalam stelsel aktif)
2. Hak repudiasi, adalah hak untuk menolak sesuatu kewarganegaraan (dalam stelsel pasif)
3. Cara Mendapatkan dan Kehilangan Kewarganegaraan Indonesia
Pada umumnya ada 2 kelompok warga negara dalam suatu negara, yakni warga negara yang memperoleh status kewrganegaranya melalui stelsel pasif dikenal juga warga negara by opertion of law dan warga negara yang memperoleh status kewarganegaraannya melali stelsel aktif atau dikenal dengan by registration.
1. Seseorang warga negara juga bisa
kehingan kewarganegaran Indonesia. UU RI No.12 tahun 2006 pasal 23,
menyatakan bahwa seseorang bisa kehiolngan kewarganegaraan indonesia apabila
memenuhi hal-hal berikut :
2. Memperoleh kewarganegaran lain atas kemauannya sendiri.
3. Tidak menolak atau tidak melepas kewarganegaran lain, sedangkan orang yang bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu.
4. Dinyatakan hilang kewarganegaraanya oleh Presiden atas permohonannya sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 tahun atau sudah kawin, bertempat tinggal diluar negeri, dan dengan dinyatakan hilang kewarganegaraan RI tidak menjadi tanpa kewarganegaraanya.
5. Bertempat tinggal diluar wilayah negara Indonesia selama 5 tahun terus menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi warga negara Indonesia sebelum jangka waktu 5 tahun itu berakhir, dan setiap 5 tahun berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan ingin tetap menjadi warga negara Indonesia kepada perwakilan Republik Indonesia di wilayah kerjanya meliputi tempat tingal yang bersangkutan padahal perwakilan Republik Indonesia tersebut telah memberitahukan kepada yang bersangkutan, sepajang yang tidak menjadi tanpa kewarganegaraan.
Seseorang yang kehilangan kewarganegaraan Indonesia dapat memperoleh kembali kewrganegaraannya apabila memenuhi syarat-syarat seperti yang tertera dalam pasal 31 dan 32. UU RI No.3 tahun 1976 tentang perubahan pasal 18 UU No. 62 tahun 1958 yaitu :
1. Seseorang yang kehilangan kewarganegaraan karena 5 tahun berturut-turut tinggal diluar negeri tanpa keterangan, dapat memperoleh kewarganegaraan RI kembali jika ia bertempat tinggal di Indonesia berdasarkan kartu ijin masuk dan menyatakan ingin kembali menjadi warga negara Indonesia
2. Seseorang yang kehilangan kewarganegaraan Rikarna sebab lain, dapat memperoleh kembali kewarganegaraan RI jika ia mlaporkan diri dan menyatakan keterangan untuk kembali ke kewarganegaaan RI kepada perwakilan RI dinegara tempat tinggalnya dalam jangka waktu 1 tahun terhitung sejak tanggal diundangkannya UU No.3 tahun 1976 pada 5 April 1976.
5.Kedudukan Warga Negara di Indonesia
Dalam sistem kewarganegaraan di Indonesia, Kedudukan warga negara pada dasarnya adalah sebagai pilar terwujudnya Negara. Sebagai sebuah negara yang berdaulat dan merdeka Indonesia mempunyai kedudukan yang sama dengan negara lain di dunia, pada dasarnya kedudukan warga negara bagi negara Indonesia diwujudkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan tentang kewarganegaraan, yaitu :
2. Memperoleh kewarganegaran lain atas kemauannya sendiri.
3. Tidak menolak atau tidak melepas kewarganegaran lain, sedangkan orang yang bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu.
4. Dinyatakan hilang kewarganegaraanya oleh Presiden atas permohonannya sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 tahun atau sudah kawin, bertempat tinggal diluar negeri, dan dengan dinyatakan hilang kewarganegaraan RI tidak menjadi tanpa kewarganegaraanya.
5. Bertempat tinggal diluar wilayah negara Indonesia selama 5 tahun terus menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi warga negara Indonesia sebelum jangka waktu 5 tahun itu berakhir, dan setiap 5 tahun berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan ingin tetap menjadi warga negara Indonesia kepada perwakilan Republik Indonesia di wilayah kerjanya meliputi tempat tingal yang bersangkutan padahal perwakilan Republik Indonesia tersebut telah memberitahukan kepada yang bersangkutan, sepajang yang tidak menjadi tanpa kewarganegaraan.
Seseorang yang kehilangan kewarganegaraan Indonesia dapat memperoleh kembali kewrganegaraannya apabila memenuhi syarat-syarat seperti yang tertera dalam pasal 31 dan 32. UU RI No.3 tahun 1976 tentang perubahan pasal 18 UU No. 62 tahun 1958 yaitu :
1. Seseorang yang kehilangan kewarganegaraan karena 5 tahun berturut-turut tinggal diluar negeri tanpa keterangan, dapat memperoleh kewarganegaraan RI kembali jika ia bertempat tinggal di Indonesia berdasarkan kartu ijin masuk dan menyatakan ingin kembali menjadi warga negara Indonesia
2. Seseorang yang kehilangan kewarganegaraan Rikarna sebab lain, dapat memperoleh kembali kewarganegaraan RI jika ia mlaporkan diri dan menyatakan keterangan untuk kembali ke kewarganegaaan RI kepada perwakilan RI dinegara tempat tinggalnya dalam jangka waktu 1 tahun terhitung sejak tanggal diundangkannya UU No.3 tahun 1976 pada 5 April 1976.
5.Kedudukan Warga Negara di Indonesia
Dalam sistem kewarganegaraan di Indonesia, Kedudukan warga negara pada dasarnya adalah sebagai pilar terwujudnya Negara. Sebagai sebuah negara yang berdaulat dan merdeka Indonesia mempunyai kedudukan yang sama dengan negara lain di dunia, pada dasarnya kedudukan warga negara bagi negara Indonesia diwujudkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan tentang kewarganegaraan, yaitu :
1. UUD 1945
Dalam konteks UUD 1945, Kedudukan warga negara dan penduduk diatur dalam pasal 26 yaitu :
1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang warga Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan UU sebagai warga negara.
2. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang tinggal di Indonesai.
3. Hal-hal mengenai warga negara penduduk di atur dengan UU.
2. UU No. 3 tahun 1946
Undang-undang No.3 ialah tentang warga negara dan penduduk negara adalah peraturan derivasi dibawah dibawah UU 1945 yang digunakan untuk menegakan kedudukan Negara RI dengan warga negaranya dan kedudukan penduduk negara RI.
Dalam konteks UUD 1945, Kedudukan warga negara dan penduduk diatur dalam pasal 26 yaitu :
1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang warga Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan UU sebagai warga negara.
2. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang tinggal di Indonesai.
3. Hal-hal mengenai warga negara penduduk di atur dengan UU.
2. UU No. 3 tahun 1946
Undang-undang No.3 ialah tentang warga negara dan penduduk negara adalah peraturan derivasi dibawah dibawah UU 1945 yang digunakan untuk menegakan kedudukan Negara RI dengan warga negaranya dan kedudukan penduduk negara RI.
3. UU No. 62 tahun 1958
UU No.62 tahun 1958 merupakan penyempurnaan dari UU tentang kewarga negaraan yang terdahulu. UU No. 62 tahun 1958 tenang kewarganegaraan RI merupakan produk hukum derivasi dari pasal 5 dan 144 UUD RI 1950 yang sampai saat ini masih berlaku dan tetap digunakan sebagai sumber hakum yang mengatur masalah kewarganegaraan di Indonesai setelah kurang lebih 48 tahun berlaku, dan saat ini dinilai sudah tidak sesuai lagi. Pernasalahan kewarganegaraan yang semakin kompleks ternyata tidak mampu ditampung oleh undang-undang ini.
UU No.62 tahun 1958 merupakan penyempurnaan dari UU tentang kewarga negaraan yang terdahulu. UU No. 62 tahun 1958 tenang kewarganegaraan RI merupakan produk hukum derivasi dari pasal 5 dan 144 UUD RI 1950 yang sampai saat ini masih berlaku dan tetap digunakan sebagai sumber hakum yang mengatur masalah kewarganegaraan di Indonesai setelah kurang lebih 48 tahun berlaku, dan saat ini dinilai sudah tidak sesuai lagi. Pernasalahan kewarganegaraan yang semakin kompleks ternyata tidak mampu ditampung oleh undang-undang ini.
4. UU No.12 tahun 2006
RUU Kewarganegaraan yang baru ini memuat beberapa subtansi dasar yang lebih revolusioner dan aspiratif, seperti :
1. Siapa yang mnjadi warga negara Indonesia
2. Syarat dan tata cara memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia
3. Kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia
4. Syarat dan tata cara memperoleh kembali kewarganegaraan Republik Indonesia
5. Ketentuan pidana
6.Persamaan Kedudukan Warga Negara Indonesia
Warga negara adalah sama kedudukannya, hak dan kewajibannya. Setiap individu mendapat perlakuan yang sama dari negara. Ketentuan ini secara tegas termuat dalam konstitusi tertinggi kita, yaitu UUD 1945 Bab X sampai Bab XIV pasal 27 sampai pasal 34. berikut ini dijelaskan secara lebih rinci terntang persamaan kedudukan warga negara, dalam berbagai bidang kehidupan.
RUU Kewarganegaraan yang baru ini memuat beberapa subtansi dasar yang lebih revolusioner dan aspiratif, seperti :
1. Siapa yang mnjadi warga negara Indonesia
2. Syarat dan tata cara memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia
3. Kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia
4. Syarat dan tata cara memperoleh kembali kewarganegaraan Republik Indonesia
5. Ketentuan pidana
6.Persamaan Kedudukan Warga Negara Indonesia
Warga negara adalah sama kedudukannya, hak dan kewajibannya. Setiap individu mendapat perlakuan yang sama dari negara. Ketentuan ini secara tegas termuat dalam konstitusi tertinggi kita, yaitu UUD 1945 Bab X sampai Bab XIV pasal 27 sampai pasal 34. berikut ini dijelaskan secara lebih rinci terntang persamaan kedudukan warga negara, dalam berbagai bidang kehidupan.
1. Persamaan kedudukan dalam hukum dan
pemerintah
Pasal 27 ayat (1) menyatakan bahwa “segala warga negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.” Pasal ini juga memperlihatkan kepada kita adanya kepedulian adanya hak asasi dalambidang hukum dan politik.
Pasal 27 ayat (1) menyatakan bahwa “segala warga negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.” Pasal ini juga memperlihatkan kepada kita adanya kepedulian adanya hak asasi dalambidang hukum dan politik.
2. Persamaan atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan (ekonomi)
Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Pasal ini memencarkan persamaan akan keadilan sosial dan kerakyatan. Ini berarti hak asasi ekonomi warga negara dijamin dan diatur pelaksanaanya.
Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Pasal ini memencarkan persamaan akan keadilan sosial dan kerakyatan. Ini berarti hak asasi ekonomi warga negara dijamin dan diatur pelaksanaanya.
3. Persamaan dalam hal kemerdekaan
berserikat dan berkumpul (politik)
Pasal 28 E ayat (3) menetapkan warga negara dan setiap orang untuk berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Pasal ini mencerminkan bahwa negara Indonesia bersifat demokratis dan memberi kebebasan yang bertanggung jawab bagi setiap warga negaranya untuk melaksanakan hak dan kewajibannya dalam bidang politik.
Pasal 28 E ayat (3) menetapkan warga negara dan setiap orang untuk berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Pasal ini mencerminkan bahwa negara Indonesia bersifat demokratis dan memberi kebebasan yang bertanggung jawab bagi setiap warga negaranya untuk melaksanakan hak dan kewajibannya dalam bidang politik.
4. Persamaan dalam HAM
Dalam Bab X A tentang hak asai manusia dijelaskan secara tertulis bahwa negara memberikan dan mengakui persamaan setiap warga negara dalam menjalankan HAM. Mekanisme pelaksanaan HAM secara jelas ditetapkan melalui pasal 28 A sampai dengan pasal 28 J.
Dalam Bab X A tentang hak asai manusia dijelaskan secara tertulis bahwa negara memberikan dan mengakui persamaan setiap warga negara dalam menjalankan HAM. Mekanisme pelaksanaan HAM secara jelas ditetapkan melalui pasal 28 A sampai dengan pasal 28 J.
5. Persamaan dalam agama
Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa “negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.” Berdasar pasal ini tersurat jelas bahwa begara menjamin persamaan setiap penduduk untuk memeluk agama sesuai dengan keinginannya. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME dijalankan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa “negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.” Berdasar pasal ini tersurat jelas bahwa begara menjamin persamaan setiap penduduk untuk memeluk agama sesuai dengan keinginannya. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME dijalankan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
6. Persamaan dalam upaya pembelaan negara
Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.” Lebih lanjut, pasal 30 UUD 1945 memuat ketentuan pertahanan dan keamanan negara. Kedua pasal tersebut secara jelas dapat kita ketahui bahwa negara memberikan kesempatan yang sama kepada setiap warga negara yang ingin membela Indonesia.
Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.” Lebih lanjut, pasal 30 UUD 1945 memuat ketentuan pertahanan dan keamanan negara. Kedua pasal tersebut secara jelas dapat kita ketahui bahwa negara memberikan kesempatan yang sama kepada setiap warga negara yang ingin membela Indonesia.
7. Pesamaan dalam bidang pendidikan dan
kebudayaan
Pasal 31 dan 32 UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak dan kedudukan yang sama dalam masalah pendidikan dan kebudayaan. Kedua pasal ini menunjukan bahwa begitu konsen dan peduli terhadap pendidikan dan kebudayaan warga negara Indonesia. Setiap warga negara mendapat porsi yang sama dalam kedua masalah ini.
Pasal 31 dan 32 UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak dan kedudukan yang sama dalam masalah pendidikan dan kebudayaan. Kedua pasal ini menunjukan bahwa begitu konsen dan peduli terhadap pendidikan dan kebudayaan warga negara Indonesia. Setiap warga negara mendapat porsi yang sama dalam kedua masalah ini.
8. Persamaan dalam perekonomian dan
kesejahteraan sosial
Persamaan kedudukan warga negara dalam perekonomian dan kesejahteraan diatur dalam Bab XIV pasal 33 dan 34. pasal 33 mengatur masalah perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas asas kekeluargaan dengan prinsip demokrasi ekonomi untuk kemakmuran rakyat secara keseluruhan. Selanjutnya pasal 34 memuat ketentuan tentang kesejahteraan sosial dan jaminan sosial diman fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara (pasal 1) dan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak (pasal 3).
Persamaan kedudukan warga negara dalam perekonomian dan kesejahteraan diatur dalam Bab XIV pasal 33 dan 34. pasal 33 mengatur masalah perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas asas kekeluargaan dengan prinsip demokrasi ekonomi untuk kemakmuran rakyat secara keseluruhan. Selanjutnya pasal 34 memuat ketentuan tentang kesejahteraan sosial dan jaminan sosial diman fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara (pasal 1) dan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak (pasal 3).
7Menghargai Persamaan Kedudukan Warga
Negara di Indonesia
Dalam NKRI, semua warga negar mempunyai kedudukan yang sama dalam bidang ekonomi, politik, hukum, sosial, budaya, agama dan pertahanan keamanan.
Dalam NKRI, semua warga negar mempunyai kedudukan yang sama dalam bidang ekonomi, politik, hukum, sosial, budaya, agama dan pertahanan keamanan.
Berikut ini dijelaskan lebih lanjut wujud
persamaan kedudukan warga negara di indonesia dalam berbagai bidang kehidupan.
1. Bidang ekonomi
Setiap individu memiliki kesamaan untuk melakukan usaha ekonomi seperti berdagang, bertani, berkebun, menjual jasa, dsb. Untuk memenuhi dan meningkatkan taraf hidupnya.
2. Bidang budaya
Setiap warga negara mempunyai kesamaan hak dalam mengembangkan seni, misalnya berkreasi dalam seni tari, seni lukisseni musik seni pahat seni bangunan dsb.
3. Bidang politik
Setiap orang memiliki hak politik yang sama, yakni individu berhak memilih, menjadi anggota salah satu partai, atau mendirikan partai politik.
4. Bidang hukum setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama, yakni berhak untuk mengadakan pembelaan, penuntutan, berperkara di depan pengadilan, dsb.
5. Bidang agama setiap warga negara di berikan kedudukan yang sama dalam memeluk agama, menjalankan ibadah dan ritual keagamaannya, berpindah agama ataupun belajar tentang agama tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.
Sebagai warga negara yang baik serta guna terwujudnya persamaan harkat dan martabat warga negara sebagai manusia, secara bersama-sama kita wajib saling menghargai , menghormati prinsip persamaan kedudukan sesama warga negara.
1. Bidang ekonomi
Setiap individu memiliki kesamaan untuk melakukan usaha ekonomi seperti berdagang, bertani, berkebun, menjual jasa, dsb. Untuk memenuhi dan meningkatkan taraf hidupnya.
2. Bidang budaya
Setiap warga negara mempunyai kesamaan hak dalam mengembangkan seni, misalnya berkreasi dalam seni tari, seni lukisseni musik seni pahat seni bangunan dsb.
3. Bidang politik
Setiap orang memiliki hak politik yang sama, yakni individu berhak memilih, menjadi anggota salah satu partai, atau mendirikan partai politik.
4. Bidang hukum setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama, yakni berhak untuk mengadakan pembelaan, penuntutan, berperkara di depan pengadilan, dsb.
5. Bidang agama setiap warga negara di berikan kedudukan yang sama dalam memeluk agama, menjalankan ibadah dan ritual keagamaannya, berpindah agama ataupun belajar tentang agama tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.
Sebagai warga negara yang baik serta guna terwujudnya persamaan harkat dan martabat warga negara sebagai manusia, secara bersama-sama kita wajib saling menghargai , menghormati prinsip persamaan kedudukan sesama warga negara.
MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
Model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
A. Pengertian pembelajaran terpadu
Menurut guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Prof. Dr. Sri Anitah Wiryawan, M.Pd. (Pikiran Rakyat, 11 April 2003) kurikulum terpadu adalah suatu pendekatan untuk mengorganisasikan kurikulum dengan cara menghapus garis batas mata pelajaran yang terpisah-pisah, sedangkan pembelajaran terpadu merupakan
metode pengorganisasian pembelajaran yang menggunakan beberapabidang mata pelajaran yang sesuai.
Istilah kurikulum terpadu dengan pembelajaran terpadu dalam penggunaannya dapat saling dipertukarkan. Pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu startegi pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan atau membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi anak (Atkinson, 1989:9dalam Ahmad). Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pembelajaran terpadu didasarkan pada pendekatan inquiry, yaitu melibatkan siswa mulai dari merencanakan, mengeksplorasi, dan brain storming dari siswa. Dengan pendekatan terpadu siswa didorong untuk berani bekerja secara kelompok dan belajar dari hasil pengalamannya sendiri.
A. Pengertian pembelajaran terpadu
Menurut guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Prof. Dr. Sri Anitah Wiryawan, M.Pd. (Pikiran Rakyat, 11 April 2003) kurikulum terpadu adalah suatu pendekatan untuk mengorganisasikan kurikulum dengan cara menghapus garis batas mata pelajaran yang terpisah-pisah, sedangkan pembelajaran terpadu merupakan
metode pengorganisasian pembelajaran yang menggunakan beberapabidang mata pelajaran yang sesuai.
Istilah kurikulum terpadu dengan pembelajaran terpadu dalam penggunaannya dapat saling dipertukarkan. Pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu startegi pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan atau membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi anak (Atkinson, 1989:9dalam Ahmad). Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pembelajaran terpadu didasarkan pada pendekatan inquiry, yaitu melibatkan siswa mulai dari merencanakan, mengeksplorasi, dan brain storming dari siswa. Dengan pendekatan terpadu siswa didorong untuk berani bekerja secara kelompok dan belajar dari hasil pengalamannya sendiri.
Collins dan Dixon (1991:6 dalam Ahmad)
menyatakan tentang pembelajaran terpadu sebagai berikut :
integrated learning occurs when an authentic event or exploration of a topic in the driving force in the curriculum.
Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pelaksanaannya anak dapat diajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian, siswa belajar proses dan isi (materi) lebih dari satu
bidang studi pada waktu yang sama.
Pembelajaran terpadu sangat memperhatikan kebutuhan anak sesuai dengan perkembangannya yang holistik dengan melibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran baik fisik maupun emosionalnya. Untuk itu aktivitas yang diberikan meliputi aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan yang holistik, bermakna, dan otentik sehingga siswa dapat menerapkan perolehan belajar untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran terpadu juga menekankan integrasi berbagai aktivitas untuk mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang merupakan kejadian-kejadian, fakta, dan peristiwa yang otentik.
Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu bermakna bagi anak. Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar tidak digunakan secara terpisah-pisah, tetapi merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh dan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa.
Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intramata pelajaran maupun antarmata pelajaran.
Prabowo (2000:3) mengatakan bahwa pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa ciri yaitu :
1. berpusat pada siswa (student centered)
2. proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung
3. pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas.
integrated learning occurs when an authentic event or exploration of a topic in the driving force in the curriculum.
Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pelaksanaannya anak dapat diajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian, siswa belajar proses dan isi (materi) lebih dari satu
bidang studi pada waktu yang sama.
Pembelajaran terpadu sangat memperhatikan kebutuhan anak sesuai dengan perkembangannya yang holistik dengan melibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran baik fisik maupun emosionalnya. Untuk itu aktivitas yang diberikan meliputi aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan yang holistik, bermakna, dan otentik sehingga siswa dapat menerapkan perolehan belajar untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran terpadu juga menekankan integrasi berbagai aktivitas untuk mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang merupakan kejadian-kejadian, fakta, dan peristiwa yang otentik.
Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu bermakna bagi anak. Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar tidak digunakan secara terpisah-pisah, tetapi merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh dan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa.
Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intramata pelajaran maupun antarmata pelajaran.
Prabowo (2000:3) mengatakan bahwa pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa ciri yaitu :
1. berpusat pada siswa (student centered)
2. proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung
3. pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas.
Jadi, sesuai dengan pengertian-pengertian
di atas, bahwa dengan adanya pemaduan itu siswa akan memperoleh pengetahuan
dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi
siswa. Bermakna disini memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu siswa
akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman
langsung dan nyata yang menghubungkan antarkonsep dalam intramata pelajaran
maupun antarmata pelajaran. Pembelajaran terpadu tampak lebih menekankan
keterlibatan siswa dalam belajar, sehingga siswa terlibat aktif dalam proses
pembelajaran untuk pembuatan keputusan. Setiap siswa memerlukan bekal
pengetahuan dan kecakapan agar dapat hidup di masyarakat dan bakal ini
diharapkan diperoleh melalui pengalaman belajar di sekolah. Oleh karena itu
pengalaman belajar di sekolah sedapat mungkin memberikan bekal siswa dalam
mencapai kecakapan untuk berkarya. Kecakapan ini disebut kecakapan hidup yang
cakupannya lebih luas dibanding hanya sekedar keterampilan.
B. Karakteristik Pembelajaran Terpadu
Sebagai suatu proses, pembelajaran terpadu memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Pembalajaran terpusat pada anak
Pembalajaran terpadu dikatakan sebagai pembelajaran yang berpusat pada anak, karena pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara individu maupun secara kelompok. Siswa dapat aktif mencari, menggali, dan manemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.
2. Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antarskemata yang dimiliki oleh siswa, sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil yang nyata didapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari dan mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna.hal ini diharapkan dapat berakibat pada kemampuan siswa untuk dapat menerapakan perolahan belajaranya pada pemecahan masalah-masalah yang nyata dalam kehidupannya.
3. Belajar melalui proses pengalaman langsung
Pada pembelajaran terpadu diprogramkan untuk melibatkan siswa secara langsung pada konsep dan prisip yang dipelajari dan memungkinkan siswa belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung. Sehingga siswa akan memahami hasil belajarnya secara langsung dan kemudian siswa akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator yang membimbing kearah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan siswa sebagai aktor pencari fakta dan informasi untuk mengembangkan pengetahuannya.
4. Lebih memperhatikan proses daripada hasil semata
Pada pembelajaran terpadu dikembangkan pendekatan discovery inquiry (penemuan terbimbing) yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses evaluasi. Pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan melihat keinginan, minat, dan kemampua siswa sehingga memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar terus-menerus.
5. Sarat dengan muatan keterkaitan
Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.
B. Karakteristik Pembelajaran Terpadu
Sebagai suatu proses, pembelajaran terpadu memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Pembalajaran terpusat pada anak
Pembalajaran terpadu dikatakan sebagai pembelajaran yang berpusat pada anak, karena pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara individu maupun secara kelompok. Siswa dapat aktif mencari, menggali, dan manemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.
2. Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antarskemata yang dimiliki oleh siswa, sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil yang nyata didapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari dan mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna.hal ini diharapkan dapat berakibat pada kemampuan siswa untuk dapat menerapakan perolahan belajaranya pada pemecahan masalah-masalah yang nyata dalam kehidupannya.
3. Belajar melalui proses pengalaman langsung
Pada pembelajaran terpadu diprogramkan untuk melibatkan siswa secara langsung pada konsep dan prisip yang dipelajari dan memungkinkan siswa belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung. Sehingga siswa akan memahami hasil belajarnya secara langsung dan kemudian siswa akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator yang membimbing kearah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan siswa sebagai aktor pencari fakta dan informasi untuk mengembangkan pengetahuannya.
4. Lebih memperhatikan proses daripada hasil semata
Pada pembelajaran terpadu dikembangkan pendekatan discovery inquiry (penemuan terbimbing) yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses evaluasi. Pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan melihat keinginan, minat, dan kemampua siswa sehingga memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar terus-menerus.
5. Sarat dengan muatan keterkaitan
Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.
C. Tujuan Pembelajaran Terpadu
Pembalajaran terpadu dikembangkan selain untuk mencapai tujuan pembalajaran yang telah
ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat :
1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna,
2. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan informasi,
3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan,
4. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain,
5. Meningkatkan minat dalam belajar,
6. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
Pembalajaran terpadu dikembangkan selain untuk mencapai tujuan pembalajaran yang telah
ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat :
1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna,
2. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan informasi,
3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan,
4. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain,
5. Meningkatkan minat dalam belajar,
6. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
D. Kemanfaatan Pembalajaran Terpadu
Ada beberapa manfaat dalam menggunakan pembelajara terpadu, yaitu :
1. Memungkinkan anak mengekplorasi dan mengekpresikan pengetahuan dan keterampilannya melalui berbagai kegiatan.
2. Meningkatkan pemahaman anak secara komprehensif.
3. Meningkatkan kecakapan berpikir anak
4. Banyak topik yang tertuang di setiap mata pelajaran mempunyai keterkaiatan konsep dengan yang dipelajari siswa.
5. Pada pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memanfaatkan keterampilannya yang dikembangkan dari mempelajari keterkaitan antarmata pelajaran.
6. Pembelajaran terpadu melatih siswa untuk semakin banyak membuat hubungan inter dan antarmata pelajaran, sehingga siswa mampu memproses informasi dengan cara yang sesuai daya pikirnya dan memungkinkan berkembangnya jaringan konsep-konsep.
7. Pembalajaran terpadu membantu siswa dapat memecahkan masalah dan berpikir kritis untuk dapat dikembangkan melalui keterampilan dalam situasi nyata.
8. Daya ingat (retensi) terhadap materi yang dipelajari siswa dapat ditingkatkan dengan jalan memberikan topik-topik dalam berbagai ragam situasi dan berbagai ragam kondisi.
9. Dalam pembelajaran terpadu transfer pembelajaran dapat mudah terjadi bila situasi pembelajaran dekat dengan situasi kehidupan nyata.
10. Meningkatkan interaksi sosial anak.
11. Meningkatkan profesionalisme guru.
Ada beberapa manfaat dalam menggunakan pembelajara terpadu, yaitu :
1. Memungkinkan anak mengekplorasi dan mengekpresikan pengetahuan dan keterampilannya melalui berbagai kegiatan.
2. Meningkatkan pemahaman anak secara komprehensif.
3. Meningkatkan kecakapan berpikir anak
4. Banyak topik yang tertuang di setiap mata pelajaran mempunyai keterkaiatan konsep dengan yang dipelajari siswa.
5. Pada pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memanfaatkan keterampilannya yang dikembangkan dari mempelajari keterkaitan antarmata pelajaran.
6. Pembelajaran terpadu melatih siswa untuk semakin banyak membuat hubungan inter dan antarmata pelajaran, sehingga siswa mampu memproses informasi dengan cara yang sesuai daya pikirnya dan memungkinkan berkembangnya jaringan konsep-konsep.
7. Pembalajaran terpadu membantu siswa dapat memecahkan masalah dan berpikir kritis untuk dapat dikembangkan melalui keterampilan dalam situasi nyata.
8. Daya ingat (retensi) terhadap materi yang dipelajari siswa dapat ditingkatkan dengan jalan memberikan topik-topik dalam berbagai ragam situasi dan berbagai ragam kondisi.
9. Dalam pembelajaran terpadu transfer pembelajaran dapat mudah terjadi bila situasi pembelajaran dekat dengan situasi kehidupan nyata.
10. Meningkatkan interaksi sosial anak.
11. Meningkatkan profesionalisme guru.
E. Model-model pembelajaran terpadu
1. Pembelajaran Terpadu Tipe Terhubung
(Connected)
Connected Model adalah model pengembangan kurikulum yang menggabungkan secara jelas satu topik dengan topik berikutnya, satu konsep dengan konsep lainnya, satu kemampuan dengan kemampuan lainnya, kegiatan satu hari dengan hari lainnya, dalam satu mata pelajaran.
Contoh pengajaran menggunakan pembelajaran terpadu tipe terhubung (connected) :
Guru menghubungkan/menggabungkan konsep matematika tentang uang dengan konsep jual beli, untung rugi, simpan pinjam, dan bunga.
a. Kelebihan
1. Guru akan dapat melihat gambaran yang menyeluruh dan kemampuan/indikator yang digabungkan;
2. kegiatan anak lebih terarah untuk mencapai kemampuan yang tertera pada indikator;
3. siswa memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang suatu konsep sehingga transfer pengetahuan akan sangat mudah karena konsep-konsep pokok dikembangkan terus-menerus;
4. siswa dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan juga siswa diberi kesempatan untuk melakukan pedalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara bertahap.
Connected Model adalah model pengembangan kurikulum yang menggabungkan secara jelas satu topik dengan topik berikutnya, satu konsep dengan konsep lainnya, satu kemampuan dengan kemampuan lainnya, kegiatan satu hari dengan hari lainnya, dalam satu mata pelajaran.
Contoh pengajaran menggunakan pembelajaran terpadu tipe terhubung (connected) :
Guru menghubungkan/menggabungkan konsep matematika tentang uang dengan konsep jual beli, untung rugi, simpan pinjam, dan bunga.
a. Kelebihan
1. Guru akan dapat melihat gambaran yang menyeluruh dan kemampuan/indikator yang digabungkan;
2. kegiatan anak lebih terarah untuk mencapai kemampuan yang tertera pada indikator;
3. siswa memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang suatu konsep sehingga transfer pengetahuan akan sangat mudah karena konsep-konsep pokok dikembangkan terus-menerus;
4. siswa dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan juga siswa diberi kesempatan untuk melakukan pedalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara bertahap.
b. Kekurangan
1. model ini belum memberikan gambaran yang menyeluruh karena belum menggabungkan bidang-bidang pengembangan/mata pelajaran yang lain;
2. model ini kurang mendorong guru bekerja sama karena relatif mudah dilaksanakan secara mandiri;
3. bagi guru bidang studi mungkin kurang terdorong untuk menghubungkan konsep yang terkait karena sukarnya mengatur waktu untuk merundingkannya atau karena terfokus pada keterkaitan konsep, maka pembelajaran secara global jadi terabaikan.
1. model ini belum memberikan gambaran yang menyeluruh karena belum menggabungkan bidang-bidang pengembangan/mata pelajaran yang lain;
2. model ini kurang mendorong guru bekerja sama karena relatif mudah dilaksanakan secara mandiri;
3. bagi guru bidang studi mungkin kurang terdorong untuk menghubungkan konsep yang terkait karena sukarnya mengatur waktu untuk merundingkannya atau karena terfokus pada keterkaitan konsep, maka pembelajaran secara global jadi terabaikan.
2. Pembelajaran Terpadu Model Jaring
Laba-Laba (Webbed)
Tahapan atau Langkah untuk membuat rancangan pembelajaran terpadu dengan model jaring laba-laba di TK, yaitu:
1. mempelajari kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator setiapbidang pengembangan untuk masing-masing kelompok usia;
2. mengidentifikasi tema dan subtema dan memetakannya dalam jaring tema;
3. mengidentifikasi indikator pada setiap kompetensi bidang pengembangan melalui tema dan subtema;
4. menentukan kegiatan pada setiap bidang pengembangan dengan mengacu pada indikator yang akan dicapai dan subtema yang dipilih;
5. menyusun Rencana Kegiatan Mingguan;
6. menyusun Rencana Kegiatan Harian.
Contoh dari penggunaan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba (webbed) ini adalah : siswa dan guru menentukan tema misalnya air, maka guru-guru mata pelajaran dapat mengajarkan tema air itu ke dalam sub-sub tema misalnya siklus air, kincir air, air waduk, air sungai, bisnis air dari PDAM yang tergabung dalam mata pelajaran matematika, IPS, IPA, dan Bahasa.
a. Kelebihan
1. Siswa adalah diperolehnya pandangan hubungan yang utuh tentang kegiatan dari ilmu-ilmu yang berbeda;
2. faktor motivasi berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat siswa;
3. siswa dapat dengan mudah melihat bagaimana kegiatan yang berbeda dan ide yang berbeda dapat saling berhubungan.
Tahapan atau Langkah untuk membuat rancangan pembelajaran terpadu dengan model jaring laba-laba di TK, yaitu:
1. mempelajari kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator setiapbidang pengembangan untuk masing-masing kelompok usia;
2. mengidentifikasi tema dan subtema dan memetakannya dalam jaring tema;
3. mengidentifikasi indikator pada setiap kompetensi bidang pengembangan melalui tema dan subtema;
4. menentukan kegiatan pada setiap bidang pengembangan dengan mengacu pada indikator yang akan dicapai dan subtema yang dipilih;
5. menyusun Rencana Kegiatan Mingguan;
6. menyusun Rencana Kegiatan Harian.
Contoh dari penggunaan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba (webbed) ini adalah : siswa dan guru menentukan tema misalnya air, maka guru-guru mata pelajaran dapat mengajarkan tema air itu ke dalam sub-sub tema misalnya siklus air, kincir air, air waduk, air sungai, bisnis air dari PDAM yang tergabung dalam mata pelajaran matematika, IPS, IPA, dan Bahasa.
a. Kelebihan
1. Siswa adalah diperolehnya pandangan hubungan yang utuh tentang kegiatan dari ilmu-ilmu yang berbeda;
2. faktor motivasi berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat siswa;
3. siswa dapat dengan mudah melihat bagaimana kegiatan yang berbeda dan ide yang berbeda dapat saling berhubungan.
b. Kekurangan
1. kecenderungan untuk mengambil tema sangat dangkal sehingga kurang bermanfaat bagi siswa;
2. seringkali guru terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi terabaikan;
3. memerlukan keseimbangan antara kegiatan dan pengembangan materi pelajaran.
1. kecenderungan untuk mengambil tema sangat dangkal sehingga kurang bermanfaat bagi siswa;
2. seringkali guru terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi terabaikan;
3. memerlukan keseimbangan antara kegiatan dan pengembangan materi pelajaran.
3. Pembelajaran Terpadu Model Integrated
(Terpadu)
Integrated Model adalah model pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan lintas bidang ilmu utama dengan mencari keterampilan, konsep dan sikap yang tumpangtindih. Dalam konteks pembelajaran TK, Integrated Model adalah model pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan lintas bidang pengembangan. Model ini berusaha memberikan gambaran yang utuh pada anak tentang tujuan melakukan kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam bidang-bidang pengembangan.
Contoh penerapan pembelajaran terpadu tipe keterpaduan adalah : Pada awalnya guru menyeleksi konsep-konsep keterampilan dan nilai sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa mata pelajaran misalnya: matematika, IPS, IPA dan Bahasa. Selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan dan nilai sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara beberapa mata pelajaran.
a. Kelebihan
1. Guru akan dapat melihat gambaran yang menyeluruh dari kemampuan yang dikembangkan dari berbagai bidang studi/mata pelajaran;
2. memberikan kegiatan yang lebih terarah pada tiap bidang pengembangan untuk mencapai kemampuan yang telah ditentukan pada indikator;
3. siswa merasa senang dengan adanya keterkaitan dan hubungan timbale balik antar berbagai disiplin ilmu;
4. memperluas wawasan dan apresiasi guru.
Integrated Model adalah model pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan lintas bidang ilmu utama dengan mencari keterampilan, konsep dan sikap yang tumpangtindih. Dalam konteks pembelajaran TK, Integrated Model adalah model pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan lintas bidang pengembangan. Model ini berusaha memberikan gambaran yang utuh pada anak tentang tujuan melakukan kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam bidang-bidang pengembangan.
Contoh penerapan pembelajaran terpadu tipe keterpaduan adalah : Pada awalnya guru menyeleksi konsep-konsep keterampilan dan nilai sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa mata pelajaran misalnya: matematika, IPS, IPA dan Bahasa. Selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan dan nilai sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara beberapa mata pelajaran.
a. Kelebihan
1. Guru akan dapat melihat gambaran yang menyeluruh dari kemampuan yang dikembangkan dari berbagai bidang studi/mata pelajaran;
2. memberikan kegiatan yang lebih terarah pada tiap bidang pengembangan untuk mencapai kemampuan yang telah ditentukan pada indikator;
3. siswa merasa senang dengan adanya keterkaitan dan hubungan timbale balik antar berbagai disiplin ilmu;
4. memperluas wawasan dan apresiasi guru.
b. Kekurangan
1. Cukup sulit dilaksanakan karena membutuhkan guru yang berkemampuan tinggi dan yakin dengan konsep dan kemampuan yang akan dikembangkan di setiap bidang pengembangan;
2. kurang efektif karena membutuhkan kerjasama dari banyak guru;
3. sulit mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya, juga mencari keterkaitan aspek keterampilan yang terkait;
4. dibutuhkan banyak waktu pada beberapa mata pelajaran untuk didiskusikan guna mencari keterkaitan dan mencari tema.
1. Cukup sulit dilaksanakan karena membutuhkan guru yang berkemampuan tinggi dan yakin dengan konsep dan kemampuan yang akan dikembangkan di setiap bidang pengembangan;
2. kurang efektif karena membutuhkan kerjasama dari banyak guru;
3. sulit mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya, juga mencari keterkaitan aspek keterampilan yang terkait;
4. dibutuhkan banyak waktu pada beberapa mata pelajaran untuk didiskusikan guna mencari keterkaitan dan mencari tema.
F. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran
Terpadu
1. Kelebihan
Kelebihan tersebut didasari oleh beberapa alasan.
1. Materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak dengan mudah memahami sekaligus melakukannya.
2. Siswa juga dengan mudah dapat mengaitkan hubungan materi pelajaran di mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya.
3. Dengan bekerja dalam kelompok, siswa juga dapat mengembangkan kemampuan belajarnya dalam aspek afektif dan psikomotorik, selain aspek kognitif.
4. Pembelajaran terpadu mengakomodir jenis kecerdasan siswa.
5. Dengan pendekatan pembelajaran terpadu guru dapat dengan mudah menggunakan belajar siswa aktif sebagai metode pembelajaran.
2. Kekurangan
1. Aspek Guru: Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu akan sulit terwujud.
2. Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menggali dan menemukan). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
3. Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.
4. Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.
5. Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.
6. Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.
G. Cara/Strategi Pembalajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu memadukan siswa dan memadukan materi-materidari matapelajaran-matapelajaran.
1. Integrasi melalui pemaduan siswa
Cara ini memadukan beberapa kelas menjadi satu kelas, sehingga 1 pembelajaran kelas diikuti oleh lebih dari satu tungkat usia siswa. Misalnya kelas 1 dan kelas 2 SD diajar matematika bersama-sama. Cara ini tentunya memerlukan keahlian guru untuk memberikan tugas yang bertingkat sehingga siswa belajar dari yang mudah menuju tingkat yang lebih sulit. Siswa kelas 1 dapat belajar dari siswa yang lebih tua dan lebih pengetahuannya, sedangkan siswa yang lebih tua (kelas 2) dapat mengajarkan pengetahuannya kepada siswa yang lebih muda.
2. Integrasi materi/mata pelajaran
Cara ini memadukan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu kesatuan kegiatan pembelajaran. Dalam 1 kegiatan pembelajaran siswa belajar berbagai mata pelajaran misal matematika, Bahasa, IPA, dan IPS. Cara ini biasanya dilakukan dengan memadukan topik-topik (tema-tema) menjadi satu kesatuan tema yang disebut tematik unit. Tematik unit merupakan rangkaian tema yang dikembangkan dari suatu tema dasar. Sedangkan tema dasar merupakan pilihan atau kesepakatan antara guru dengan siswa berdasarkan kajian keseharian yang dialami siswa dengan penyesuaian dari materi-materi yang ada pada kurikulum. Selanjutnya tema dasar tersebut dikembangkan menjadi banyak tema yang disebut unit tema (subtema).
Kelebihan tersebut didasari oleh beberapa alasan.
1. Materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak dengan mudah memahami sekaligus melakukannya.
2. Siswa juga dengan mudah dapat mengaitkan hubungan materi pelajaran di mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya.
3. Dengan bekerja dalam kelompok, siswa juga dapat mengembangkan kemampuan belajarnya dalam aspek afektif dan psikomotorik, selain aspek kognitif.
4. Pembelajaran terpadu mengakomodir jenis kecerdasan siswa.
5. Dengan pendekatan pembelajaran terpadu guru dapat dengan mudah menggunakan belajar siswa aktif sebagai metode pembelajaran.
2. Kekurangan
1. Aspek Guru: Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu akan sulit terwujud.
2. Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menggali dan menemukan). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
3. Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.
4. Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.
5. Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.
6. Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.
G. Cara/Strategi Pembalajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu memadukan siswa dan memadukan materi-materidari matapelajaran-matapelajaran.
1. Integrasi melalui pemaduan siswa
Cara ini memadukan beberapa kelas menjadi satu kelas, sehingga 1 pembelajaran kelas diikuti oleh lebih dari satu tungkat usia siswa. Misalnya kelas 1 dan kelas 2 SD diajar matematika bersama-sama. Cara ini tentunya memerlukan keahlian guru untuk memberikan tugas yang bertingkat sehingga siswa belajar dari yang mudah menuju tingkat yang lebih sulit. Siswa kelas 1 dapat belajar dari siswa yang lebih tua dan lebih pengetahuannya, sedangkan siswa yang lebih tua (kelas 2) dapat mengajarkan pengetahuannya kepada siswa yang lebih muda.
2. Integrasi materi/mata pelajaran
Cara ini memadukan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu kesatuan kegiatan pembelajaran. Dalam 1 kegiatan pembelajaran siswa belajar berbagai mata pelajaran misal matematika, Bahasa, IPA, dan IPS. Cara ini biasanya dilakukan dengan memadukan topik-topik (tema-tema) menjadi satu kesatuan tema yang disebut tematik unit. Tematik unit merupakan rangkaian tema yang dikembangkan dari suatu tema dasar. Sedangkan tema dasar merupakan pilihan atau kesepakatan antara guru dengan siswa berdasarkan kajian keseharian yang dialami siswa dengan penyesuaian dari materi-materi yang ada pada kurikulum. Selanjutnya tema dasar tersebut dikembangkan menjadi banyak tema yang disebut unit tema (subtema).
H. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran
Terpadu
Pada dasarnya ada 2 tahap yang harus dilalui dalam prosedur pembelajaran terpadu yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi.
1. Tahap Perencanaan Pembelajaran Terpadu
Perencanaan pembelajaran pada dasarnya adalah rangkaian yang memuat isi dan kegiatan pembelajaran yang bersifat menyeluruh dan sistematis, yang akan digunakan sebagai pedoman oleh guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Dalam pembalajaran terpadu perencanaan yang harus dilakukan seorang guru adalah sebagai berikut :
a. Pemilihan tema dan unit-unit tema
Pemilihan tema ini dapat dating dari staf pengajar yaitu guru kelas atau guru bidang studi dan siswa. Biasanya guru yang memilih tema dasarnya dan dengan musyawarah siswa memilih unit tema. Pemilihan tema dasar yang dilakukan oleh guru dengan mengaju pada tema dan materi-materi pada pokok bahasan pada setiap mata pelajaran yang terdapat pada kurikulum. Tema dapat juga dipilih berdasarkan pertimbangan lain, yaitu tema yang dipilih merupakan consensus antar siswa, misal dari buku-buku bacaan, pengalaman, minat, isu-isu, yang sedang beredar di masyarakat dengan mengingat ketersediaan sarana dan sumber belajar yang sesuai dengan tingkat perkembanagn siswa.
1) Tema dasar-Unit tema
Tema dapat muncul dari siswa, kemudian guru yang mengorganisir atau guru melontarkan tema dasar, kemudian siswa mengembangkan unit temanya.
2) Curah pendapat
Curah pendapat ini bermanfaat untuk memunculkan tema dasar kemudian dikembangkan menjadi unit tema. Setelah tema dasar dan unit tema dipilih maka akan terbentuk jaring-jaring.
Pada dasarnya ada 2 tahap yang harus dilalui dalam prosedur pembelajaran terpadu yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi.
1. Tahap Perencanaan Pembelajaran Terpadu
Perencanaan pembelajaran pada dasarnya adalah rangkaian yang memuat isi dan kegiatan pembelajaran yang bersifat menyeluruh dan sistematis, yang akan digunakan sebagai pedoman oleh guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Dalam pembalajaran terpadu perencanaan yang harus dilakukan seorang guru adalah sebagai berikut :
a. Pemilihan tema dan unit-unit tema
Pemilihan tema ini dapat dating dari staf pengajar yaitu guru kelas atau guru bidang studi dan siswa. Biasanya guru yang memilih tema dasarnya dan dengan musyawarah siswa memilih unit tema. Pemilihan tema dasar yang dilakukan oleh guru dengan mengaju pada tema dan materi-materi pada pokok bahasan pada setiap mata pelajaran yang terdapat pada kurikulum. Tema dapat juga dipilih berdasarkan pertimbangan lain, yaitu tema yang dipilih merupakan consensus antar siswa, misal dari buku-buku bacaan, pengalaman, minat, isu-isu, yang sedang beredar di masyarakat dengan mengingat ketersediaan sarana dan sumber belajar yang sesuai dengan tingkat perkembanagn siswa.
1) Tema dasar-Unit tema
Tema dapat muncul dari siswa, kemudian guru yang mengorganisir atau guru melontarkan tema dasar, kemudian siswa mengembangkan unit temanya.
2) Curah pendapat
Curah pendapat ini bermanfaat untuk memunculkan tema dasar kemudian dikembangkan menjadi unit tema. Setelah tema dasar dan unit tema dipilih maka akan terbentuk jaring-jaring.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi
dalam penentuan tema, yaitu :
• Penentuan tema merupakan hasil ramuan dari berbagai materi di dalam satu atau beberapa mata pelajaran.
• Tema diangkat sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran yang terpadu dalam materi pelajaran, prosedur penyampaian, serta pemaknaan pengalaman belajar oleh para siswa.
• Tema disesuaikan dengan karakteristik belajar siswa sehingga asas perkembangan berpikir anak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
• Tema harus bersifat cukup problematik atau popular sehingga membuka kemungkinan luas untuk melaksanakan pembelajaran yang beragam yang mengandung substansif yang lebih luas yang apabila dibandingkan dengan pembelajaran yang biasa.
Beberapa prosedur pemilihan tema adalah sebagai berikut :
Model ke-1
Pada model ini tema sudah ditentukan atau dipilih oleh guru berdasar pada beberapa kurikulum beberapa mata pelajaran yang kemudian dapat dikembangkan menjadi sub-sub tema atau unit tema.
Model ke-2
Pada model ini tema ditentukan bersama antara guru dengan siswa. Meskipun demikian tema tidak boleh lepas dari materi yang akan dipelajari.
Model ke-3
Pada model ini tema ditentukan oleh siswa dengan bimbingan guru.
b. Langkah perencanaan aktivitas
Langkah perencanaan aktivitas di sini meliputi : pemilihan sumber, pemilihan aktivitas, dan perencanaan evaluasi. Evaluasi dalam pembalajaran terpadu meliputi berikut ini :
1. Janis evaluasi yaitu evaluasi otentik.
2. Sasaran evaluasi berupa proses dan dan hasil belajar siswa.
3. Aspek yang dievaluasi. Keseluruhan aspek kepribadian siswa dievaluasi yaitu
meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
4. Teknik-teknik evaluasi yang digunakan meliputi :
a. Observasi (mengamati prilaku hasil belajar siswa) dengan menggunakan daftar cek atau skala penilaian.
b. Wawancara guru dan siswa dengan menggunakan pedoman wawancara.
c. Evaluasi siswa
d. Jurnal siswa
e. Portofolio
f. Tes prestasi belajar (baku atau buatan guru)
c. Kontrak belajar
Kontrak belajar ini akan memeberikan arah dan isi aktivitas siswa dan merupakan suatu kesepakatan antara guru dan siswa.
2. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu dan Evaluasi
Pada tahap pelaksanan ini langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas siswa
Aktivitas dapat berupa : pengumpulan informasi baik kelompok maupun individual, membaca sumber, wawancara dengan narasumber, pengamatan lapangan, eksperimen, pengolahan informasi, dan penyusunan laporan.
b.Kulminasi (Sharing)
Kulminasi (Sharing) dalam bentuk penilaian proses (merupakan dampak dari proses pembelajaran, dampak pengiring, prosedur formal dan informal terutama untuk memperoleh balikan) yaitu penyajian laporan, diskusi dan balikan, unjuk kerja dan pameran, serta evaluasi.
• Penentuan tema merupakan hasil ramuan dari berbagai materi di dalam satu atau beberapa mata pelajaran.
• Tema diangkat sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran yang terpadu dalam materi pelajaran, prosedur penyampaian, serta pemaknaan pengalaman belajar oleh para siswa.
• Tema disesuaikan dengan karakteristik belajar siswa sehingga asas perkembangan berpikir anak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
• Tema harus bersifat cukup problematik atau popular sehingga membuka kemungkinan luas untuk melaksanakan pembelajaran yang beragam yang mengandung substansif yang lebih luas yang apabila dibandingkan dengan pembelajaran yang biasa.
Beberapa prosedur pemilihan tema adalah sebagai berikut :
Model ke-1
Pada model ini tema sudah ditentukan atau dipilih oleh guru berdasar pada beberapa kurikulum beberapa mata pelajaran yang kemudian dapat dikembangkan menjadi sub-sub tema atau unit tema.
Model ke-2
Pada model ini tema ditentukan bersama antara guru dengan siswa. Meskipun demikian tema tidak boleh lepas dari materi yang akan dipelajari.
Model ke-3
Pada model ini tema ditentukan oleh siswa dengan bimbingan guru.
b. Langkah perencanaan aktivitas
Langkah perencanaan aktivitas di sini meliputi : pemilihan sumber, pemilihan aktivitas, dan perencanaan evaluasi. Evaluasi dalam pembalajaran terpadu meliputi berikut ini :
1. Janis evaluasi yaitu evaluasi otentik.
2. Sasaran evaluasi berupa proses dan dan hasil belajar siswa.
3. Aspek yang dievaluasi. Keseluruhan aspek kepribadian siswa dievaluasi yaitu
meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
4. Teknik-teknik evaluasi yang digunakan meliputi :
a. Observasi (mengamati prilaku hasil belajar siswa) dengan menggunakan daftar cek atau skala penilaian.
b. Wawancara guru dan siswa dengan menggunakan pedoman wawancara.
c. Evaluasi siswa
d. Jurnal siswa
e. Portofolio
f. Tes prestasi belajar (baku atau buatan guru)
c. Kontrak belajar
Kontrak belajar ini akan memeberikan arah dan isi aktivitas siswa dan merupakan suatu kesepakatan antara guru dan siswa.
2. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu dan Evaluasi
Pada tahap pelaksanan ini langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas siswa
Aktivitas dapat berupa : pengumpulan informasi baik kelompok maupun individual, membaca sumber, wawancara dengan narasumber, pengamatan lapangan, eksperimen, pengolahan informasi, dan penyusunan laporan.
b.Kulminasi (Sharing)
Kulminasi (Sharing) dalam bentuk penilaian proses (merupakan dampak dari proses pembelajaran, dampak pengiring, prosedur formal dan informal terutama untuk memperoleh balikan) yaitu penyajian laporan, diskusi dan balikan, unjuk kerja dan pameran, serta evaluasi.
I. Kesimpulan
Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intramata pelajaran maupun antarmata pelajaran. Disini dituntut keprofesionalan seorang guru dalam mengkaitkan beberapa materi dalam satu mata pelajaran atau bahkan dari berbagai macam mata pelajaran. Guru sangat dituntut untuk berwawasan yang luas, sehingga dalam mengkaitkan antar beberapa mata pelajaran tidak terpisah-pisah, melainkan menjadi suatu kesatuan yang utuh.
Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intramata pelajaran maupun antarmata pelajaran. Disini dituntut keprofesionalan seorang guru dalam mengkaitkan beberapa materi dalam satu mata pelajaran atau bahkan dari berbagai macam mata pelajaran. Guru sangat dituntut untuk berwawasan yang luas, sehingga dalam mengkaitkan antar beberapa mata pelajaran tidak terpisah-pisah, melainkan menjadi suatu kesatuan yang utuh.
Model Pembelajaran Berbasis Proyek atau
Tugas
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK ATAU
TUGAS
1. Pengertian
Pembelajaran berbasis proyek atau tugas
adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam
pengumpulan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya
dalam beraktivitas secara nyata.
Pembelajaran berbasis proyek/tugas
(project-based/task learning) membutuhkan suatu pendekatan pengajaran
komprehensif di mana lingkungan belajar siswa didesain agar siswa dapat
melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah autentik termasuk pendalaman
materi dari suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna
lainnya. Pendekatan ini memperkenankan siswa untuk bekerja secara
mandiri dalam mengkostruksikannya dalam produk nyata (Buck Institue for
Eduction, 2001).
Dalam pem bel ajaran berbasis proyek, siswa
diberikan tugas atau pro yek yang kompleks, cukup sulit, lengkap, tetapi
realistik dan kemudian di be rikan bantuan secukupnya agar mereka dapat
menyelesaikan tugas. Di sam ping itu, penerapan strategi pembel ajaran
berbasis proyek/ tugas ini mendo rong tumbuhnya kompetensi nurturant seperti
kreativitas, ke mandirian, tanggung jawab, keper cayaan diri, dan berpikir
kritis dan analitis.
Dari berbagai karakteristiknya,
Pembelajaran Berbasis Proyek didukung teori-teori belajar
konstruktivistik.Konstruktivisme adalah teori belajar yang mendapat
dukungan luas yang bersandar pada ide bahwa peserta didik membangun
pengetahuannya sendiri di dalam konteks pengalamannya sendiri.
Dalam konteks pembaruan di bidang teknologi
pembelajaran, Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dipandang sebagai pendekatan
penciptaan lingkungan belajar yang dapat mendorong pebelajar mengkonstruk
pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman langsung. Proyek dalam
Pembelajaran Berbasis Proyek dibangun berdasarkan ide-ide pebelajar sebagai
bentuk alternatif pemecahan masalah riil tertentu, dan pebelajar mengalami
proses belajar pemecahan masalah itu secara langsung.
Menurut banyak literatur, konstruktivisme
adalah teori belajar yang bersandar pada ide bahwa pebelajar mengkonstruk
pengetahuan mereka sendiri di dalam konteks pengalaman mereka sendiri
(Murphy, 1997; Brook & Brook, 1993, 1999; Driver & Leach, 1993;
Fraser, 1995). Pembelajaran konstruktivistik berfokus pada kegiatan aktif
pebelajar dalam memperoleh pengalaman langsung (“doing”), ketimbang pasif
“menerima” pengetahuan. Dari perspektif konstruktivis, belajar bukanlah murni
fenomena stimulus-respon sebagaimana dikonsepsikan para behavioris, akan
tetapi belajar adalah proses yang memerlukan pengaturan diri sendiri (self-regulation)
dan pembangunan struktur konseptual melalui refleksi dan abstraksi (von
Glaserfeld, dalam Murphy, 1997). Kegiatan nyata yang dilakukan dalam proyek
memberikan pengalaman belajar yang dapat membantu refleksi dan mendekatkan
hubungan aktivitas dunia nyata dengan pengetahuan konseptual yang melatarinya
yang diharapkan akan dapat berkembang lebih luas dan lebih mendalam (Barron,
Schwartz, Vye, Moore, Petrosino, Zech, Bransford, & The Cognition and
Technology Group at Vanderbilt, 1998).
Hal ini menunjukkan bahwa Pembelajaran
Berbasis Proyek, yang mendasarkan pada aktivitas dunia nyata, berpotensi
memperluas dan memperdalam pengetahuan konseptual dan prosedural (Gagne,
1985), yang pada khasanah lain disebut juga knowing that dan knowing how
(Wilson, 1995). Knowing ‘that’ and ‘how’ is not sufficient without the
disposition to ‘do’ (Kerka, 1997). Perluasan dan pendalaman pemahaman
pengetahuan tersebut dapat diamati dengan mengukur peningkatan kecakapan
akademiknya.
Peranan guru yang utama adalah mengendalikan
ide-ide dan interpretasi siswa dalam belajar, dan memberikan
alternatif-alternatif melalui aplikasi, bukti-bukti, dan argumen-argumen.
2. Katakteristik
pembelajaran berbasis proyek / tugas
Pembelajaran berbasis proyek memiliki
potensi yang besar untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik dan
bermakna bagi siswa ( Gear, 1998). Sedangkan menurut Buck Institute For
Education (1999)dalam Made (2000, 145) belajar berbasis proyek memiliki
karakteristik yaitu :
1. Siswa
membuat keputusan dan membuat kerangka kerja
2. Terdapat
masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya
3. Siswa
merancang proses untuk mencapai hasil
4. Siswa
bertanggunga jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan
5. Siswa
melakukan evaluasi secara kontinu
6. Siswa
secara teratur melihat kembali apa yang meraka kerjakan
7. Hasil
akhir berupa produk dan di evaluasi kualitasnya
8. Kelas
memiliki atmosfir yang memberikan toleransi kesalahan dan perubahan.
3. Ciri
– ciri dan Prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek atau Tugas
Ada lima criteria apakah suatu pembelajaran
berproyek termasuk pembelajaran berbasis proyek , lima criteria itu yaitu :
1. Keterpusatan
( centrality)
Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek
adalah pusat atau inti kurikulum, bukan pelengkap kurikulum ,didalam
pembelajaran proyek adalah strategi pembelajaran, pelajaran mengalami dan
belajar konsep – konsep inti suatu disiplin ilmu melalui proyek. Model ini
merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana siswa belajar konsep utama dari
suatu pengetahuan melalui kerja proyek. Oleh karna itu, kerja proyek bukan
merupakan praktik tambahan dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang
dipelajari , melainkan menjadi sentral kegiatan pembelajaran dikelas.
1. Berfokus
pada pertanyaan atau masalah
Proyek dalam PBL adalah berfokus pada pertanyaan
atau masalah , yang mendorong pelajar menjalani (dalam kerja keras )
konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti atau pokok dari disiplin.
1. Investigasi
konstruktif atau desain
Proyek melibatkan pelajaran dalam
investigasi konstruktif dapat berupadesain, pengambilan keputusan, penemuan
masalah, pemecahan masalah, deskoveri akan tetapi aktifitas inti dari proyek
ini harus meliputi transformasi dan kontruksi pengetahuan
1. Bersifat
otonomi pembelajaran
Lebih mengutamakan otonomi, pilihan waktu
kerja dan tanggung jawab pelajaran terhadap proyek
1. Bersifat
realisme
Pembelajaran berebasis proyek melibatkan
tantangan kehidupan nyata , berfokus pada pertanyaanatau masalah autentik
bukan simulative dan pemecahannya berpotensi untuk diterapkan dilapangan yang
sesungguhnya.
4. Pelaksanaan
pembelajaran berbasis proyek atau tugas
Berdasarkan kegiatan pengajar dan pelajar
dalam pendekatan PBL, maka PBL yang akan dibuat di dalam lingkungan web
terbagi dalam tiga tahapan yakni persiapan, pembelajaran dan evaluasi, tetapi
dari tiga tahapan tersebut dapat dideskripsikan menjadi enam tahapan sebagai
berikut
1. Persiapan
Pengajar merancang desain atau membuat
kerangka proyek yang bermanfaat dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan
oleh pelajar dalam mengembangkan pemikiran terhadap proyek tersebut sesuai
dengan kerangka yang ada, dan menyediakan sumber yang dapat membantu
pengerjaannya. Hal ini akan mendukung keberhasilan pelajar dalam
menyelesaikan suatu proyek dan cukup membantu dalam menjawab pertanyaan,
beraktifitas dan berkarya. Kerangka menjadi sesuatu yang penting untuk dibaca
dan digunakan oleh pelajar. Oleh karenanya, pengajar harus melakukan perannya
dengan baik dalam menganalisa dan mengintegrasikan kurikulum, mengumpulkan
pertanyaan, mencari web site atau sumber yang dapat membantu pelajar dalam
menyelesaikan proyek, dan menyimpannya di dalam web.
1. Penugasan/menentukan
topik.
Sesuai dengan tugas proyek yang diberikan
oleh pengajar maupun pilihan sendiri, pelajar akan memperoleh dan membaca
kerangka proyek, lalu berupaya mencari sumber yang dapat membantu. Dengan
berdasar pada referensi alamat web yang berisi materi relevan, pelajar dengan
cepat dan langsung mendapatkan materi yang berkualitas yang sesuai dengan
kebutuhan proyek. Lalu pelajar berupaya berpikir dengan kemampuannya berdasar
pada pengalaman yang dimiliki, membuat pemetaan topik, dan mengembangkan
gagasannya dalam menentukan sub topik suatu proyek.
1. Merencanakan
kegiatan.
Pelajar bekerja dalam proyek individual,
kelompok dalam satu kelas atau antar kelas. Pelajar menentukan kegiatan dan
langkah yang akan diambil sesuai dengan sub topiknya, merencanakan waktu
pengerjaan dari semua sub topik dan menyimpannya di dalam web. Jika bekerja
dalam kelompok, tiap anggota harus mengikuti aturan dan memiliki rasa
tanggungjawab. Sedangkan pengajar berkewajiban menyampaikan isi dari rencana
proyeknya kepada orang tua, sehingga orang tua dapat ikut serta membantu dan
mendukung anaknya dalam menyelesaikan proyek.
1. Investigasi
dan penyajian.
Investigasi disini termasuk kegiatan :
menanyakan pada ahlinya melalui e-mail, memeriksa web site, dan saling tukar
pengalaman dan pengetahuan serta melakukan survei melalui web. Dalam
perkembangannya, terkadang berisi observasi, eksperimen, dan field trips.
Diskusi dapat dilakukan secara sinkron dan asinkron melalui chating. Lalu
penyajian hasil dapat berupa gambar, tulisan, diagram matematika, pemetaan
dan lain-lain. Secara rutin, orang tua dan pengajar berkomunikasi untuk
memantau kegiatan dan prestasi yang dicapai oleh pelajar.
1. Finishing.
Pelajar membuat laporan, presentasi,
halaman web, gambar, dan lain-lain. Sebagai hasil dari kegiatannya. Lalu
pengajar dan pelajar membuat catatan terhadap proyek untuk pengembangan
selanjutnya. Peserta menerima feedback atas apa yang dibuatnya dari kelompok,
teman, dan pengajar. Fasilitas feedback online disajikan untuk memungkinkan
setiap individu secara langsung berkomentar dan memberikan kontribusi, dan
agar dilihat dan bermanfaat bagi orang lain.
1. Monitoring/Evaluasi.
Pengajar menilai semua proses pengerjaan proyek yang dilakukan oleh tiap pelajar berdasar pada partisipasi dan produktifitasnya dalam pengerjaan proyek.
Pengajar menilai semua proses pengerjaan proyek yang dilakukan oleh tiap pelajar berdasar pada partisipasi dan produktifitasnya dalam pengerjaan proyek.
2. Kesimpulan
Pembelajaran berbasis proyek / tugas adalah
sebuah metode penyajian bahan pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada
peserta didik berupa seperangkat tugas yang harus dikerjakan peserta didik,
baik secara individual maupun secara kelompok.
Penggunaan metode yang tepat akan turut
menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran dan memberikan kesempatan
peserta didik melakukan sendiri kegiatan belajar yang ditugaskan. empat
prinsip berikut ini akan membantu siswa dalam perjalana mereka menjadi
pembelajar mandiri yang efektif.
1. Membuat
tugas bermakna, jelas, dan menantang
Salah satu tantangan paling sukar yang
dihadapi guru pada saat mereka menggunakan pekerjaan kelas atau pekerjaan
rumah adalah menjaga siswa tetap terlibat. Pada saat bekerja sendiri, sangat
mudah bagi sisa untuk kehilangan minat dan melalukan tindakan yang tidak
relevan, khususnya apabila tugas-tugas itu rutin.
Kebanyakan guru setuju bahwa tugas
pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah mandiri yang dapat mempertahankan
keterlibatan siswa memiliki tujuan yang jelas. Siswa perlu mengetahui dengan
tepat apa yang mereka harus kerjakan, mengapa mereka mengerjakan pekerjaan
itu, dan apa yang dibutuhkanuntuk menyelsaikan pekerjaan itu. Siswa-siswa itu
tetap berada dalam tugas selama pekerjaan kelas dan menyelesaikan pekerjaan
rumah apabila mereka menyikapi tugas-tugas tersebut secar bermakna.
Linda Anderson (1985) menunjukan bahwa guru
jarang menaruh perhatian pada tujuan pekerjaan kelas atau strategi-strategi
belajar yang telibat. Sebaliknya, guru menekankan pada arahan-arahan
procedural. Sebagai contoh guru dpat menghabiskan waktu banyak menjelaskan
kepad siswa di mana menulis nama di kertas atau bagaimana menyusun
jawaban-jawabannya. Sementar petunjuk-petunjuk tentang “apa yang dilakukan”
adalah penting guru tidak menyertakan penjelasan tentang “mengapa” sesuatu
harus dikerjakan dan proses-proses pembelajaran yang terlibat. Sebelum memberikan
suatu tugas, guru hendaknya mempertimbangkan cirri penting itu secara seksama
dan kemudian menyediakan waktu cukupuntuk menjelaskan cirri penting itu
kepada siswa.
1. Menganekaragamkan
Tugas-tugas
Sama dengan kehidupan pada umumnya,
keanekaragaman menambah daya tarik tugas pekerjaan kelas dan
pekerjaan rumah.siswa kemungkinan besar ttap terlibata dan
mengerjakan pekerjaan mereka jika tugas-tugas lebih bervariasi dan menarik
daripada rutindan monoton. Guru yang efektif mengubah panjang dan cara tugas
yang diberikan di samping hakikat tugas beljar dan strategi-strategi kognitif
yang telibat. Membaca di dalam hati, laporan proyek-proyek khusus, dan
bahan-bahan multimedia menawarkn berbagai macam cara untuk menyelesaikan
pekerjaan mandiri. Pilihan kemungkinan tidak terbatas dan tidak aka alasan
bagi guru untuk membuat jenis tugas yang sama dari hari ke hari.
1. Menaruh
Perhatian pada Tingkat Kesulitan
Menetapkan tingkat kesulitan yang cocok
atas tugas-tugas yang diberikan kepada siswa merupakan suatu bahan baku
penting untuk keterlibatan berkelanjutan yang dibutuhkan untuk penyelesaian
tugas-tugas tersebut. Apabila siswa diharapkan untuk bekerja secara mandiri,
tugas tesebut sehrusnya memiliki tingkat kesulitan yang menjamin kemungkinan
berhasil tinggi. Siswa tidak akan tertantang ketika tugas-tugas yang
diberikan guru terlalu mudah. Mereka menyikapi tugas-tugas seperti sebagai
pekerjaan yang tidak menantang. Pada umumnya tugas yang baik perlu memiliki
tingkat kesulitan cukup sehingga kebanyakan siswa memandangnya sebagai
sesuatu yang menantang, namun cukup mudah sehingga kebanyakan siswa akan
menemukan pemecahannya dan mengerjakan tugas tersebut atas jerih payah
sendiri.
1. Memonitor
Kemajuan Siswa
Akhirnya, merupakan hal penting bagi guru
untuk memonitor tugas-tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah. Monitoring
hendaknya meliputi pengecekan untuk mengetahui apakah siswa memahami tugas
mereka dan proses-proses kognitif yang telibat. Monitoring ini juga termasuk
pengecekan pekerjaan siswa dan mengembalikan tugas dengan umpan balik. Pad
saat beberfapa siswa diberikan pekerjaan kelas, maka guru dapat bekerja
dengan siswa lain.a dianjurkan agar guru menyediakan waktu 5 atau 10 menit
untuk berkeliling di antara siswa yang bekerja untuk memastikan apakah mereka
memahami tugas tersebut sebelum menangani siswa-siswa lain. Apabila siswa
bekerja dalam kelompok-kelompok, maka guru hendaknya berada dalam
kelompok-kelompok tersebut secara bergantian dan berkeliling di antara siswa
yang bekerja secara mandiri. Meskipun mengoreksi tugas menghabiskan waktu,
hendaknya guru mengoreksi pekerjaan yang dibuat siswa dan mengembalikan kepda
mereka dengan umpan balik.
Kompetensi yang dikembangkan selain
kompetensi disiplin ilmu (discipline-based competencies) dan kompetensi
interpersonal (interpersonal competencies ) dan kompetensi intrapersonal (
intrapersonal competencies) dalam diri siswa. Kompetensi disiplin ilmu
berkaitan dengan pemahaman konsep, prinsip dan teori dari disiplin ilmu.
Kompetensi interpersonal mencakup kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi,
berperilaku sopan dan baik, menangani konflik, bekerjasama, membantu orang
lain, dan menjalin hubungan dengan orang lain dan masyarakat. Kompetensi
intrapersonal mencakup apresiasi terhadap keragaman, melakukan refleksi diri,
disiplin, beretos kerja tinggi, membiasakan diri hidup sehat, mengendalikan
emosi, tekun, mandiri, dan mempunyai motivasi.
Kompetensi yang telah diidentifikasi
dari pebelajar ini merupakan kompetensi yang amat penting untuk keberhasilan
hidupnya, dan sebagai tenaga kerja merupakan kompetensi yang amat penting di
tempat kerja. Karena hakikat kerja proyek adalah kolaboratif, maka
pengembangan kompetensi tersebut berlangsung di antara pebelajar. Di dalam
kerja kelompok suatu proyek, kekuatan individu dan cara belajar yang diacu
memperkuat kerja tim sebagai suatu keseluruhan.
6. Keuntungan
dan kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek atau tugas
è Keuntungan dari Belajar Berbasis
Proyek adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan
motivasi.
Laporan-laporan tertulis tentang proyek itu
banyak yang mengatakan bahwa siswa suka tekun sampai kelewat batas waktu,
berusaha keras dalam mencapai proyek. Guru juga melaporkan pengembangan dalam
kehadiran dan berkurangnya keterlambatan. Siswa melaporkan bahwa belajar
dalam proyek lebih fun daripada komponen kurikulum yang lain.
1. Meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah.
Penelitian pada pengembangan keterampilan
kognitif tingkat tinggi siswa menekankan perlunya bagi siswa untuk terlibat
di dalam tugas-tugas pemecahan masalah dan perlunya untuk pembelajaran khusus
pada bagaimana menemukan dan memecahkan masalah. Banyak sumber yang
mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi
lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
1. Meningkatkan
kolaborasi.
Pentingnya kerja kelompok dalam proyek
memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi (
Johnson & Johnson, 1989). Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa,
pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek.
Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar
adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam
lingkungan kolaboratif (Vygotsky, 1978; Davidov, 1995).
1. Meningkatkan
keterampilan mengelola sumber.
Bagian dari menjadi siswa yang independen
adalah bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks. Pembelajaran
Berbais Proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa
pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi
waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
1. Increased
resource – management skills
Pembelajaran berbasis proyek yang
diimplementasikan secara baik menberikan kepada siswa pembelajaran dan
praktik dalam pengorganisasian proyek dan membuat alokasi waktu dan
sumber-sumber lain seperi perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
è Kelemahan dari pembelajaran ini
yaitu :
1. Kebanyakan
permasalahan “dunia nyata” yang tidak terpisahkan dengan masalah kedisiplinan
, untuk itu disarankan mengajarkan dengan cara melatih dan menfasilitasi
peserta didik dalam menghadapi masalah .
2. Memerlukan
banyak waktu yang harus diselesaikan untuk menyelesaikan masalah.
3. Memerlukan
biaya yang cukup banyak
4. Banyak
peralatan yang harus disediakan
Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran
berbasis proyek seorang peserta didik dapat mengatasi dengan cara
memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah , membatasi waktu
peserta didik dalam menyelesaikan proyek, meminimaliskan dan menyediakan
peralatan yang sederhana yang terdapat dilingkungan sekitar , memilih lokasi
penelitian yang terjangkau yang tidak membutuhkan banyak biaya dan
waktu.
PEMBELAJARAN BERBASIS JASA-LAYANAN (SERVICE
LEARNING)
PEMBELAJARAN BERBASIS JASA-LAYANAN (SERVICE
LEARNING)
A. Pengertian
Pembelajaran berbasis jasa layanan
merupakan salah satu bagian dari strategi pembelajaran kontekstual.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL) merupakan
suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk
memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi
tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi,
sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang
secara fleksibel, sehingga dapat diterapkan dari satu permasalahan atau
konteks, ke permasalahan atau konteks lainnya.
Jadi dalam pembelajaran kontekstual, siswa
diharapkan mampu memahami makna materi pelajaran yang diajarkan oleh guru,
sehingga siswa memiliki ketrampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupan
nyata berkaitan dengan materi yang diajarkan tersebut. Kehidupan nyata siswa
tersebut berkaitan dengan kehidupan sosialnya, kehidupan pribadinya maupun
kehidupan budaya dari lingkungan siswa tersebut.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).
Jadi pembelajaran kontekstual menitikberatkan pada suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Salah satu bentuk nyata dari pembelajaran kontekstual ini dapat kita temui dalam pembelajaran berbasis jasa layanan, yakni menempatkan siswa di dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari.
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah, guna merefleksikan jasa-layanan tersebut. Jadi menekankan hubungan antara pengalaman jasa-layanan dan pembelajaran akademis. Dengan kata lain, pendekatan ini menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru yang diperlukan dan berbagi keterampilan untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarkat melalui proyek/tugas terstruktur dan kegiatan lainnya.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).
Jadi pembelajaran kontekstual menitikberatkan pada suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Salah satu bentuk nyata dari pembelajaran kontekstual ini dapat kita temui dalam pembelajaran berbasis jasa layanan, yakni menempatkan siswa di dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari.
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah, guna merefleksikan jasa-layanan tersebut. Jadi menekankan hubungan antara pengalaman jasa-layanan dan pembelajaran akademis. Dengan kata lain, pendekatan ini menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru yang diperlukan dan berbagi keterampilan untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarkat melalui proyek/tugas terstruktur dan kegiatan lainnya.
B. Ciri-ciri
Seperti yang telah kita ketahui di atas, bahwa pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan salah satu bentuk nyata dari pembelajaran kontekstual. Oleh karena itu, ciri-ciri pembelajaran berbasis jasa layanan harus sesuai dengan cirri-ciri pembelajaran kontekstual. Cirri-ciri tersebut antara lain:
Seperti yang telah kita ketahui di atas, bahwa pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan salah satu bentuk nyata dari pembelajaran kontekstual. Oleh karena itu, ciri-ciri pembelajaran berbasis jasa layanan harus sesuai dengan cirri-ciri pembelajaran kontekstual. Cirri-ciri tersebut antara lain:
1. Melakukan hubungan yang bermakna (making
meaningful connections)
Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung dari pembelajaran dan pengajaran kontekstual. Ketika siswa dapat mengkaitkan isi dari mata pelajaran akademik, ilmu pengetahuan alam atau sejarah dengan pengalamannya mereka sendiri, berarti mereka menemukan makna, dan makna memberi mereka alasan untuk belajar. Mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan seseorang membuat proses belajar menjadi hidup dan keterkaitan inilah inti dari CTL
Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung dari pembelajaran dan pengajaran kontekstual. Ketika siswa dapat mengkaitkan isi dari mata pelajaran akademik, ilmu pengetahuan alam atau sejarah dengan pengalamannya mereka sendiri, berarti mereka menemukan makna, dan makna memberi mereka alasan untuk belajar. Mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan seseorang membuat proses belajar menjadi hidup dan keterkaitan inilah inti dari CTL
2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti
(doing significant works)
Pembelajaran ini menekankan bahwa semua proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas harus punya arti bagi siswa sehingga mereka dapat mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan siswa.
Pembelajaran ini menekankan bahwa semua proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas harus punya arti bagi siswa sehingga mereka dapat mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan siswa.
3. Belajar yang diatur sendiri
(self-regulated Learning)
Pembelajaran yang diatur sendiri, merupakan pembelajaran yang aktif, mandiri, melibatkan kegiatan menghubungkan masalah ilmu dengan kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang berarti bagi siswa. Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada siswa menggunakan gaya belajarnya sendiri.
Pembelajaran yang diatur sendiri, merupakan pembelajaran yang aktif, mandiri, melibatkan kegiatan menghubungkan masalah ilmu dengan kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang berarti bagi siswa. Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada siswa menggunakan gaya belajarnya sendiri.
4. Bekerjasama (collaborating)
Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi.
Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi.
5. Berpikir kritis dan kreatif (critical
dan creative thinking)
Pembelajaran kontekstual membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian serta ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu
Pembelajaran kontekstual membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian serta ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu
6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa
(nuturing the individual)
Dalam pembelajaran kontekstual siswa bukan hanya mengembangkan kemampuan-kemampuan intelektual dan keterampilan, tetapi juga aspek-aspek kepribadian: integritas pribadi, sikap, minat, tanggung jawab, disiplin, motif berprestasi, dan sebagainya. Guru dalam pembelajaran kontekstual juga berperan sebagai konselor dan mentor. Tugas dan kegiatan yang akan dilakukan siswa harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya.
Dalam pembelajaran kontekstual siswa bukan hanya mengembangkan kemampuan-kemampuan intelektual dan keterampilan, tetapi juga aspek-aspek kepribadian: integritas pribadi, sikap, minat, tanggung jawab, disiplin, motif berprestasi, dan sebagainya. Guru dalam pembelajaran kontekstual juga berperan sebagai konselor dan mentor. Tugas dan kegiatan yang akan dilakukan siswa harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya.
7. Mencapai standar yang tinggi (reaching
high standards)
Pembelajaran kontekstual diarahkan agar siswa berkembang secara optimal, mencapai keunggulan (excellent). Tiap siswa bisa mencapai keunggulan, asalkan dia dibantu oleh gurunya dalam menemukan potensi dan kekuatannya.
Pembelajaran kontekstual diarahkan agar siswa berkembang secara optimal, mencapai keunggulan (excellent). Tiap siswa bisa mencapai keunggulan, asalkan dia dibantu oleh gurunya dalam menemukan potensi dan kekuatannya.
8. Menggunakan penilaian yang autentik
(using authentic assessment)
Penilaian autentik menantang para siswa untuk menerapkan informasi dan keterampilan akademik baru dalam situasi nayata untuk tujuan tertentu. Penilaian autentik merupakan antitesis dari ujian standar, penilaian autentik memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka sambil mempertunjukkan apa yang sudah mereka pelajari.
Penilaian autentik menantang para siswa untuk menerapkan informasi dan keterampilan akademik baru dalam situasi nayata untuk tujuan tertentu. Penilaian autentik merupakan antitesis dari ujian standar, penilaian autentik memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka sambil mempertunjukkan apa yang sudah mereka pelajari.
Penjelasan-penjelasan di atas merupakan
ciri-ciri pembelajaran kontekstual, dari ciri-ciri tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa pembelajaran berbasis jasa layanan mengandung ciri bahwa:
1. Melakukan hubungan yang bermakna, hal
ini diwujudkan dengan kerjasama kelompok yang dilakukan dalam menyelesaikan
tugas terstruktur.
2. Bekerja sama guna penerapan praktis dari pengetahuan yang baru diketahui siswa.
3. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti melalui kegiata yang beranfaat untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarkat( jasa layanan yang berkaitan dengan tugas terstruktur).
2. Bekerja sama guna penerapan praktis dari pengetahuan yang baru diketahui siswa.
3. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti melalui kegiata yang beranfaat untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarkat( jasa layanan yang berkaitan dengan tugas terstruktur).
C. Kesimpulan
Pembelajaran berbasis jasa layanan
merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mengkombinasikan jasa layanan
masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah, guna merefleksikan
jasa-layanan tersebut. Jadi menekankan hubungan antara pengalaman
jasa-layanan dan pembelajaran akademis. Dengan kata lain, pendekatan ini
menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru yang diperlukan dan
berbagi keterampilan untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarkat melalui
proyek/tugas terstruktur dan kegiatan lainnya.
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan salah satu bagian dari strategi pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). Pembelajaran berbasis jasa layanan mengandung ciri bahwa:
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan salah satu bagian dari strategi pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). Pembelajaran berbasis jasa layanan mengandung ciri bahwa:
1. Melakukan hubungan yang bermakna, hal
ini diwujudkan dengan kerjasama kelompok yang dilakukan dalam menyelesaikan
tugas terstruktur.
2. Bekerja sama guna penerapan praktis dari pengetahuan yang baru diketahui siswa.
3. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti melalui kegiata yang beranfaat untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarkat( jasa layanan yang berkaitan dengan tugas terstruktur).
2. Bekerja sama guna penerapan praktis dari pengetahuan yang baru diketahui siswa.
3. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti melalui kegiata yang beranfaat untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarkat( jasa layanan yang berkaitan dengan tugas terstruktur).
Langganan:
Postingan (Atom)